Part 6 I miss you

2.9K 259 0
                                    


“Kenapa Sa, kok nggak semangat gitu” Amelia melihat aura sahabatnya itu nggak seperti biasanya.

“Nggak Mel, emang kelihatan banget ya” elak Sakura.

“Eh temen-temen, Bu Mariska besok nggak masuk nih tugas darinya udah dititipin” kata Ratna menghampiri kedua sahabatnya.

“Serius Rat?” tanya Sakura nggak percaya.

Tahu begini dia ikut suaminya aja ke Bandung kalau dosen galak itu nggak masuk. Aaaaaaa rasanya Sakura mau menjerit. Dia kangen suami handsomenya. Sakura menahan diri dia nggak mau teman-temannya curiga.

“Eh Sa, lihat deh mb Suci dia lagi hamil besar” tunjuk Ratna. “Aduh rempong banget deh kalau masih kuliah harus bawa perut segede itu kesana kemari” lanjut Ratna.

Sakura hanya menelan ludah mendengar komen Ratna tentang perempuan yang nikah sewaktu kuliah. Makanya dia belum siap hamil, untung Hamzah mendukungnya walaupun sebenarnya mereka belum melakukan apapun.

“Iya, tapi resiko dialah kenapa juga mau nikah kalau masih kuliah” sambung Amelia.

“Kalau menurutku sih nggak masalah selagi dia sanggup menjalaninya” sela Sakura.

“Sa, hari ini kamu nggak ngisi taklim adik-adik di Babul Jannah kan?” tanya Amelia.

“Nggak, kenapa Mel?” jawab Sakura.

“Gimana kalau hari ini kita jalan yuk..rasanya udah lama kita bertiga nggak jalan” ajak Amel.

“Iya...ya aku setuju banget. Kita makan mie ayam mang Ateng yuk, kangen udah lama nggak kesana” kata Ratna setuju.

Akhirnya ketiga gadis itu, eits Sakura masih gadiskan hehe walaupun statusnya udah punya suami tapi dia masih perawan, selesai kuliah jalan-jalan bersama. Lumayanlah buat Sakura untuk menghilangkan rasa kesepiannya.
***

“Ya Allah kenapa lagi nih ponsel kok nggak mau hidup?” gumam Sakura melihat ponselnya mati. Udah di Charge, diketok-ketok, dibuka-buka masih nggak hidup juga.

“Huaaa gimana mau hubungi mas Hamzah kalau gini” tangisnya.

“Mau beli yang baru, nggak ada uang. Eh tunggu waktu itu mas Hamzah kan pernah ngasih kartu ATM nya. Tapi..nggak berani ah beli sendiri kalau kemahalan gimana, nanti nggak boleh mas Hamzah..Aaaaa mami tolongin Sa”

Sudah tiga hari Hamzah berada di Bandung, dia mencoba menghubungi  Sakura namun ponsel istrinya itu tidak pernah aktif. Ada rasa cemas dan curiga di hatinya. Ponsel istrinya itu selalu aktif gimana nggak, kalau malam dia merasa terganggu dengan bunyi pesan yang masuk. Tapi ketika dia pergi ponsel Sakura mendadak nggak aktif gimana Hamzah nggak curiga coba.

“Aaaargh. Kenapa ponselnya nggak aktif-aktif sih” Gerutu Hamzah kesal.

“Jangan-jangan kesempatan anak manja itu untuk bersenang-senang jika aku nggak ada di rumah” gumam Hamzah curiga.

“Nggak... Sakura bukan gadis seperti itu, dia selalu mengabariku kalau mau pergi. Atau telah terjadi sesuatu dengannya”gumamnya kini khawatir.

Hamzah mencoba menghubungi mami Sakura, dia baru ingat kalau istrinya menginap disana selama dia pergi. Hamzah kaget ternyata Sakura tidak menginap disana, dia hanya menginap semalam ketika Hamzah mengantarnya sebelum berangkat ke Bandung. Jadi menginap dimana istrinya. Ada rasa bergejolak di dalam dadanya, dia merasa Sakura telah membohonginya. Terbukti ponselnya tidak aktif, takut nanti kalau Hamzah menelponnya.

Hamzah mempercepat urusan bisnisnya di Bandung dan segera pulang.
Sesampai di rumah, sepi. Bik Atik juga tidak ada. Hamzah menuju kamarnya, berharap Sakura ada disana tapi ternyata nihil. Kamarnya rapi seperti tidak digunakan oleh pemiliknya. Hamzah menghempaskan badannya ke tempat tidur, karena kelelahan akhirnya dia tertidur.

“Bik, mas Hamzah kayaknya udah pulang” kata Sakura sumringah melihat mobil Hamzah sudah ada di garasi.

“Iya mba, mba Sa udah kangen ya” goda Bik Atik.

“Hehe iya bik” Sakura tersenyum malu.

“Udah buruan temuin mas Hamzah, dia juga pasti kangen sama mba. Biar belanjaan bibik yang beresin”

Sakura mengacungkan jempolnya dan segera berlari menuju kamar. Dia benar-benar tidak percaya suaminya sudah pulang padahal belum waktunya pulang.

“Pasti mas Hamzah kangen sama aku makanya cepat-cepat mau pulang” gumam Sakura bahagia. Diapun merasakan hal yang sama. Ada getar-getar rindu di hatinya jika tidak melihat wajah suaminya itu.
***

Hamzah terbangun ketika Sakura mencoba melepaskan dasi yang masih dikenakannya. Tapi Hamzah menepis tangan Sakura.

“Darimana kamu?” tatap Hamzah tajam.

Hati Sakura menciut ditatap suaminya seperti itu. Tidak ada senyuman sama sekali di wajah Hamzah. Bukannya pelukan kangen yang didapatnya tapi aura kemarahan yang diterima Sakura, rasanya dia ingin menangis.

“Da...dari pasar sama bik Atik mas” jawab Sakura gemetar.

Papinya aja nggak pernah segalak itu. Hamzah melepas jas dan kemeja yang dikenakannya. Nampaklah di depan mata Sakura dada bidang suaminya yang seksi...Sakura tampak gemetar melihat Hamzah bertelanjang dada begitu. Apa yang mau dia lakukan. Sakura mulai takut. Hamzah berjalan mendekatinya, jantung Sakura semakin berdetak kencang.

“Mas mau a...apa?” tanya Sakura takut.

“Aku mau mandi, kenapa? Mau ikut?” kata Hamzah galak.

Sakura bernapas lega, dikiranya Hamzah mau...hehe udah ketakutan aja Sakura.
Hamzah memutar badannya ke kamar mandi. Sebenarnya dia ingin marah dengan Sakura. Tapi melihat wajah Sakura sudah ketakutan seperti itu Hamzah menahan emosinya. Lebih baik dia menenangkan diri dulu dengan mandi.
***

Sakura masih menunggu suaminya di kamar. Dia duduk di sisi tempat tidur, hatinya kacau kenapa suaminya tiba-tiba pulang dengan wajah yang dingin dan galak sekali. Air mata Sakura menetes. Apakah dia telah melakukan kesalahan sampai Hamzah bersikap seperti itu. Hamzah keluar dari kamar mandi sambil mengelap rambutnya yang basah dengan handuk. Dilihatnya Sakura sedang menangis disana. Ah Hamzah jadi tidak tega, dia memang salah sudah bersikap galak dengan Sakura.

“Ngapain nangis, suami pulang itu harusnya seneng bukan nangis” kata Hamzah masih dengan nada datar.

Bukannya diam Sakura malah tambah menangis sesegukan mendengar kalimat Hamzah. Hamzah jadi serba salah. Dia mendekati Sakura dan menarik tangan Sakura agar berdiri, lalu Hamzah memeluknya. Sakura merasa nyaman berada dipelukan suaminya, Hamzah mengelus kepala Sakura yang masih tertutup jilbab.

“Sssh..sudah nangisnya. Nanti banjir” canda Hamzah. Sakura pelan-pelan menghentikan tangisannya.

“Kenapa mas pulang kok marah-marah gitu” Sakura masih sesegukan walaupun airmatanya sudah tidak mengalir lagi.

“Kamu mas hubungi susah sekali, seneng ya kalau mas nggak ada”

“Ya Allah mas” Sakura merenggangkan pelukan Hamzah menatap suaminya berkaca-kaca.

“Ponsel Sa mati nggak mau hidup lagi. Sa juga bingung mau ngabari mas sementara nomor mas Sa belum hapal” lanjut Sakura.

Hamzah terkejut mendengar penjelasan istrinya. Dia sudah berprasangka buruk dengan Sakura. “Kamu kenapa nggak nginep di rumah papi malam berikutnya setelah mas antar?”

“Sa..lebih suka tidur di kamar ini mas. Walaupun mas nggak ada paling nggak Sa merasa mas ada di samping Sa” jelas Sakura malu.

Hamzah langsung menarik Sakura lagi kepelukannya. Ah ternyata Sakura juga merindukannya.

“Kamu tuh bikin mas khawatir aja. Dan membuat mas jadi berpikiran yang tidak-tidak” gumam Hamzah. Sakura tersenyum dalam pelukan suaminya.

Tbc

Friendship Until Jannah (Secret Of Sakura) CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang