Pertemuan

1.4K 106 9
                                    

Suara bising dari knalpot kendaraan roda dua, maupun roda empat mengalun sangat kencang di kota bogor. Polusi dan debu yang sudah beterbangan menyerbu semua pengguna jalan yang sedang terjebak macet, walaupun waktu sudah sore dan langit yang menampakkan semburat jingga yang indah tak membuat orang-orang merasa lelah atau menyerah menghadapi kemacetan seperti ini.
    
Dua remaja laki-laki memakai seragam putih abu-abu dan satunya Lagi memakai seragam almamater biru dengan celana warna putih, yang sedang mengendarai sepeda motor dengan knalpot yang sungguh berisik, membuat orang sekitar terusik mendengarnya. Salah satu dari mereka memberi instruksi untuk mengikutinya.
    
Banyak orang memandang mereka bertiga dengan sinis, karna orang berpikir bahwa mereka bertiga adalah anak dari geng motor jalanan. Tetapi semua kenyataan itu salah, ketika ketiga remaja itu memberhentikan sepeda motornya di samping seorang nenek yang sudah berumur untuk menyeberangi jalan dengan membawa barang yang cukup banyak. Mereka bertiga membantu nenek itu dengan satu dari mereka membawa barang-barang nenek, satu lagi berdiri di tengah jalanan seperti seorang tukang parkir, dan satu lagi menuntun nenek itu untuk menyeberangi jalan dengan hati-hati. Nenek itu berterima kasih banyak kepada mereka bertiga yang sudah membantu nenek tua itu, yang di jawab dengan senyuman dan anggukan kepala.
    
Setelah membantu nenek tua menyeberangi jalan, ketiga remaja itu berjalan ke arah sebuah warung batagor pinggir jalan yang ramai oleh pengunjung yang ingin membeli batagor. Banyak orang-orang yang menikmati waktu sore bersama keluarga, teman, maupun kekasih untuk menikmati enaknya rasa batagor buatan kang Dadang.
    
Ketiga remaja itu melangkahkan kakinya ke dalam warung dengan mata yang meneliti setiap sudut warung untuk melihat apakah masih ada bangku yang kosong untuk mereka duduki atau tidak. Dan salah satu dari mereka bertiga melihat bangku dan meja yang kosong di sudut pojok warung. Lalu, dari ketiga anak itu berteriak, “kang Dadang, kita mesan yang kaya biasa yang, Kang!” yang di panggil hanya mengacungkan jari jempolnya saja.
    
Ketiga remaja lelaki itu mengambil sebungkus rokok beserta pematiknya. Lalu, mengambil satu batang masing-masing. Mereka tidak menyadari kalau kelakuan mereka bertiga sedang di amati oleh seorang perempuan dengan memakai almamater dan rok putih selutut. Perempuan itu memandang ketiga remaja lelaki itu dengan pandangan menilai, karna ketiga remaja lelaki itu memakai seragam yang sudah tak tertata rapih, kancing atas baju terlepas, dan dasi yang sudah tak terbentuk dengan sempurna. Mata perempuan itu sukses melotot melihat ketiga remaja lelaki itu mengambil pematik untuk membakar rokok yang ada di tangan mereka bertiga. Perempuan itu bergegas menghampiri ketiga lelaki itu dengan tergesa-gesa.
    
“Kakak, kalau mau cari penyakit jangan ajak orang dong,” ucap perempuan itu yang sudah berdiri tepat di hadapan ketiga remaja lelaki itu.
    
Ketiga remaja itu adalah Senja, Apip, dan Dewa yang saat ini sedang memandang bingung perempuan yang ada di hadapan mereka bertiga. Apip pun menjelaskan maksud mereka bertiga di sini, “kita di sini mau makan batagor bukan cari penyakit, mending mengamen bisa dapat duit.”
    
Perempuan itu adalah Anaya Angelica yang saat ini sedang memandang kesal ketiga remaja lelaki itu, “maksud aku bukan itu.” Dewa pun mengangkat sebelah alisnya dengan seringai, “terus yang bagaimana dong dedek cantik,” Dewa menggoda Anaya dengan menaik turunkan sebelah alisnya dengan senyuman geli.
    
Karna Anaya sudah sangat kesal dengan tingkah laku ketiga remaja lelaki itu, ia pun memberitahu apa sebab dirinya menghampiri mereka, “kakak kalau mau merokok lihat kondisi sekitar dong, walaupun orang-orang yang ada di sekitar kakak nggak bisa merasakan nikmatnya nikotin yang kakak hisap, tapi orang di sekitar kakak tuh rasain bagaimana bau asapnya dan lebih parahnya lagi mereka mendapatkan dampak negatif dari perbuatan kakak tanpa menyentuh se-inci pun,” Anaya berbicara dengan bergebu-gebu dengan emosi yang sangat besar. Lalu, ia pun membuka tas nya dan mengeluarkan satu pack permen karet menaruh di atas meja ketiga remaja lelaki itu, “pengganti buat candu kalian.” Sejujurnya Anaya ingin sekali menendang ketiga remaja lelaki itu ke planet pluto dan menghilangkan jejaknya dari bumi ini.
    
Senja, Apip, dan Dewa mendengarnya sontak melongo, karna baru kali ini ada yang berani dengan mereka bertiga apa lagi menceramahi di depan umum seperti ini. Semua pasang mata tertuju ke arah mereka bertiga dengan pandangan yang mencemooh. Banyak pelanggan yang menyaksikan kejadian itu menyetujui apa yang di ucapkan oleh Anaya. Rasanya Senja, Apip, dan Dewa ingin memutuskan kepalanya dari leher mereka, karna telah diperbuat malu dengan perempuan yang ada di depan nya.
    
Dengan tak merasa bersalah Anaya pergi melenggang keluar warung batagor dengan senyum penuh kemenangan yang menghiasi wajahnya. Ketiga remaja lelaki itu tercengang melihatnya pergi meninggalkan mereka bertiga dengan rasa malu tingkat dewa. Dengan santainya Anaya melambaikan tangannya ke ketiga remaja lelaki itu dengan senyuman yang hangat.
    
Senja, Apip, dan Dewa hanya menggelengkan kepala melihat semua itu. Senja bertanya kepada kedua sahabatnya dengan pandangan yang menyelidik, “Perempuan tadi siapa?”  Apip dan Dewa pun hanya menggelengkan kepala sambil mengunyah batagor yang sedang mereka makan. Lalu, Apip bersuara, “kayaknya satu sekolahan deh sama Dewa, soalnya seragam yang perempuan itu pakai sama.” Senja menganggukkan kepalanya dengan seringaian yang tercetak jelas di wajahnya.
    
“Semoga kita bisa bertemu kembali,” gumam Senja dengan senyum-senyum sendiri.

         ___o0o___

“Pertemuan bukanlah akhir dari sebuah cerita, melainkan sebuah awal dari sebuah cerita yang akan tersusun rapih menjadi sebuah kenangan yang indah.”

         ___o0o___

Jangan lupa boy and komen ya!



Cinta Kelabu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang