Nineteen

15.5K 673 21
                                    


Aku menatap diriku di depan cermin, bersiap-siap untuk menuju ke toko yang di tuju oleh Aris. Seketika Alitta terbangun. Aku baru menyadari bentuk tubuh gadis ini. Dia memiliki tubuh yang ramping dan amat seksi.

Tok... Tok... Tok...

Suara gedoran itu membuat Alitta mengambil bajunya dengan cepat. Karena dia hanya menggunakan baby dress. Setelah dia menggunakan bajunya, Aku menuju pintu dan membukanya.

"Allita besok bawa berkasmu, agar kamu dapat ditempatkan sesuai keahlianmu." Ucap Aris sambil masuk ke dalam ruangan.

Mata Alitta terdiam ketika melihat Aris yang begitu rapi dengan jasnya. Mungkin dia jatuh cinta. Tapi jika iya tak apa-apa. Aku mendukung mereka, tapi kenapa ya, aku sendiri merasa ada yang salah?

"Mau sampai kapan kamu bengong? Ayo cepat!" Aris membuat lamunanku terbang.

"Santai aja, Pak Aris yang sok kecakepan!" Aku meninggikan suaraku.

"Siapa yang sok Kecakepan?" Aris maju tiga langkah ke arahku. Itu membuat terpojok. Aroma tubuhnya benar-benar tercium olehku.

"Ka-ka kamulah!" Aku memajukan diri. Agar terlihat berani.

Cups

Sebuah kecupan singkat mendarat di bibirku. Itu cukup membuatku terdiam sejenak. Ingin rasanya kumarah padanya, tapi kenapa hatiku terasa bergetar.

"Cepatlah, aku menunggu di mobil," balasnya dan meninggalkan aku.

"Alitta, tolong Carikan aku Ciri-ciri orang jatuh cinta, aku khawatir soalnya ini," aku menatap yang tersenyum.

"Siap mbak...,"

Aku kemudian menyusul Aris yang sudah berada di mobil.

Arasta POV
(artinya sudut pandang Arasta, dan Arasta menjadi tokoh 'aku' disini.)

Setelah mengantar anaknya Naurah, aku meneruskan diriku menuju ke kantor. Sepanjang jalan terasa hambar sekarang, aku teramat bodoh, bisa jatuh cinta pada hal yang sama sekali buka milikku. aku tiba di perusahaan tempat aku bekerja, Aku membelok berbelok kiri, kemudian menuju ke arah Parkiran.

"Hai Sa, bareng yuk." Seorang karyawan di perusahaan ini menyapaku ketika keluar dari mobil.

Aku hanya mengangguk untuk mengiyakan.

"Tahu gak, kemarin pas kamu pulang, ada cowok datang dan dia cari kamu," ucapan itu menghentikan langkahku.

"Ciri-cirinya Gimana?" Aku mencoba meneruskan langkah.

"Ciri-cirinya itu.... Kaya...."

"Kaya apa?"

"Kaya dia itu! Nah dia yang cari kamu," dia menunjukkan ke seseorang yang datang dari arah berlawanan.

Wajahku seketika berubah drastis.
"Keknya aku harus duluan," temanku itu kemudian pergi dengan cepat.

Lelaki itu datang dan berdiri tepat satu langkah di hadapanku. Aku memilih menunduk.

"Kamu marah sama aku?" Ucap Raga tanpa basa-basi.

"Marah kenapa? Aku gak marah kok, selamat ya, karena bentar lagi mau nikah." Aku mencoba tersenyum.

"Kalau kamu gak marah, kenapa kamu pergi saat itu." Ucapannya membuatku terdiam sejenak memikirkan alasan. Aku tak pandai berbohong.

"Aku pingin pulang aja, lagian kita kan cuma teman." Aku menahan airmataku.

"Gak. Aku udah anggap kamu lebih dari teman. Dan aku yakin kalau kamu itu punya perasaan juga sama aku."

"Jangan kepedean Raga, becanda aja," aku mencoba mencairkan suasana, yang dia katakan benar, tapi aku gak punya hak buat suka dengan milik orang lain.

"Please! Jangan seperti ini. Aku tahu kamu cemburu saat itu. Dan aku gak sengaja, aku gak tahu kalau mantan aku itu bakal datang. Apalagi perjodohan ini," ucapnya membuatku terdiam.

"Aku minta maaf Arasta, karena semua ini. Dan kamu mau gak jadi istri aku?" Ucapnya dengan bergetar.

"Lucu ya, kamu datang pagi-pagi dan ngelamar aku dengan cara yang gak jelas. Bahas masalah yang  bukan masalah. Kamu maunya apa sih, Raga?" Aku tetap menahan airmataku meski sudah berada di pelupuk.

"Maksud kamu apa?"

"Kamu harusnya sadar kalau mau bakal nikah sama dia. Dan itu artinya kamu adalah milik dia. Dan tolong jangan datang lagi, karena hal yang kemarin saja masih sakit. Aku gak tahu apa yang ada di pikiran kamu, Raga! Tapi kamu harus sadar, kalau aku gak akan pernah jadi milik kamu karena kamu sudah di jodohkan."

"Aku sudah membatalkan perjodohan itu. Dan tolong beri aku kesempatan sekali lagi." Ucapnya pelan.

"Aku akan memikirkannya lagi," aku meninggalkannya. Menahan airmataku agar tidak turun.

****

01.45 itu berarti 15 menit lagi aku segera menuju ke perusahaan, cokelat dingin yang aku pesan sudah mulai habis.

Seorang gadis yang pernah ada di pesta Raga menatapku dari jauh, dia kemudian berjalan ke arahku duduk di hadapanku. Seketika aku menyadari siapa dia. Dia adalah mantan kekasih Raga.

"Maaf, jika aku lancang berbicara denganmu. Aku hanya ingin mengatakan sedikit hal tentang hubunganku dengan Raga."

Aku tetap diam, menatapnya berbicara.

"Aku sama Raga udah pacaran lebih dari 5 tahun. Bulan depan sebenarnya adalah acara pernikahan kami, tapi dia membatalkan perjodohan ini. Dan pagi tadi, aku benar-benar lihat betapa Raga suka sama kamu."

Dia kemudian terdiam sejenak.

"Aku bisa minta tolong ke kamu? Untuk menolaknya. Karena kami sendiri mengertikan sakitnya hati ketika tidak dicintai. Dan karena kamu perempuan, aku harap kamu mengerti, sebuah sakit. Aku pamit dulu. Tolong berikan dia untukku. Dia adalah alasan kenapa aku masih bertahan." Gadis itu kemudian pergi.

Aku masih terdiam, menelan setiap ucapannya.

****

Langsung post tanpa edit. Sorry jika typo. Btw, mau sibuk UTBK ini. Semoga ada waktu buat lanjutin story ini. Jangan keluar rumah guys, baca wattapad aja. 😁😁😆😆😘😘

The Bastard Daddy For My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang