(aku rekomendasi bacanya sambil dengerin lagu mellow, kaya aku bukalah untukmu, pura-pura lupa, dll")
Back to Naurah POV
Semua yang kami cari telah selesai, dan bahan-bahannya benar-benar murah seperti yang dia katakan. Mungkin ini alasan kenapa dia bisa di pilih oleh keluarganya menjadi seorang Manager. Selalu punya ide efektif dan tak terduga.
"Kita makan di restoran ya," ucapnya sambil menyetir menuju arah Hotel.
"Tapi kita ke hotel dulu, Alitta juga perlu di ajakkan." Aku menginginkan.
"Tidak usah, soalnya ada sesuatu yang ingin aku katakan." Dia berkata serius. Wajahnya menatapku sejenak lalu terdiam tanpa banyak ucapan.
Aku hanya mengangguk bertanda iya. Tak lama kemudian, kami sampai di salah satu restoran bergaya Itali, pengunjungnya adalah orang kelas atas, aku bisa melihatnya dari bentuk dan jenis pakaian yang mereka gunakan. Aku dan Aris mengambil tempat duduk di bagian pojok, lelaki itu memesan kopi dan cokelat hangat serta steak.
"So, apa yang bakal kamu bicarakan? Tentang pekerjaan kita-kan?" Aku berharap tentang itu.
"Ini serius. Dan. Bukan tentang pekerjaan...," Dia menghentikan kata katanya ketika pelayan membawa pesanan kami.
Dia diam. Aku memilih untuk memotong steak dan memakannya, tapi ketika steak itu tepat di depan mulutku. Seleraku hilang seketika, itu karena dia bertanya tentang,
"Ini tentang anak kita."
Ucapannya membuatku agak tersengal, aku masih bisa merasakan sakitnya mengurusi anakku sendiri tanpa suami. Aku tahu, aku yang salah karena tak pernah mau menerimanya. Tapi kenapa dari dulu dia tak pernah meneleponku. Menanyakan sekali-dua kali tempat keberadaanku dan anakku.
"Aku tahu, anak kita masih hidup. Dia sekarang berada dengan Arasta kan! Dan kenapa kamu tidak pernah memberitahu aku." Dia terus mengoceh.
Aku tetap diam. Meredam amarahku.
"Aku gak tahu apa yang ada dipikiran kamu sampai gak mau mempertemukan anakku dengan aku, ayahnya sendiri." Dia setengah berteriak. Orang-orang menatap kami sejenak.
"Dan kenapa kamu tidak pernah mau menerima aku lagi? Sedangkan kamu tahu kalau itu benar-benar suka dan cinta sama kamu. Kamu—"
"Diam!"
Aku keluar dari restoran dan mencari taxi. Aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh Aris di belakang.
"Naurah!" Aris menarik tanganku. Kami berada di pinggir jalan.
"Berhenti sentuh aku! Aku jijik sama kamu. Kenapa kamu bertanya hal seperti ini. Kamu harusnya sadar, apa kesalahan kamu selama ini."
Seketika awan yang tadinya cerah menjadi abu-abu. Entah karena alam merasakan sakit yang aku rasa dan ingin ikut menangis atau entah apalah. Tapi suasana terasa mulai gelap.
"Aku gak tahu, kesalahan apa yang kamu maksud. Dan aku minta maaf jika kelakuanku kurang ajar dari sebelumnya."
"Dengan mudahnya kamu mengatakan maaf, sedangkan kamu sendiri gak pernah tahu apa kesalahan kamu sendiri!" Aku mencoba tertawa padahal airmataku sudah mengalir deras. Bulir air dari langit mulai berjatuhan. Awan semakin menghitam bertanda hujan besar akan melanda kota.
Plakkk!
"Kamu sadar gak sih! Aku capek besarin anak kamu sendiri! Tapi kami gak pernah hubungi aku atau cari aku. Dan kamu gak pernah tahu, bagaimana rasanya ditinggalkan seperti ini. Dan aku memang salah menyuruhmu pergi saat itu, tapi tak bisakah kamu kembali untuk melihatku sejenak, betapa sulitnya hidup aku!!!" Aku meneriakinya tepat ketika hujan mulai turun.
Dia diam, mengepalkan tangannya dengan keras. Menahan amarahnya.
"Kamu gak pernah sadar, Ris! Kamu itu datang ketika aku udah bisa bangkit dari kepurukanku. Dan itupun kamu datang juga membawa luka!" Aku tersenyum, dengan airmata yang tak bisa berhenti.
"Luka?" Dia masih tidak menyadarinya.
"Sejujurnya aku terluka setiap kali aku melihat kamu dengan wanita lain. Tapi aku menahan rasa cemburu itu, karena aku sadar. Aku tidak seharusnya jatuh cinta kepada orang seperti kamu! Aku sangat membenci diriku sendiri ketika jatuh cinta sama kamu. Aku jijik sama kamu! Kamu brengsek! Aris! AKU MEMBENCIMU, RIS!!!" aku tidak bisa lagi menahan tubuhku. Dia tetap diam, menyadari semua kesalahannya.
"Tolong tinggalkan aku, jika kamu masih ingin aku berada di perusahaanmu." Ucapku dengan cepat.
"Na—"
"Berhenti bicara! Pergi!"
"Aku bakal buat kamu jatuh cinta lagi! Dan aku gak peduli apapun yang akan kamu lakukan. Dan kali ini, aku akan mengiyakan permintaanmu." Aris pergi menuju mobilnya dan pergi, aku bisa melihat mata merahnya. Ya, dia menangis tepat ketika hujan turun agar tidak terlihat.
Arggh!!! Tuhan kenapa sesakit ini, aku membencinya!
Jangan lupa vote. Dan koment yaaa. Btw, apa yang kalian suka dari part ini. Aku sih semuanya. Heheheheh 😂😂😂😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard Daddy For My Son
Romance(LENGKAP) Aku tidak terganggu dengan kehadiran anakku tanpa ayahnya. Namun semuanya berubah ketika anakku bertanya tentang ayahnya. Dan pada waktu selanjutnya aku harus bertemu lagi dengan ayah dari anakku di sebuah perusahaan. Namun kali ini berbed...