Epilog

27.9K 720 32
                                    

Ariel berlari menggapai tangan Arasta. Wajahnya amat riang karena akan diajak ke tempat perbelanjaan. Ini hari  ke-3 setelah aku dan Aris menikah.

"Aku pergi dulu ya, Na. Dan malam ini aku mau Ariel tidur sama aku. Aku kangen banget soalnya." Ucap Arasta meninggalkan kami berdua di hotel. Di bawah sana sudah ada Raga yang akan membawa mereka ke tempat perbelanjaan. Mereka berdua teramat serasi. Dan malam ini akan membosankan karena Ariel tidak bersamaku. Kemungkinan besar, Aris akan membosankan.

Aku membalikkan badan, lalu menatap Aris yang menggunakan celana hitam dan baju kaos putih. Suara detik terdengar keras, aku sedikit malu jika harus berdua seperti saat ini.

"Pukul berapa sekarang?" Aku mencoba berbasa-basi.

"Setengah sembilan." Aris menjawab singkat.
Dia terlihat aneh. Dia masih menatapku dengan serius dan aku pula masih berdiri di depan pintu. Satu langkah Aris maju ke hadapanku.

Aku hanya menelan ludah. Lelaki ini mulai kehilangan akal atau akan berubah menjadi monster.

Satu langkah lagi dia maju hingga membuat aku terpentuk di pintu.
Dia memajukan dirinya. Perlahan-lahan bibirnya menyetuh bibir bawahku. Dia melumat perlahan dan memajukan dirinya. Aku merasakan sekali tubuhnya tegang. Juga sesuatu dibawa perutnya itu amat keras dan besar.  Aku melepaskan ciuman itu lalu mengambil nafas.

Aris dengan cepat menciumku kembali. Tapi aku yang memimpin. Aku meraba dada bidangnya. Perlahan Aris membawaku ke atas kasur dan meniduriku dengan pelan-pelan.

"Aku yang di atas." Aku mendorongnya hingga terlentang.

"Yakin?" Ucapnya

"Lihatlah ini." Aku melumat dengan cepat bibirnya. Dan tanganku membuka bajunya. Dia juga sedang berusaha melepaskan Braku.

Dia terus melakukannya dengan baik. Hingga hal itu terjadi dengan cukup lama.  Dia benar-benar mendominasi permainan ini.

****

Matahari menyilaukan mataku. Membuat aku perlahan membuka mata dengan paksa.

"Sayang, celana dalamku dimana?" Aris pagi-pagi mencari celana dalamnya.

"Coba liat di koper aku." Aku bangun dan menutup gorden. Lalu kembali melelapkan diri.

"Kamu masih tidur? Berarti Cuma Ariel aja ya yang mau borong pakaian di Mall."

Ucapan itu berhasil membuat mataku terbelalak dan berlari ke arah Aris lalu mencium bibirnya cepat.

"Tunggu bentar, Aris sayangku. Cintaku. Aku mandi sebentar ya. Cuma 5 menit kok." Ucapku berlari menuju ke kamar mandi.

Di luar sana terdengar suara Ariel, Arasta dan Raga. Mereka sepertinya sudah siap untuk ikut bersama kita.

"Ma..., Cepat!!! Abis nanti mainannya!" Suara Ariel di depan.

"Iya! Ini mama udah selesai kok." Aku membersihkan shampo yang masih menempel di kepalaku.

Gelagat Tawa mereka terdengar keras di luar sana. Membuatku semakin bersemangat. Mungkin ini rasanya memliki keluarga. Amat hangat. Terimakasih Tuhan, sudah menghadirkan mereka.

"Mama kenapa Nangis?" Ariel menatapku heran.

Aku menangis terharu dengan semuanya. Aku tidak menyangka akan seperti ini.

"Mama mandi sama bawang soalnya tadi. Jadi gini perih. Mama gak nangis kok," ucapku membuat Ariel terdiam. Dia kesulitan membayangkan perkataanku. Hmmm...., Arielku.

End....

Pertama sekali aku ucapkan terimakasih kepada Tuhan yang telah memberiku nikmat sehat seperti saat ini.

Dan terimakasih yang banyak sekali buat teman-teman Wattpad yang selalu mengomentari untuk melanjutkan cerita ini. Sejujurnya, cerita ini terbentuk karena keinginan kalian. Andai kalian tak mengomentari dan mensupport. Maybe, it's nothing. So, Aku berterima kasih banget buat yang kasih komentar, vote dan juga follow akun ini. Semoga sukses teman-teman.

The Bastard Daddy For My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang