Sore ini Senja dengan kedua temannya sudah berjanji untuk mencari ustadz dan belajar mengaji. Mereka bertiga berkumpul di warung amal guna untuk menyusun strategi dalam pencarian. Mungkin bisa disebut juga dengan musyawarah antar teman dalam memecahkan permasalahan mereka.
Apip memberi suara usulan terhadap kedua temannya.
“Di masjid dekat rumah gue ada ustadz yang mengajar mengaji,” Apip memandang temannya ragu.
“Tetapi... Ustaznya suka selingkuh sama ibu-ibu pengajian.” Senja dan Dewa menjitak kepala Apip dengan gemas mendengar usulan darinya.
Senja dan Apip menatap Dewa dengan intens seperti memberi tahu usulan apa yang dirinya punya.Lalu pemuda yang ditatap itu langsung angkat suara.
“Gue kasih saran jangan ustadz dekat rumah gue, karna ustadz seramnya melebihi dari macan betina.” Senja dan Apip mengangkat sebelah alisnya.
“Kalau ustadz marah udah kayak setan kekurangan sesajen, apalagi itu rotan kalau udah ketemu mangsa, bah... Hancur hidup lo!”
Kedua temannya bergidik ngeri mendengarnya, sekolah saja mereka masih suka bolos apalagi nanti mengaji sama tuh ustadz bisa-bisa di opname di rumah sakit.‘Brakkhh...!’
“Kucing lompat satu, dua, tiga.”
Senja dan Apip tertawa terpingkal-pingkal mendengar satu temannya latah dan juga mimik wajahnya yang kayak orang bodoh.
“Sialan lo...,” pemuda yang baru saja latah mengumpat kedua temannya yang tertawa di atas penderitaannya.
Senja menarik napas untuk menghilangkan tawanya.
“Bagaimana kalau kita mengaji di masjid dekat rumah Anaya, siapa tahu saja ada Anaya juga,” usul Senja yang langsung disetujui kedua temannya.
Ketiga pemuda itu langsung saja berpamitan kepada ibu Maryam meninggalkan warung. Kemudian ketiga pemuda itu menstater motornya, lalu memutar motornya dan menarik gas hingga melesat kencang di jalan raya.
Setelah berkeliling di salah satu kompleks kawasan bogor, akhirnya ketiga pemuda lelaki itu telah menemukan masjid terdekat di kawasan perumahan Anaya. Mereka juga melihat ada anak kecil beserta juga remaja seusia dengan mereka berjalan ke arah masjid sambil membawa alquran dan juga buku tajwid. Senja, Apip, dan Dewa memarkirkan motornya di pelataran masjid, lalu masuk ke dalamnya.
Semua mata tertuju ke arah tiga pemuda dengan pakaian yang cukup membuktikan bahwa mereka adalah anak berandalan lh lh mulai dari segi pakaian, cara jalannya, dan tak lupa anting-anting yang terpasang di telinga mereka bertiga.
Karena risih di pandang seperti itu Senja bertanya.“Kalian semua kenapa? Memang ada yang salah dengan penampilan kita bertiga.”
Tak ada yang mau menjawab pertanyaan dari Senja membuat keadaan semakin hening. Seorang ustadz yang sudah berkepala tiga menghampiri ketiga pemuda itu.
“Kalian bertiga mau apa?”
“Ya pasti kita mau ikut belajar mengaji,” jawab Senja yang diangguki kedua temannya.
Ustadz itu terdiam.
“Yaudah, kalau kalian ingin ikut belajar mengaji. Kalian harus wudhu terlebih dahulu,” ustadz itu memberi tahu kepada ketiga pemuda itu, yang langsung dilaksanakan oleh mereka.
Sesampainya mereka di tempat wudhu, ketiga pemuda itu saling pandang seolah berkata ‘lo tahu gimana cara berwudhu.’
Langsung saja tanpa bertanya dulu ketiga pemuda itu membasuh wajahnya dan anggota lain yang wajib dibasuh dalam berwudhu dengan asal-asalan.
Selesai sudah mereka berwudhu, lalu ketiga pemuda itu masuk kembali ke dalam masjid dan langsung ditertawakan oleh orang yang berada di dalamnya.
Senja, Apip, dan Dewa mengerutkan keningnya, kenapa orang menertawakan mereka bertiga? Apakah ada yang salah.Ustadz memberi instruksi untuk berhenti tawa dan memulai pengajian pada sore ini.
“Assalamualaikum....” seorang perempuan dengan hijab pink memasuki masjid.
Ketiga pemuda lelaki itu terpana melihat aura kecantikannya apalagi Senja yang sudah ketar-ketir agar dirinya tidak refleks mendekap tubuh perempuan itu dan senyumannya membuat hati Senja terasa nyaman dan hangat.
“Waalaikumussalam. Mari Anaya kita mulai pengajian ini,” ustadz menjawab salam dari perempuan berhijab pink, lalu mengajaknya untuk duduk dan memulai pengajian.
Pengajian sore telah di mulai, selama pengajian itu berjalan Senja fokusnya terpusat ke arah perempuan berhijab pink, apalagi kini dirinya sedang senyum-senyum sendiri membuat ustadz dan murid pengajian terfokus ke arah Senja dengan tatapan bingung.
“Ustadz, izhar itu apa sih?” entah setan dari mana Senja bisa bertanya seperti itu.
Ustadz menjawab pertanyaan dari Senja. “Izhar berarti memperjelas atau menerangkan.” Senja mengangguk paham dan tersenyum.
“Anaya, ketika cintaku telah ter-izharkan, maka kamu hanya menangkapnya dan menyimpannya dengan sepenuh hati. Karena cintaku padamu telah diperjelas akan keseriusannya,” ujar Senja sambil menatap manik mata Anaya dalam, membuat perempuan itu salah tingkah.
Semua orang menyoraki pemuda itu atas kelakuannya. Ustadz yang melihatnya menggelengkan kepalanya tak percaya apa yang diperbuat oleh pemuda brandalan itu. Sedangkan Senja menggaruk tengkuknya dengan senyum kikuk.___o0o___
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kelabu (Terbit)
Teen FictionPart masih lengkap!! Banyak orang bilang cinta pertama itu unik dan sempurna, tetapi kenyataannya tidak. Menurut Anaya Angelica, cinta pertamanya adalah sosok yang tangguh seperti ayahnya. Namun, semuanya hilang ketika sosok pemuda hadir dikehidup...