Ceroboh

1K 73 7
                                    

“Kringg...!’
   
Seorang lelaki yang sedang asyik berlayar di pulau kapuk seketika terbangun mendengar suara alarm yang begitu nyaring, membuatnya ingin melempar benda tak berdosa itu ke dinding kamarnya. Ia pun bangkit dari kasurnya berjalan gontai ke arah kamar mandi untuk melakukan ritual pagi seperti biasa.
   
Anak lelaki itu berdiri tepat di depan kaca yang besar, ia mematut dirinya dengan seragam yang sudah rapih dan tak lupa juga aura kegantengannya yang tak pernah berkurang. Lalu, ia pun menuruni tangga dengan meluncur seperti perosotan anak-anak. Setelah dirinya berdiri tegak, lelaki itu berlari keluar rumah sambil bersenandung kecil.
    
“Senja... Sarapan dulu!” seorang wanita paruh baya baru saja keluar dari dapur dengan membawa sebuah baskom kaca yang berisi nasi goreng berteriak keras. Ya, lelaki itu adalah Senja Angkasa Nusa yang menghiraukan suara bundanya sambil melesat kencang keluar rumahnya dengan menggunakan motor kesayangannya yang bernama ‘Si Eneng'. Di sana juga terdapat tulisan ‘colek dikit lima ratus ribu' di plat motornya. Senja menganggap bahwa motor kesayangannya adalah kekasih kedua setelah bundanya.
    
Mungkin hari ini sedang berpihak kepada Senja, karna pintu gerbang sekolahnya masih terbuka lebar dan ia pun terbebas dari kemacetan di perjalanan tadi. Ia memarkirkan kekasihnya ‘Si Eneng' di tempat biasanya ia parkirkan. Senja pun melangkahkan kakinya di koridor-koridor kelasnya sambil bersenandung.
    
Dari arah berlawanan terlihat ada sekelompok adik kelasnya yang sedang berjalan ke arah Senja. Ia pun mempunyai rencana licik sambil menyeringai. Langsung saja ia mengeluarkan jurus andalannya dengan mengedipkan sebelah matanya dengan menggoda. Adik kelasnya langsung histeris melihat kejadian itu, karna seorang Senja Angkasa Nusa yang di juluki “Setan Jalanan” mengedipkan sebelah matanya kepada mereka. Di dalam hati Senja tertawa geli membayangkan bahwa dirinya tersenyum kepada adik kelasnya bisa-bisa mati berdiri nanti. Jika Senja melintas di hadapan mereka pasti mereka akan menghindar dan menjauh dari radius cukup jauh. Karena aura yang di miliki Senja membuat mereka semua ketakutan dan mereka pun tak mau mengambil resiko untuk berurusan dengannya.
    
Senja mempercepat langkahnya untuk sampai ke kelasnya. Ia pun berhenti tepat di depan pintu yang ada tulisan XII MIPA 3, Senja membuka pintu dan terpampanglah jelas bahwa kelas mereka tidak layak untuk disebut kelas melainkan kandang ayam. Sapu yang berserakan di mana-mana, meja dan bangku yang tak tersusun rapih, dan tak lupa juga mereka tak pantas di panggil sebagai pelajar karna tingkah laku mereka jauh di atas rata-rata orang yang sehat.
    
Memang sangat beruntung untuk hari ini bagi Senja, karna mereka freeclass. Pak Kumis  tak bisa hadir, ia sedang menemani istri tercintanya yang ingin melahirkan anak kelima. Karena tidak mempunyai pekerjaan yang bermutu selain tidur, Senja pun memanggil Apip.
    
“Apip, kuy lah,” Senja mengajak Apip untuk membolos ke sekolahnya Dewa.
    
“Kuyy... Mau sewa berapa jam? Di hotel mana nih mainnya? Mau yang biasa atau spesial? Satu jam 500 ribu ya!” ucap Apip dengan mengedipkan sebelah matanya sambil senyum menggoda ala wanita panggilan.
    
Semua temannya yang ada di dalam kelas pun berteriak jijik, “huhuhu... Jijay aku mas.” Sontak membuat mereka tertawa kembali.
    
Senja melihat semua itu bergidik ngeri dengan tingkah laku dari temannya Apip yang seperti wanita kekurangan belaian kasih sayang. Ia pun pergi keluar dari kelas laknat, Apip mengejar Senja dari belakang sambil melambaikan tangannya seperti banci di pinggir jalan.
    
Mereka berdua langsung saja bergegas keluar dari sekolahnya dengan menggunakan sepeda motor menuju sekolah Bina Bakti, di mana temannya bernama Dewa sekolah berpisah dari mereka berdua. Kenapa mereka tak satu sekolahan? Karna Senja memiliki alasan untuk semua itu, sedangkan Apip hanya di suruh mengikuti kemauan Senja yang hanya di iyakan saja oleh Apip.
    
Setelah menempuh jarak yang cukup lumayan, kini mereka berdua telah sampai di sebuah gedung yang besar dengan pagar yang menjulang tinggi. Senja dan Apip turun daru motornya, mereka berjalan ke arah pos satpam yang ada seorang dengan memakai seragam satpam dengan tongkat pentungan yang ada di tangannya.
    
“Pak Asep yang ganteng tapi masih gantengan saya, yang baik tapi lebih baikkan saya, dan sering menabung nggak pernah libur-libur seperti saya. Tolong bukain gerbangnya dong...” Apip memasang wajah memelasnya agar pintu gerbangnya di buka, tetapi bukan dapat persetujuan melainkan mendapatkan pelototan dari pak Asep yang hampir saja bola matanya keluar dari tempatnya.
    
Senja menarik kerah baju Apip dari belakang seperti menarik anak kucing yang sedang ketahuan mencuri ikan asin dari majikannya. Ia langsung berbicara bahwa mereka akan menemui teman mereka yang bernama Dewa. Pak Asep mengangguk dan bergegas membukakan gerbangnya, karna anak pemilik yayasan telah berbicara ia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintahnya.
    
“Giliran Senja baru di bukain, salah adik apa mas...” Apip ngedumel terus dengan nada yang sangat mendramatis sambil memasukkan motornya ke dalam sekolah ke tempat parkir siswa-siswi. Sedangkan Senja hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol dari temannya itu.
    
Motor mereka telah terparkir rapih, lantas Senja dan Apip berjalan melewati koridor kelas yang tak mereka ketahui bersenandung kecil. Mungkin bukan pertama bagi mereka bisa masuk ke dalam sekolah ini, mereka sering berkumpul di sekolah ini apalagi kantin tempat favorit bagi mereka bertiga dan tak lupa juga untuk tebar pesona kepada siswi di sini. 
    
Semua orang ricuh melihat kedatangan primadona sekolah sebelah, apalagi bagi kaum hawa yang sudah histeris melihat ketampanan dari wajah mereka berdua. Guru-guru yang sedang mengajar kerepotan melihat murid-muridnya yang berisik dan susah di atur. Dengan santainya Apip melambaikan tangannya seperti model kelas papan atas sambil tersenyum menggoda, sedangkan Senja hanya diam dengan mata yang sedang mengamati lingkungan sekitar. Mungkin bagi perempuan kedatangan mereka berdua adalah rezeki yang tidak bisa ditolak, tetapi berbeda dengan para laki-laki yang sedang mendengus kesal melihat mereka berdua datang yang akan menjadi saingan para laki-laki yang ada di sini.
    
Tujuan pertama bagi mereka berdua adalah kelas XII IPS 2, di mana Dewa sedang belajar. Belajar? Tak ada sejarahnya bagi seorang Dewa untuk belajar, karna ia pasti akan tertidur di mejanya saat mendengarkan penjelasan dari guru. Senja dan Apip sudah berdiri tepat di depan kelas XII IPS 2. Mereka melihat ada seorang guru wanita paruh baya yang sedang menjelaskan materi pelajaran. Senja dan Apip menangkap pemandangan temannya yang sedang tertidur sangat nyenyak sekali, ada satu ide melintas di kepala mereka berdua untuk menjahili temannya itu. Apip berjalan ke arah tong sampah mengambil botol bekas yang masih terisi air. Lalu, Apip mencipratkan air ke arah Dewa yang sedang tertidur di meja yang dekat jendela. Dewa merasa terganggu tetapi tak membuat ia bangun.
    
Satu kali... Dua kali... Tiga kali... Masih sama tak ada reaksi apa pun dari Dewa. Senja mengambil alih botol itu, seketika isi botol itu telah berpindah ke arah wajahnya Dewa.
    
“Banjir... Woy... Banjir...!” teriak Dewa kelabakan sambil menyeka rambutnya, seisi kelas heboh tertawa melihat kelakuan dari Dewa. Guru pun sangat marah melihat semua itu, lantas ia pun menyuruh Dewa keluar dari pelajarannya.
    
Dengan langkah gontai Dewa melangkah keluar kelas sambil mengucek matanya. Melihat ada tempat sampah yang tidak jauh dari jangkauannya, ia pun menendang denga dengan kakinya. Namun, naas bukan tempat sampah yang tergeletak jauh melainkan kakinya sendiri yang sakit dan berdenyut.

Dewa tidak sadar bahwa ada dua orang yang sedang cekikikan melihat kejadian itu. Dan ternyata biang keroknya adalah Senja dan Apip, rasanya Dewa ingin menendang kedua temannya itu dari bumi ini dan menenggelamkannya di lautan samudra pasifik.
    
Senja, Apip dan Dewa melangkahkan kakinya ke arah kantin untuk mengisi kekosongan perutnya. Setibanya di kantin bel istirahat pun berbunyi para siswa-siswi sudah berhamburan seperti semut. Banyak pasang mata yang mengarah ke mereka bertiga dengan tatapan memuja bagi kaum hawa, sedangkan bagi kaum adam memandang mereka dengan remeh.
    
Senja, Apip, dan Dewa memakan siomay dengan khidmat, mengabaikan suasana kantin yang sudah ramai seperti pasar. Mereka tidak menyadari kalau ada seorang perempuan yang sedang menatap mereka bingung, karna dua anak lelaki di sana memakai seragam yang tak sama dengannya. Kenapa mereka bisa masuk di sekolahnya.
    
Selesai makan di kantin Senja, Apip dan Dewa berjalan keluar dari kantin sambil bercanda menghiraukan kondisi sekitar. Senja berjalan dengan tubuh ke belakang sambil membawa sebuah minuman jus jambu, sehingga tabrakan tak bisa terhindar. Ketika minuman jus jambu berpindah ke seragam seorang perempuan yang terduduk di lantai dengan kepala yang menunduk. Apip dan Dewa menghentikan tawa mereka ketika melihat seorang perempuan yang terduduk di lantai dengan seragam yang kotor.
    
Senja, Apip dan Dewa tak peduli apa yang sudah mereka perbuat. Mereka bertiga langsung meninggalkan perempuan itu yang sudah terisak.
    
“Memang ya, kalau kepandaian setumpuk bakalan kalah dengan segenggam kekuasaan. Mungkin kalian bodoh, tapi kekuasaan yang menyelamatkan kalian. Dasar ceroboh.”
     
Senja, Apip dan Dewa langsung mematung mendengar suara yang tak asing lagi bagi mereka. Mereka tersadar, dua kali mereka telah di permalukan di depan umum. Senja dan kedua temannya membalikkan badan, seketika mereka mematung. Apakah pendengaran mereka yang salah atau memang hantu yang berbicara. Tak ada seorang pun yang ada di belakang mereka, pikiran mereka melayang ke sosok yang berbeda alam dengan mereka. Senja, Apip dan Dewa saling pandang dan ke hitungan ketiga mereka berlari terbirit-birit seperti seseorang yang di kejar-kejar hantu
                                                                

         ___o0o___
     “Kepandaian setumpuk akan kalah dengan segenggam kekuasaan.”

          ___o0o___

Jangan lupa vot and komen!




Cinta Kelabu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang