Twenty Five.

20.6K 676 25
                                    

(Jangan lupa bacanya pakai lagu mellow, and maaf banget buat endnya.)

Aku menatap diriku sejenak di cermin. Lalu mengambil amplop yang berisi surat pengunduran diri. Aku juga akan menjemput Ariel yang bersamanya.

Bos penghianat

Aku mengambil telepon yang berdering itu, lalu mengangkatnya segera.

"Halo?"

"Halo, Na? Datang ke rumah sakit dekat Perusahaan." Ucap Aris dengan suara khawatir. Aku mulai berpikir aneh-aneh.

"Siapa yang sakit?"

"Ariel kecelakaan, Na. Kepalanya terbentur—" aku mengambil kunci mobil dan langsung menuju ke rumah sakit. Aku yakin Ariel tidak apa-apa. Dia anakku. Dia kuat seperti aku. Ini bukan masalah besar. Aku mengambil tissue dan menghapus airmataku yang tak bisa aku tahan.

Aku membuka handphone sejenak, melihat nomor ruangan Ariel. Lalu dengan cepat menuju ruangannya. Aku mengirim pesan ke Arasta untuk segera datang.

Dari sini, aku melihat Aris berdiri di arah sana. Dengan raut wajah cemas. Entah itu cemas atau pura-pura cemas.

"Mana anakku!" Aku membentaknya.  Seorang dokter tiba-tiba keluar.

"Bagaimana anak saya Dok?" Aku benar-benar lemas.

"Anak ibu kehabisan banyak darah, dan kami akan segera melakukan operasinya." Ucap dokter tersebut.

"Tolong selamatkan anak saya Dok," aku menggenggam erat jari-jariku yang terus bergetar.

"Ikuti aku" Aku menariknya menuju bagian atas rumah sakit ini. Dia hanya pasrah dan mengikutiku.

"Maafkan ak—"

"Kenapa!" Aku berteriak dengan keras.

"Aku benar-benar—"

"Kenapa! Kenapa kamu selalu menghancurkan semuanya! Aku capek! Aku lelah! Dan kenapa!!!" Aku memukul dadanya.

"Aku gak tahu apa salah aku ke kamu, Aris! Tapi kenapa semuanya selalu kamu hancurkan! Berapa kali lagi kamu mau hancurin hidup aku!"

"Na! Aku bukan mak—"

"Cukup! Kamu mau tubuh aku kan! Kamu cuma nafsu sama aku kan! Selama ini, tubuh aku ini yang kamu mau!" Aku membuka kemejaku hingga terputus semua kancingnya.

"Ayo lakukan! Setelah itu, biarkan aku pergi dan tolong jangan ganggu aku lagi!"

Aris menutup bajuku dan menamparku. Itu benar-benar sakit.

"Kamu gila! Aku gak pernah bermaksud seperti ini! Aku tulus suka sama kamu Na!"

"Kamu sadar, Ris? Berapa kali dan berapa wanita yang kamu mainkan selama ini." Aku tertawa, menahan tangis. Awan seperti hari kemarin, masih menghitam di atas sana.

"Aku salah untuk itu, tapi janji aku yang terakhir itu memang benar. Aku gak mau kehilangan kamu, apapun alasannya."

"Omong kosong. Aku udah tahu semuanya. Dari dulu sampai saat ini kamu gak pernah tulus sama aku."

"Na—"

"Ris! Kenapa sih, kamu gak mau jujur aja. Aku gak marah kalaupun kamu suka sama siapapun. Aku gak marah." Aku mengatakan dengan hati berat.

"Naurah. Aku tulus sama kamu! Dan tolong dengerin perasaan aku! Aku memang nafsu sama gadis lain! Tapi sejujurnya aku suka sama kamu! Aku tulus sama kamu! Dan aku tidur dengan mereka cuma buat pelampiasan karena aku gak pernah bisa dapatin kamu." Dia memegang pundakku. Menatapku dengan tajam.

The Bastard Daddy For My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang