Three

22.5K 1K 16
                                    


Ariel keluar dari sekolahnya sambil membawa pesawat kertas. Lelaki kecilku ini benar-benar menyejukkan setiap detikku dengan wajahnya. Aku lalu mengajaknya masuk ke dalam mobil dan menuju ke rumah.

"Jadi bagaimana sekolahnya hari ini," aku tersenyum lembut. Mengajaknya basa-basi.

"Baik kok. Aku punya teman baru loh Ma, dia pindahan. Cantik sekali." Aku langsung menatapnya, dia masih kecil tapi sudah bisa memuji seorang gadis cantik. Tolong katakan kalau dia tidak jatuh cinta. Dia masih kecil.

"Emang, dimana rumah dia?"

"Entah. Aku tidak tanya, Ma. Tapi dia benar-benar baik, Ma. Pesawat ini aja di buat sama dia."

"Oh ya, baik banget anak itu. Kamu harus kenalin ke mama besok."

"Kapan-kapan aja, Ma. Soalnya dia mau izin beberapa hari." Balas Ariel balas sambil tersenyum riang.

Perjalanan kami mulai mendekati rumah. Berbagai jenis kendaraan terus berlalu-lalang di jalan.

"Em... Ma."

"Iya, kenapa?" Aku tetap fokus pada jalanan.

"Kita...  Ka-kapan bertemu sama ayah?"

Srttt!!!

Aku mendadak mengerem tepat di depan gerbang rumah. Pertanyaan Ariel membuatku mengingat janjiku padanya.

"E..., Sayang, kita ketemu Papanya jangan sekarang. Tapi dia janji kok, mau ketemu sama kita beberapa bulan lagi." Balasku sambil mengusap rambut halusnya.

Ariel hanya diam, dia tampak kecewa.

"Sekarang kamu masuk ya, mama mau pergi belanja sebentar." Aku membukakan pintu mobil padanya.  Ariel tidak banyak bicara jika sedang marah, dia memilih untuk masuk ke dalam rumah tanpa sepatah-kata.

Aku tahu, aku yang salah dalam hal ini. Tapi aku benar-benar tidak siap jika harus menikah dengan seseorang. Aku terlalu takut untuk jatuh cinta lagi, aku tidak ingin terluka untuk kesekian kalinya. Aris? Dia memang ayahnya Ariel. Tapi aku tidak akan mengizinkan dia bertemu. Dia tidak pernah ada saat aku terpuruk. Dia satu-satunya lelaki bejat yang aku kenal.

Aku menuju ke salah satu market untuk membeli beberapa isi kulkas. Namun, saat aku ingin mememarikir mobilku, seorang pria memundurkan mobilnya tepat di hadapanku. Aku langsung menekan klakson mobil dengan cepat.

Burgh!

Mobil itu melecetkan mobil kesayanganku. Aku dengan cepat keluar dari mobil dan menuju ke depan. Tepat di kaca mobil pengemudinya aku berdiri dengan wajah geram yang ingin mencakar wajah pengemudi itu.

Tok! Tok! Tok!

Aku mengetuk kaca mobilnya, namun dia enggan menurunkan kacamobilnya.

"Woy! Kamu punya mata gak sih. Kamu liat itu mobil di belakang!  Kalau kamu gak bisa nyetir, mending gak usah bawa mobil. Bawa becak aja sekaligus!" Aku menendang ban mobilnya.

"Songong banget! Kamu harus tanggung jawab mobil saya! Dewan sama menteri saja takut sama mobil saya. Tapi kamu malah nabrak mobil saya, dengan pantat mobil pula kamu tabrak. Kamu punya otak gak sih, aku itu seorang sekretaris!"

"Tapi saya seorang pemimpin perusahaan." Seorang lelaki dengan jas hitam keluar dari mobil tersebut.

Sejenak, aku kaku. Tidak percaya kalau pemilik mobil itu adalah Aris. Lelaki itu selalu membuat masalah dalam hidupku.

"Berapa harga mobil anda, biar saya beli yang baru." Aris menatapku dengan tatap datar namun sedikit menggoda. Ia mencoba formal kepadaku.

Lelaki itu!

"Kalau anda berpikir saya tidak bisa membeli mobil baru, anda salah besar. Saya bisa kok, beli mobil baru.

"Tapi sepertinya, mobil anda sudah tua. Di senggol sedikit sudah lecet." Ia menatap remeh. Entah sumpah demi apa, aku ingin cakar wajahnya sekarang juga.

"Sesuatu itu jangan lihat tuanya, tapi liat kenangannya. Mobil itu memang tua, tapi kenangan sama mobil itu gak pernah bisa anda beli."

Aris memiringkan kepalanya. Tatapan sedikit mengejek dan juga seperti ingin mengatakan bahwa aku orang gila.

"Jadi apa yang harus saya ganti. Uang saya terlalu banyak di dalam mobil." Aris memajukan dirinya padaku lenih dekat.

Aku lalu mundur dua langkah, sebab dia terlalu dekat denganku.

"Anda pikir, anda lebih kaya dari saya? Anda harus tahu, hari ini saya baru saja mengambil satu karung uang dari bank." Aku mencoba tertawa mengejek.

"Yakin anda punya uang banyak? Dan bisa menganti kelecetan mobil anda dengan uang yang anda punya."

"Tentu, karena uang saya terlalu banyak." Aku moncongkan bibirku. Aris dengan cepat mencium bibirku.

Deg!

Jantungku terasa berhenti sejenak, Aris lalu mundur beberapa langkah. Aku masih diam dan tak percaya. Sedangkan lelaki itu segera masuk ke mobilnya.

Aku benar-benar kaku sekarang, orang-orang menatapku dengan wajah terkejut. Aku lalu menunduk menahan malu dan masuk ke market dengan cepat. Aris langsung meninggakan tempat ini.

Argh! Arisss

Jangan lupa komenttt and happy reading. Follow juga segenggamrindu  😘😘😘😘😘

The Bastard Daddy For My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang