Five

21K 906 16
                                    

Aku dan Arasta seperti biasanya duduk di restoran saat jam istirahat seperti sekarang. Kali ini kami memesan dua buah Cokelat Dingin dan dua makanan khas dari restoran ini.

"Naurah. Menurut kamu, Pak Aris itu suka cewek yang gimana ya?"

"Emangnya kenapa?" Aku melahap mie yang berada di hadapanku untuk kesekian kalinya.

"Ya siapa tahu aja dia suka sama aku!" Arasta tersenyum seperti membayangkan sesuatu di kepalanya. Entah apalah yang dia pikirkan tentang lelaki itu.

"Arasta, kalau kamu mau deket sama Iblis bermata Valak itu. Mendingan kamu jauh-jauh deh. Dia itu lelaki super galak dan kamu harus tahu, kalau dia lelaki yang super-duper bangsat."

Arasta memiringkan bibirnya sambil tersenyum mendengar ucapanku.

"Kalau kamu suka sama Pak Aris ya, gak apa-apa. Kita bisa bersaing secara sehat, Na. Gak usah buruk-burukin dia deh."

"Hah! aku? Suka sama Raja Iblis itu?  Gak bakalan. Kamu harus percaya sama aku, Pak Aris itu bukan lelaki yang baik. Dia Bastard! Jerk!" Aku meyakinkan Arasta.

Arasta lalu menenguk Cokelatnya, dia mengganti posisi, lebih berhadapan denganku.

"Aku akan percaya kalau dia bastard ataupun Jerk kaya kamu bilang. Dengan syarat, kasih aku bukti bangsatnya Pak Aris lebih dulu. Ok." Arasta tersenyum dan mulai bersiap-siap pergi.

"Tapi aku pernah lihat dia di Bar sama gadis yang banyak. Dia lebih dari playboy, Ta." Aku benar-benat tidak ingin melihat Arasta menyukai Aris. Sebab aku takut, dia akan dipermainkan oleh Aris seperti aku dulu. Dimana dia menghamiliku dengan cara liciknya.

"Aku pergi dulu ya," Arasta tersenyum lalu meninggalkan aku sendiri. Gadis itu memang seperti itu, sulit di nasihati jika sudah jatuh cinta.

Padahal aku semata-mata ingin menyelamatkannya dari marabahaya seorang Aris. Meskipun aku rasa dia lelaki yang baik dulu. Tapi cara menghamiliku dulu adalah hal paling aku benci. Juga saat aku hamil, aku memang tidak meminta ia untuk disampingku. Namun seharusnya dia mengerti situasiku saat itu, dimana orang yang aku cintai mematahkan hatiku.

Dia lelaki brengsek. Saat aku hamil dia tidak pernah sekalipun datang menjengukku. Ya, meskipun aku telah memilih mengasingkan diri. Tetap saja dia harus mencariku karena di dalam kandunganku itu adalah anaknya. Dan saat ini, aku hanya berharap bahwa tuhan akan tetap mengosokan hatiku seperti ini. Tidak jatuh cinta ataupun patah hati.

Thinkkk!

Satu pesan masuk ke dalam handphoneku membuat lamunanku lesap seketika. Aku membuka pesan tersebut dengan segera.

085336***** : Lima menit lagi datang ke ruanganku.

Aku tidak tahu siapa pemilik nomor ini. Tapi kepalaku tertuju pada lelaki itu, hanya dia yang dapat memerintahkan aku di perusahaan itu. Aku segera bangkit dari tempat duduk dan membayar tagihan makanan. Lalu meluncur ke perusahaan secepatnya, aku tidak ingin lelaki itu menghukumku semuanya.

"Mbak...," seorang lelaki tiba-tiba berteriak saat aku hampir menyebrangi jalan.

Seorang lelaki dengan kemaja putih dengan wajah yang manis berlari kecil ke hadapanku.

"Apa apa ya?" Aku langsung bertanya.

"Eh..., ini kartu Mbak. Tadi jatuh tadi." Lelaki itu tersenyum manis sambil memberiku kartu ATM-ku.

Aku berterima kasih pada lelakit tersebut. Kemudian, menatap kembali jalan, siap untuk menyerbrangi jalan. Namun kendaraan terus berlalu lalang membuatku kesulitan untuk menyebranginya.

"Ayo saya bantu," Lelaki itu mengambil tanganku dengan cepat dan menyebrangi jalan sambil memberi peringatan berhenti pada setiap kendaraan yang berlalu lalang. Dia terus berhati-hati mengajakku menyebrang jalan.

"Te-terima kasih," aku tiba-tiba salah tingkah. Lelaki itu lagi-lagi memamerkan senyum manisnya dan meninggalkan aku di depan perusahaan. Aku masih diam menatap punggungnya pergi. Tertegun.

****

kalau di kasih photo, Aris cocok jadi siapa coba? Juga Naurahnya siapa? Jangan lupa vote  😘😘😘 follow segenggamrindu dan juga Novansurya

The Bastard Daddy For My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang