Canggung

457 54 1
                                    

Bel pulang sekolah terdengar nyaring. Siswa-siswi berteriak heboh dan berlarian keluar dari kelasnya dengan semangat membara. Banyak para siswa-siswi berjalan menuju ke parkiran yang tentunya untuk mengambil kendaraan mereka, seperti Anaya yang ingin mengambil sepeda kesayangannya.

Kali ini Anaya akan pulang terlambat di karenakan ia akan pergi ke sebuah toko buku langganannya.

Anaya mengayuh sepedanya ke arah jalan raya sambil bersenandung kecil. Cuaca hari cukup panas, membuat keringat berjatuhan di wajahnya. Anaya merasakan ada yang aneh dengan sepedanya. Benar saja ban sepedanya bocor tepat di depan warung amal dan saat ini sedang banyak di kunjungi oleh para remaja lelaki brandalan sebayanya.

Sedangkan di warung amal, anak lelaki di hebohkan dengan adanya sosok perempuan cantik di pinggir jalan bersama sepedanya.

Senja, Apip, dan Dewa pun penasaran siapa orang tersebut. Mereka bertiga berjalan keluar dari warung untuk melihat dan mata Senja, Apip, dan Dewa terbelalak melihat Anaya yang sedang memandang sepedanya nanar.

Akhirnya Senja memilih untuk menghampiri Anaya. Setelah dirinya telah sampai, ia pun ikut berjongkok bersama Anaya sambil mengamati ban sepedanya.

"Ban sepedanya bocor?"

Mendengar ada suara yang sangat dekat di telinganya, Anaya spontan menoleh dan kepalanya terantuk oleh kepala milik orang itu.

"Awww..." teriak keduanya sambil memegangi kepala mereka masing-masing.

"Kalem sedikit dong...!" dengus Senja masih mengusap kepalanya.

"Maaf..."

Senja menghela nafas dan mengulurkan tangannya membantu Anaya bangun, "ayo bangun, biar gue yang bantu."

Anaya menyambut tangan Senja dengan senang hati, karna masih ada seseorang yang bisa membantunya. Dan ternyata orang itu adalah sosok yang selalu ada di mana dirinya berada.

"Apip, Dewa sini...!"Senja berteriak kencang memanggil kedua temannya. Sedangkan yang di panggil berlari tergopoh-gopoh menghampirinya.

Senja berbisik dengan kedua temannya sambil menunjuk ke arah sepeda. Anaya di buat bingung dengan kelakuan ketiga lelaki itu, seperti sedang merencanakan sesuatu kepadanya.

Tiba-tiba sepeda Anaya di bawa oleh kedua temannya Senja membuat Anaya berteriak.

"Hey... Sepedaku mau di apain?" Anaya berteriak kencang.

Baru saja dirinya berlari mengejar, tetapi ada sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya.

"Jangan kayak orang kesetanan deh sampai teriak kayak gitu, lo pulang bareng gua!" ujar Senja pedas.

Perempuan itu mendengus sebal mendengarnya.

"Tapi aku mau ke toko buku dulu," jelas Anaya yang di sanggupi oleh Senja.

Mereka berdua pergi ke toko buku menggunakan motor Senja. Banyak anak remaja lain yang menyoraki mereka dengan usil sambil memberi godaan kepada Senja dan Anaya.

Di perjalanan tak ada dari mereka berdua membuka suaranya. Hanya ada sebuah kecanggungan yang mengisi suasana mereka berdua.

Mereka sudah melewati banyak pertokoan atau tempat para remaja nongkrong. Dan di sinilah mereka berdua berhenti di sebuah tempat toko buku.

Anaya turun dari motor dengan terburu-buru berlari ke dalam toko buku menghiraukan panggilan dari Senja.

Ia kira pemuda itu langsung pergi dari sana, melainkan dia mengikuti masuk ke dalam toko buku. Anaya semakin cepat melangkahkan kakinya supaya dirinya terbebas dari pemuda itu.

"Woy... Peri cantik balikin helm gue dulu jangan main kabur dong!"

Merasa ditampar oleh kenyataan, Anaya berhenti dan membalikkan badannya ke belakang. Ia melihat wajah Senja yang memerah akibat kesal.

Dengan rasa canggung ia melepaskan helm yang masih melekat pada kepalanya. Bodoh! Umpatnya dalam hati.

Senja menggelengkan kepalanya melihat kelakuan perempuan itu. Sungguh lucu untuk ditertawakan.

"Bodoh! Otak lo di mana sih. Lo mau pakai helm ke dalam? Emang lo udah siap jadi bahan lelucon orang." Umpat Senja sambil menjitak kepala Anaya.

Anaya meringis mendapatkan jitakan dari Senja. Dan tiba-tiba tangan di tarik oleh pemuda itu untuk memasuki lebih dalam lagi ke toko buku.

"Gua anterin biar lo nggak hilang diambil tukang balon dua ribu," jelas Senja.

Benar saja pemuda itu ikut andil dalam mencari buku yang Anaya ingin beli. Senja juga membuat lelucon, sehingga Anaya tertawa. Sampai di mana retina mata Anaya menangkap sosok lelaki berdiri di belakang senja yang dapat membuat tawa Anaya terhenti seketika. Senja mengernyit bingung, ada apa dengan Anaya sampai dirinya tegang.

Senja pun membalikkan badannya, ia melihat ada sosok yang selalu menjadi musuh bebuyutannya dan tanpa sadar Senja sudah mengepalkan kedua tangannya.

"Hai... Kita bertemu lagi," sapa lelaki itu dengan smirk andalannya, membuat Senja geram melihatnya.

"Enghhh... hai kak Agra," Anaya membalas sapaan dari lelaki itu yang bernama Agra dengan kikuk.

"Mau apa lo?" tanya Senja dengan nada tak santai.

"Weits... santai bro, kayak bocah ketahuan makan permen saja."

Agra sengaja mengejek Senja, ia pun berjalan mendekat ke Senja dan langsung berbisik, "Let's start this game."

Gigi Senja bergemeletuk geram mendengarnya, ia langsung menarik tangan Anaya untuk pergi dari toko itu dan meninggalkan anak gorila terlaknat itu.

Anaya melihat kejadian tadi bingung, apakah ada masalah antara Senja dengan Agra. Ia pun mengendikan kedua bahunya untuk tidak memikirkannya.




___o0o___


"Canggung adalah hal yang sangat di hindarkan dari sebuah hubungan, karna ia dapat membuat jarak antara dia dengan dia."

___o0o___

Jangan lupa vot and komen ya!.




Cinta Kelabu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang