Part 4 Kita pacaran dulu

3.2K 261 0
                                    


Selesai makan malam bersama. Sakura sengaja mengulur-ulur waktu agar tidak ke kamar. Apa saja dikerjakannya di dapur membantu Bik Minah. Sementara Hamzah sudah masuk ke kamar lebih dulu. Bukannya duduk manis menunggu istrinya datang tapi sibuk berkomunikasi dengan rekan bisnisnya. Ya kan tidak ada yang tahu kalau dia baru saja menikah.

“Sa, ngapain lo sibuk di dapur. Suami lo udah nunggu di kamar tuh” goda kakaknya.

“Ya ampun Sa, masih disini juga” teriak maminya. Sakura hanya meringgis  melihat maminya.

“Ayo buruan ke kamar” tarik maminya.

“Iya mi, nggak usah main tarik gitu dong” rengek Sakura.

Mami nggak tahu apa kalau aku takut banget ketemu Hamzah.
Sakura masuk ke kamarnya setelah mengucapkan salam namun tak dijawab Hamzah karena masih sibuk telponan.

“Ya Allah apa yang harus kulakukan” bisik Sakura melihat suaminya menghadap jendela kamar.

Dilihatnya Hamzah mengenakan kaos oblong putih dan celana pendek selutut. Sakura terkejut ketika Hamzah berbalik melihatnya. Jantungnya serasa mau copot.

“Kok berdiri di depan pintu” Hamzah melihat Sakura masih mematung di depan pintu kamar.

Hamzah tahu istrinya masih merasa canggung dengannya. Bagaimana tidak canggung, baru pertama kali bertemu sewaktu di akad nikah tadi.
Karena Sakura masih mematung, Hamzahlah yang berjalan mendekatinya.

“Jangan tegang begitu, aku nggak gigit kok” canda Hamzah. Sakura hanya tersenyum kecil.

“Sakura, kita belum saling kenal. Gimana kalau kita pacaran dulu” tatap  Hamzah penuh harap.

“Sa setuju. Tapi Sa mau tanya, kenapa mas mau menikah sama Sa? Sa masih kuliah, belum kepikiran mau nikah. Lagian kan masih banyak cewek yang lebih dewasa dari Sa di tempat kerja mas” Sakura cemberut berjalan ke sisi tempat tidurtidur.

“Nggak sempet ngurusin begituan, kalau ada yang mau jodohin dan mas sreg kenapa nggak. Daun muda kan lebih enak” goda Hamzah menyusulnya.

“Ih..nyebelin” tatap Sakura tidak sukasuka.

“Kalau kamu mau kuliah teruskan saja, mas nggak ngelarang kok” Hamzah duduk di samping Sakura.

Sakura masih berwajah muram bukan karena dia tidak menyukai suaminya, tapi dia bingung harus berbuat apa di samping Hamzah.

“Hm..kita tidur yuk. Besok kamu ikut ke rumah mas” ajak Hamzah.

“Lho kok cepet banget mas, apa nggak beberapa hari lagi kita di rumah papi?” ujar Sakura sedih begitu cepat dia harus berpisah dengan mami papinya.

“Besok-besok kan bisa main kesini sayang” hibur Hamzah.

Tubuh Sakura berdesir ketika Hamzah memanggilnya sayang. Dia seperti terbang ke awan mendengarnya. Sakura dan Hamzah tidur berdekatan tanpa melakukan apapun. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing hingga terlelap tidur.

Hamzah terbangun ketika badannya terasa ada yang menindih. Dia mengerjapkan mata melihat tubuhnya sudah menjadi bantal guling bagi Sakura. Kepala Sakura sudah di bawah ketiaknya dengan tubuh yang memeluk Hamzah seperti bantal guling. Hamzah tersenyum geli melihatnya. Dia diam saja membiarkan sampai Sakura melihat sendiri perbuatannya. Toh adzan subuh juga belum berkumandang. Jadi Hamzah menikmati saja pelukan istrinya itu.
***

“Huaaaaaaaaaaa” jerit Sakura terkejut melihat dirinya sendiri sedang memeluk Hamzah bagaikan bantal guling.

Hamzah yang sudah bangun dari tadi terkekeh melihat adegan di depan matanya. Sakura buru-buru menjauhkan badannya. Mukanya memerah, dia malu sekali.

“Mas Hamzah kan yang tidur deket-deket Sa?” tuduh Sakura.

“Kalau mau nyalahin mas, lihat dulu dong posisinya tadi gimana” elak Hamzah.

“Ih sebel deh” Sakura bangun dan berjalan menghentakkan kakinya kesal bercampur malu menuju kamar mandi.

Hamzah tersenyum melihat tingkah lucu istrinya. Sepertinya hidupnya akan lebih berwarna dengan kehadiran Sakura di sampingnya.
***

“Sa, nggak usah nangis gitu dong sayang. Kan masih satu kota juga. Kapan aja kamu bisa kesini” peluk maminya.

“Zah, papi titip Sakura ya. Papi serahkan anak papi yang manja ini, semoga nggak manja lagi setelah menikah” pesan papinya melirik Sakura.

“Iya pi Insya Allah” Hamzah melirik Sakura yang masih mewek.

Setiba di rumah Hamzah, ya Hamzah mempunyai rumah sendiri yang biasa dia tempati jika malas pulang ke rumah orang tuanya. Rumahnya tidak terlalu besar dan mewah seperti rumah orangtuanya. Tapi Hamzah mempunyai Bik Atik yang mengurus semua keperluan di rumahnya.

“Kita tinggal disini mas?” tanya Sakura.

“Iya, ada bik Atik yang mengurus semuanya. Kamu cukup fokus kuliah dan urus suami” jawab Hamzah.

“Tapi sepi banget mas, kenapa nggak tinggal di rumah papa mama aja”

“Kalau mau rame, kita buat anak yang banyak” bisik Hamzah menggoda Sakura.

“Nggak mau ah..Sa belum mau punya anak dulu mas. Mau fokus kuliah dulu kan mas tadi juga bilang begitu” tolak Sakura.

Ada gurat sedih di wajah Hamzah ketika Sakura belum menginginkan anak dari Hamzah.

Tbc

Friendship Until Jannah (Secret Of Sakura) CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang