Langit semakin hitam pekat, kini sang surya telah tergantikan oleh dewi rembulan dengan hamparan bintang yang menemaninya di kegelapan langit malam.
Seorang pemuda memakai baju oblong putih dipadukan dengan jaket denim berwarna biru navy sedang berjalan di pusat perbelanjaan terbesar di kota bogor bersama bundanya yang bergaya ala anak muda zaman sekarang atau juga disebut milenial.
Senja berdecak sebal melihat tingkah bundanya yang kelewatan batas dari seusianya. Kalau jadinya kayak gini Senja tidak mau menuruti kemauan bundanya, harusnya bukan dirinya yang berada di sini, melainkan ayahnya. Mungkin ayahnya sedang menertawakan dirinya yang ikut belanja seperti perempuan, sedangkan ayahnya malah bersantai di rumah sambil menonton siaran televisi kesukaannya.
Sudah berjam-jam Senja dan bundanya berkeliling di pusat perbelanjaan yang besarnya nauzubillah. Lelah? Sudah pasti juga usah ditanya lagi, apalagi di tambah dengan kantong belanjaan dari bundanya mending satu, lah ini sampai belasan. Lebih parahnya lagi semua pasang mata tertuju ke arah di mana Senja berdiri, terutama para perempuan menatap dirinya dengan pandangan lapar.
“Bun, udalah Senja capek ngintilin bunda terus,” ucap Senja. “Mau sampai lebaran monyet tuh ATM ayah nggak bakalan habis. Memang ngaruh ya kalau perempuan lagi marah sama pasangannya harus balas dendamnya dengan cara habisin duitnya,” Senja berdecak sebal melihat bundanya tersenyum tanpa dosa.
Rantih bundanya Senja hanya tersenyum sambil membenarkan letak rambut anaknya.
“Ngaruh dong... Karna nanti pasangannya bakalan kapok nggak mengulangi kesalahan yang sama lagi.”
Pemuda itu hanya mengangguk.“Kita cari tempat makan, bun,” pinta Senja yang diangguki oleh bundanya.
Lalu, mereka berdua berjalan mencari restoran terdekat agar tidak membuang waktu percuma.
Semua kelakuan mereka berdua dilihat oleh dua perempuan yang berada di restoran jepang. Dari pemuda yang merengek ke perempuan sampai di mana perempuan itu menata rambut pemuda itu. Di dalam hati dua perempuan itu terus bertanya-tanya siapa perempuan yang bersama pemuda itu, padahal kalau dilihat dari segi usia perempuan lebih tua dibandingkan pemudanya.“Tuh perempuan siapa sih? Kok dekat banget sama Senja,” tanya satu perempuan baju warna hijau tosca.
Perempuan satu lagi memakai baju warna dusty pink hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban dari temannya. Sebenarnya hatinya merasa resah melihat kejadian tadi mata kepalanya langsung, apalagi saat perempuan tadi tersenyum bahagia bersamanya. Entah kenapa melihat semua itu hatinya terasa terbakar. Apakah ini yang di namakan jatuh cinta? Kenapa rasanya membuat relung hati ini begitu terluka.
Deka mengibaskan tangannya di depan wajah Anaya.
“Anaya... Anaya...!” sentak Deka membuat perempuan itu kaget.
Lamunan Anaya buyar ketika temannya itu mengguncang lengannya. “Kenapa?” tanya Anaya.
Perempuan yang ditanya pun bingung. “Seharusnya aku yang bilang kenapa, bukan kamu. Memang kamu mikirin apa sih?” Deka melemparkan pertanyaannya ke Anaya.
Perempuan berbaju warna dusty pink hanya menggeleng lemah dan langsung menundukkan kepalanya. Deka menggenggam tangan Anaya yang berada di atas meja sambil mengelus punggung tangan perempuan itu.
Pandangan Anaya tertuju ke arah luar restoran di mana ada dua manusia yang sedang berjalan keluar dengan tangan saling bergandengan. Temannya itu mengikuti arah pandangannya dan langsung memandang wajah Anaya kembali.
“Hei... Kenapa?” tanya Deka dengan lembut.
Perempuan yang ditanya tidak menggeleng maupun mengangguk. Ia hanya terdiam dengan pikirannya yang melayang ke pemuda lelaki tadi.
“Apakah Senja dengan perempuan tadi mempunyai hubungan spesial?” lirih perempuan yang memakai baju berwarna dusty pink.
Ternyata Deka mendengar semua lirihan dari temannya itu. Dirinya paham apa yang sedang di rasakan temannya, apalagi baru merasakan apa itu jatuh cinta. Tapi, bukannya Anaya tidak menyukai Senja? Kok bisa sesedih itu melihat Senja dengan perempuan lain. Jangan-jangan temannya itu sedang cemburu.
“Anaya, kamu cemburu melihat Senja dengan perempuan lain?” tanya Deka menyelidik.
Anaya gelagapan mendengar pertanyaan dari Deka.
“Nggak lah, kamu ngaco nih mana mungkin aku suka sama dia,” perempuan itu mengelak memandang sekitar untuk menghindar dari tatapan temannya.
Deka pun hanya mengangkat bahunya acuh, karna bagi dirinya itu tak penting dan dirinya memilih menghabiskan makanannya ketimbang memikirkan kejadian tadi.
“Aku cemburu,” gumam Anaya dalam hati.
___o0o___
Jangan lupa vot and komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kelabu (Terbit)
Teen FictionPart masih lengkap!! Banyak orang bilang cinta pertama itu unik dan sempurna, tetapi kenyataannya tidak. Menurut Anaya Angelica, cinta pertamanya adalah sosok yang tangguh seperti ayahnya. Namun, semuanya hilang ketika sosok pemuda hadir dikehidup...