Four

21.3K 945 6
                                    

"Kalau kamu seorang Sekretaris, seharusnya datang lebih awal dariku," Ucapan itu menghentikanku tepat di depan pintu ruangku.

Jika bukan karena dia seorang pemimpin perusahaan ini, sudah kutendang lelaki ini di langit ke 7++. Apa karena dia seorang pemimpin, lalu bebas mencaciku. Terserah aku mau masuk jam berapa.

"Dua menit lagi, antarkan daftar bahan bangunan dan juga desain bangunan proyek baru." Aris yang sedari tadi duduk di atas meja kerjaku langsung bangkit dan menuju pintu keluar.

"Baik Pak," Aku mencoba tetap profesional. Bagaimanapun gajiku tetap bergantung pada lelaki satu ini.

"Dan satu lagi, berhenti bawakan setumpuk dokumen di dalam mobilku." Aris berhenti sejenak.

"Kunci mobilnya?" jawabku sedikit malas.

"Itu, di atas meja. Oh iya, jaga intonasi bicaramu. Itu bisa memotong gajimu." Aris lalu pergi dari ruanganku.

Aku terdiam sejenak, mengontrol api di dadaku. Andai hari ini kiamat, aku akan mencoba membunuhnya lebih dulu dari pada terbunuh oleh alam.

****

"Hei! hei! Hei! Naurah kamu baik-baik saja-kan?" Suara Arasta yang keluar dari lift membuatku memiringkan wajah untuk menongokmya. Sebab buku yang Aris minta benar-benar banyak hingga menutupi wajahku.

"Aku baik-baik aja kok. Kamu mau kemana?" Balasku sambil segera masuk ke dalam lift.

"Ada urusan sebentar. Nanti kita ketemu di tempat biasa ya...," Balas Arasta cepat.

"Ok," pintu lift tertutup rapat dan mengantarku pada ruang paling kubenci mulai saat ini. Ya, siapa lagi kalau bukan ruang Aris. lelaki itu telah menyusahkan aku sekaligus hidupku, tapi aku harus tetap menahan semuanya. Ingat dirimu Naurah, kamu telah gagal memiliki seseorang dan tolonh jangan sakiti hatimu lagi dengan mencintai seseorang.

Aku masuk ke dalam ruangan Aris dengan buku ataupun file yang dia minta.

"Ini taruh dimana pak?" Aku menunggu perintahnya.

"Em dimana ya?" Aris masih berpikir.

"Eh..., Pak cepat sedikit, ini berat." Aku kesal dengan lelaki itu, dia kira yang kubawa ini tidak berat apa. Dia benar-benar ingin melihatku menjadi singa!

"Taruh di pojok itu aja,"

Aku menuju ke pojok di dekat lemari.

"Stop dulu, di sini saja kayanya." ucapan Aris membuatku yang membungkuk hampir harus kembali berdiri dengan buku dan file yang kubawa.

"Dimana?" aku kebingungan.

"O..., di sebalah kanan aja deh."

Dia lagi-lagi merubah arah.

"Ini, di kanan ini," ucapnya dengan suara sedikit terkekeh. Apa dia menjahiliku?  Aku segera meletakkan buku itu di tempat yang dia minta.

"Ahhh...., Lega." Aku memutar sedikit badanku ke kiri dan kanan.

"Daftar Bahan bangunan dan Desainya mana," Aris menatapku dengan santai. Aku lalu mengambil di atas tumpukan yang aku bawa tadi, sebab aku telah satukan dengan tumpukan itu.

"Ini pak," Aku memberinya beberapa lebar kertas.

Lelaki itu mulai mengangguk-angguk. Sekarang dia baru tahu, kalau aku sekretaris paling hebat dari semua perusahaan.

Aris menjatuhkan selembar kertasnya.
"Tolong ambil," dia memintaku segera mengambilnya. Aku langsung memungut kertas itu, lalu memberinya.

Tapi dia menjatuhkan lagi, dia berkode untuk meminta aku mengambilnya lagi. Aku kembali mengambil dan memberinya. Namun dia lakukan lagi, dan aku tetap memberinya. Hingga kertas itu jatuh tepat ke sepuluh kalinya, darahku benar-benar terasa di atas kepalaku.

"Maksud pak apa ya?!" Aku membentaknya dengan suara keras.

"Kamu masih belum tahu kesalahan kamu?" Aris tersenyum lalu bangkit dari mejanya.

"Emang aku salah apa?" Aku menatapnya tajam.

"Kamu ingat apa yang aku katakan tadi!" Aris membentakku. Aku tergugu, lelaki ini ternyata tidak sama seperti dulu. Dia sudah berani membentakku. Tapi aku akan tetap berusaha tegar di depannya. Menangis? Itu cuma akan membuatku terlihat lemah di hadapannya.

"Tadi aku bilang, dua menit lagi antarkan file ini ke meja saya. Tapi kamu malah mengambil buku dan file yang ada di mobil saya lebih dulu. Dan kamu lihat berapa waktu yang kamu habiskan? Kamu telah menghabiskan waktu 10 menit 23 detik." Aris menjelaskan panjang lebar. Aku tetap tegar, meskipun aku tidak suka dibentak.

"Sekarang, kamu silahkan keluar dari ruangan ini," Aris menunjuk pintu keluar.

"Baik," Jika boleh jujur, aku sedang menahan airmataku sekarang. Dia benar-benar pemimpin kasar yang aku temui. Dan pastinya dia telah berubah, bukan lagi Aris yang aku kenal dulu. Dia lelaki bajingan sekarang. Aku membencinya!

****

Jangan lupa vote and follow segenggamrindu juga Novansurya
Happy reading teman-teman wattapadku 😘😘😘😘

Note : mulai dapat feelnya. Hehehhe

The Bastard Daddy For My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang