Tertikam Oleh Penyesalan

311 12 0
                                    

“Ketika kamu hidup bertahun-tahun dengannya, lalu kepercayaan yang kau punya untuknya telah sirna. Ketahuilah bahwa ada hati yang terluka dan kamu pula yang akan tertikam oleh penyesalan.”

–––o0o–––

Pagi yang cerah, secerah hati sang bidadari. Namun, berbeda dengan kondisi di rumah Atmaja. Berpenghuni, tetapi tak bernyawa. Tegang, adalah suasana yang dapat digambarkan saat ini.

Di sana Atmaja duduk dengan seragam kebanggaannya beserta ransel besar di samping kursi makan yang Atmaja duduki. Mata Atmaja terfokus melihat wajah murung putrinya. Berulang kali dirinya menghela napas kasar untuk mengurangi sesak di dadanya.

“Anaya, Ayah akan pergi tugas. Ayah minta tolong sama kamu, jauhi Senja mulai sekarang,” ucap Atmaja.

Tinggg

Dentingan sendok beradu dengan piring sebagai jawaban dari Anaya. Tanpa takut lagi Anaya menatap tajam ke arah Ayahnya.

“Kalo mau pergi, ya pergi aja. Nggak usah urusin hubungan aku dengan Senja,” teriak Anaya.

Medina kaget mendengar teriakan putrinya. “Anaya, yang sopan kamu!”

Atmaja  mengusap punggung istrinya dan menggeleng agar tidak terpancing emosi.

“Nak, dengarlah! Waktu Ayah nggak banyak seperti dulu. Jujur Ayah kecewa sama sikap kamu, tapi Ayah sadar semua ini salah Ayah. Tetapi, Ayah ingin kamu bahagia dengan cara lain tanpa mempertahankan yang bisa saja membuat hati kamu mati rasa,” jelas Atmaja panjang lebar. “Ayah, nggak tau kalo Ayah bisa pulang atau tidak. Ayah janji akan pulang cepat dan berjanjilah agar tidak termakan dengan namanya cinta.”

Atmaja mengangkat ranselnya, lalu mencium kening istrinya dan Anaya, tetapi langsung ditepis oleh oleh Anaya. Atmaja tersenyum lirih dan mengusap lembut rambut Anaya.

“Hati-hati untuk kalian. Dan kamu Erlan, tolong jaga putri saya ke manapun dia pergi!” titah Atmaja.

Erlan langsung berdiri tegak saat namanya dipanggil dengan sigap Erlan mengangguk dan mengangkat tangan kananya seperti sikap hormat.

Punggung kokoh yang berisi ransel besar telah hilang dimakan jarak. Medina pergi meninggalkan Anaya bersama Erlan dengan berjuta-juta tikaman sakit hati.

Anaya mengucek kedua matanya agar air matanya tak keluar. Dengan tergesa-gesa Anaya menyampirkan tasnya, lalu pergi keluar dari rumah. Tidak tinggal diam Erlan berlari mengikuti Anaya. Kening Erlan mengeryit melihat ke mana arah Anaya pergj. Sekali sigap Erlan mampu mencekal tangan Anaya.

“Eittsss… mau ke mana kamu?”

Anaya menyentak cekalan Erlan. “Apaan sih. Nggak usah pegang-pegang,” ucap Anaya dan berlalu meninggalkan Erlan.

“Silakan kamu pergi ke sekolah dengan kakimu sendiri, ” teriak Erlan membuat langkah Anaya terhenti.

Mata Anaya melotot melihat sepeda kesayangannya hancur berantakan. “KAMU!” tunjuk Anaya geram.

“Kurang ajar!” teriak Anaya kesal.

Anaya langsung masuk ke dalam mobil Erlan dengan perasaan dongkol. Sedangkan Erlan tersenyum bangga atas kemenangannya. Selama di perjalanan pun tak ada yang mau membuka obrolan satu sama lain. Anaya yang fokus menatap jalanan, sedangkan Erlan fokus menyetir. Akhirnya mobil Erlan sampai di depan sekolah Anaya.

Cinta Kelabu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang