Prolog

51.2K 1.3K 4
                                    


Mentari bersinar lembut di arah timur sambil menyemburkan sinarnya pada wajah Ariel. Dia anakku yang berusia tujuh tahun dan satu-satunya harta berhargaku. Hari ini lengkap satu bulan ia menginjak kelas satu di sekolah dasar. Aku menyukainya, dia tidak seperti anak lain yang menangis jika di tinggalkan oleh orang tuanya di sekolah.

"Ma...," mulut kecil itu akhirnya bersuara setelah 10 menit duduk di mobil dengan wajah tak biasa. 

"iya sayang, kenapa?" aku membalas pelan, tetap fokus pada jalanan.

"Ariel boleh minta sesuatu sama mama?" nadanya pelan. Sepertinya ada yang tidak beres dengannya. Aku hanya menganggukkan kepala yang berarti iya.

"kemarinkan ma, teman-teman Ariel itu di jemput semuanya. Terus teman Ariel itu nanya ke ariel ma....," Ariel diam untuk beberapa saat. Aku tetap diam menunggu ucapan selanjutnya.

"Teman Ariel bilang Ma, 'kok yang jemput Ariel cuma Mamanya aja, papa kamu kemana Ariel' Tapi—"

Srrtghhh!!!

Aku menekan rem secara mendadak.  Ucapan Ariel membuatku menoleh ke arahnya untuk beberapa saat, lalu kembali fokus pada perjalanan.

"Papa kamu ada Ariel, di punya pekerjaan besar. Dia cuma sibuk." Aku mencoba memberi penjelasan.

"Ma..., pekerjaan apa? Tapi Ariel pingin sekali liat wajah ayah. Ariel bahkan tidak pernah melihatnya sekali pun.  Fotonya tidak ada di—."

Aku lagi-lagi mengerem mendadak tepat di depan sekolah Ariel. Aku tidak tahu harus berkata apa tentang ayahnya.

"Mama Ariel pingin sekali...," wajahnya semakin lama semakin sendu.

"Iya, mama janji akan jemput kamu sama papa. Tapi tidak sekarang, mungkin besok. Gimana?" Aku mencoba membuat wajah sendunya bersinar kembali.

"bener Ma? Janji ya!" Ariel tersenyum lebar, matanya terbuka lebar.  Hatiku seakan tenang melihat wajah kecil itu.

Aku mengangguk kembali. Menyakinnya.
"iya, mama janji deh." ucapku sambil melepaskan belt di badannya.

"Yeahh!!!" Ariel keluar dari mobil setelah mencium pipiku dengan lembut. Ia terlihat sangat gembira, bahkan lebih gembira dari biasanya.

Tapi..., apa aku bisa mencari ayahnya? Atau aku harus menikah dengan seorang pria yang bukan ayahnya?  Ah! Satu beban bertambah di hidupku.





Jangan lupa vote, follow segenggamrindu dan coment  Next bab selanjutnya. Buat typo gengs

The Bastard Daddy For My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang