Hari ini matahari cukup terik membuat siapa saja yang berdiri di bawah sinarnya akan terbakar oleh nya. Berbeda dengan ketiga remaja lelaki yang sedang bermain basket yang menghiraukan panasnya hari ini yang bisa saja membakar kulit mereka bertiga.
Senja dan Apip membolos saat mata pelajaran pertama di mulai, sedangkan Dewa kabur saat dirinya di hukum karna terlambat datang ke sekolah. Mereka bertiga bermain basket sangat serius walaupun panas bukan jadi penghalang bagi mereka.
Sebenarnya para perempuan sedang menahan suaranya agar tak meledak seketika yang bisa membuat mereka kena hukuman dari guru yang sedang menjelaskan di dalam kelas. Para perempuan diam-diam mengintip Senja dan kedua temannya dari jendela dengan tatapan lapar seperti singa kekurangan daging. Ketika keringat bercucuran di wajah Senja dan kedua temannya membuat mereka ingin mengelap keringatnya, apalagi ketika Senja beserta kedua temannya mengacak rambut dengan gaya slow motion rasanya membuat kaum hawa ingin berteriak histeris.
Guru BK yang sedang mengontrol kelas berjalan ke arah di mana para perempuan mengintip keluar jendela kelas. Dengan penasaran guru BK menghampiri mereka semua dengan pandangan bingung. Memang ada apa di lapangan sehingga membuat mereka mengintip seperti maling sampai mereka tidak menyadari bahwa dirinya berada di samping jendela kelas. Guru BK sengaja berdehem supaya anak muridnya mengalihkan pandangan ke arahnya, ternyata tetap tak ada reaksinya. Lalu, guru BK pun mengikuti ke mana arah pandangan mereka tertuju dan pada akhirnya guru BK melotot melihat ada tiga anak yang sedang membolos di tambah sedang asik bermain basket tanpa ada rasa takut.
“SENJA... kenapa kalian membolos...” teriak guru BK sambil berlari menghampiri mereka.
Senja, Apip, dan Dewa menoleh ke arah sumber suara berada dan seketika mereka bertiga melotot melihat ada seorang wanita paruh baya dengan tubuh gempal membawa sebuah rotan panjang seperti malaikat pencabut nyawa. Lantas mereka bertiga berlari dari jangkauan wanita itu, dengan susah payah mereka berlari dan melompati dinding yang tinggi agar terhindar dari amukkan wanita paruh baya itu.
Brakkh...!
Satu pendaratan dari Senja dan Apip sungguh mulus dan terkendali, namun semua itu hanya sementara ketika Dewa melompati dinding itu dengan pendaratan yang kurang bagus, sehingga membuat Senja dan Apip tertindih dengan badannya Dewa. Mereka bertiga langsung bangkit dan berlari secepat mungkin.
Di pertengahan jalan Senja tak melihat keadaan sekitar saat berlari dan pada akhirnya dirinya tertabrak oleh sepeda berwarna pink, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Baru ingin memarahi orang yang sudah menabraknya, tetapi itu tak terjadi ketika melihat wajah peri baik hati yang sangat ia dambakan.
“Peri cantik...” gumam Senja dengan mata berbinar.
Anaya memandang Senja dengan tatapan aneh, ia bingung siapa yang di panggil peri cantik? Sedangkan tidak ada orang lain selain dirinya dengan Senja. Ia teringat bahwa dirinya harus cepat pergi ke toko foto copy, lantas dirinya bangkit dan terburu-buru menjalankan sepedanya. Namun, Senja menghadang jalan yang Anaya lintasi.
“Mau ke mana? Gua ikut ya...!” pinta Senja dengan memelas.
Tak mau ambil pusing Anaya menganggukkan kepalanya. Dirinya tak habis pikir Senja yang berpakaian seperti anak berandalan bisa bersikap seperti itu.
Keduanya langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan Senja yang memboncengkan Anaya di jok belakang sepeda. Di dalam hati Senja mengucapkan ‘yes’ ketika ia berhasil modusin peri baik hati seperti Anaya.
Apip dan Dewa melongo melihat Senja meninggalkan mereka berdua apalagi tanpa dosa Senja melambaikan tangannya dengan senyuman mengejek. Untung saja teman, kalau tidak mereka berdua sudah menggantungkan kepala Senja di pohon toge.
Sepeda yang di kendarai Senja telah terparkir di sebuah toko foto copy. Langsung saja Anaya masuk ke dalam toko foto copy tersebut dengan Senja yang mengikuti dari belakang.
“Bang, mau foto copy ini dong 20 lembar!” ucap Anaya dengan menyodorkan selembar kertas. Orang itu langsung mengambil dan berjalan ke arah tempat mesin foto copy itu berada.
“Peri, kamu kok bisa secantik ini...?” Senja meneliti wajah Anaya dengan seksama yang di hadiahi sebuah usapan kasar di wajahnya.
“Pertanyaan kamu itu tak bermutu!” sahut Anaya dengan kesal.
Senja terkekeh dan mengikuti Anaya duduk di bangku yang sudah tersedia, lalu ia menopang kepalanya dengan kedua tangannya.“Kayaknya aku harus berterima kasih deh sama Tuhan,” Senja menatap Anaya tepat di manik matanya.
“Karna Tuhan sudah menghadirkan sosok peri cantik dan baik hati di kehidupanku,” lanjutnya.
Anaya memalingkan wajahnya agar Senja tak mengetahui bahwa pipinya yang sudah merah akibat bullshing. Senja hanya terkekeh melihatnya, sungguh dirinya ingin sekali berdekatan bersamanya.Pemuda itu berdehem untuk mengambil perhatian perempuan yang di sebelahnya. Dan cara itu pun membuahkan hasil, ketika perempuan bernama Anaya menatap wajahnya.
Di luar dugaannya Anaya mendekatkan wajahnya ke Senja. Pemuda itu gelagapan napasnya semakin tersendat-sendat semburat merah tomat terdapat di kedua pipinya. Dan seketika tawa perempuan itu meledak.
Melihat tawa dari wajah perempuan yang disukainya membuat kerja jantungnya semakin tak terkendali. Rasanya dirinya sudah tak bisa bernapas kembali. Telapak kakinya terasa tak menapak di tanah raganya seperti melayang di udara. Pipinya terasa mati rasa dengan panas yang menjalar ke hatinya. Pemuda itu bertanya-tanya penyakit apa yang sedang ia alami?
Dan sebuah tepukan keras di tangannya mampu membuatnya tersadar.
"Hahaha... Ya ampun, pipi kamu kok kayak kebakar sampai merah begitu," ejek Anaya.
Sialan! Umpat Senja dalam hati. Kenapa pipinya tak berkerja sama dengan hatinya. Kenapa harus bushing segala. Hancur sudah reputasinya terhadap perempuan yang disukainya.
___o0o___
“Mendekat bukan menjadi alasan untuk terbentuknya suatu hubungan, karna mendekat adalah cara untuk menyatukan perbedaan di antaranya.”___o0o___
Jangan lupa vot and komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kelabu (Terbit)
Teen FictionPart masih lengkap!! Banyak orang bilang cinta pertama itu unik dan sempurna, tetapi kenyataannya tidak. Menurut Anaya Angelica, cinta pertamanya adalah sosok yang tangguh seperti ayahnya. Namun, semuanya hilang ketika sosok pemuda hadir dikehidup...