Vote dulu buruan!
Aelah parah x lu pada
Di vote dulu baru baca okei? Okei lah ya.
Sirine ambulan berbunyi disepanjang perjalanan mereka menuju rumah sakit. Tak hentinya rose menangisi chanyeol- yang kini terbaring lemah di depannya. Sementara perawat rumah sakit -yang juga duduk disamping rose sibuk dengan alat pertolongan pertamanya.
Saat mobil berhenti pertanda mereka telah sampai,dengan sigap para perawat dan supir menurunkan chanyeol dari ambulance. Seorang dokter sudah menunggu chanyeol diluar. Lalu dengan segera mereka mendorong brankar chanyeol menuju ruang operasi. Rose yang sedari tadi mengikutinya akhirnya berhenti begitu sampai di depan pintu ruangan operasi.
Ia beralih ke ruang tunggu tepat di sebelah ruang operasi chanyeol dan menyaksikan secara langsung operasinya dari kaca transparan yang mengarah ke ruang operasi chanyeol.
Rose hanya berdiri disana memandang kearah chanyeol. Hanya chanyeol yang terlihat olehnya. Bahkan para perawat dan dokter yang mengelilingi chanyeol seperti tidak ada dimatanya. Suasana rumah sakit yang riuh mendadak diam. Rose tidak dapat mendengar apapun kecuali suara elektrokardiograf yang berada di sebelah chanyeol.
Air mata rose jatuh tanpa henti. Bahkan percuma saja ia menyeka air matanya, toh ia akan terus mengalir. Rasa cemas memenuhi dirinya. Bahkan nafasnya tidak teratur karena ia menangis sesenggukan.
"Chaeng-ah"
"Rose!"Samar-samar ia mendengar suara lisa disampingnya. Ia dapat melihat lisa yang panik dari ekor matanya. Ntahlah, matanya tidak mau lepas dari chanyeol.
Tit...........
Alat detak jantung chanyeol yang semula masih berdetak mendadak berhenti dan berubah menjadi garis lurus. Para perawat dan dokter di dalam ruangan tersebut tetap melakukan usaha sebisanya.
Bagi rose rasanya seperti dilemparkan ke dimensi lain. Rasa tidak ingin kehilangan chanyeol semakin menguasai pikirannya. Bahkan tangisnya tidak mengeluarkan air mata lagi, seakan ia sudah menguras abis semua air matanya.
"Lisa-ya" rose memeluk lisa yang berada di sebelahnya. Yang ia butuhkan sekarang adalah pelukan penuh kehangatan guna mengurangi rasa khawatirnya.
Sementara para perawat dan dokter tengah berusaha mengembalikan detak jantung chanyeol dengan defibrilator-alat pacu jantung.
"Bagaimana kalau aku kehilangan dia,lisa-ya" rose berbicara dalam pelukan lisa.
Lisa tidak bisa berkata-kata lagi. Yang mampu ia lakukan hanyalah memberikan tepukan lembut pada punggung rose guna menenangkannya.
"Lisa-ya, aku takut" rose makin mengeratkan pelukannya pada lisa. Seolah-olah ia tengah memeluk chanyeol agar tidak pergi darinya.
"Berhentilah menangis, aku yakin chanyeol bisa melewati masa kritisnya" hanya itu yang dapat lisa katakan. Dan itulah yang ia harapkan saat ini. Berharap chanyeol akan baik-baik saja.
Rose melepaskan pelukan lisa kala ia mendengar kembali detak jantung chanyeol. Rasanya legah. Sangat legah. Dunianya seperti kembali. Rasa khawatirnya sedikit berkurang. Bahkan tangisnya mendadak berhenti.
"Apa kalian walinya chanyeol?" Seorang yang notabenenya dokter bertanya pada rose dan lisa yang ada di depannya.
"Ah, itu walinya disana" ujar lisa kala menemukan sehun yang tengah berlari kearahnya.
"Bagaimana keadaan chanyeol?" Tanya sehun pada lisa. Lisa mengkode sehun dengan matanya bahwa ada dokter di belakangnya.
" ah, dokter. Bagaimana keadaan chanyeol? Apa ia baik-baik saja? Ataukah lukanya terlalu dalam?"