Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
Hari esok pun tiba. Hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Iqbaal dan keluarga (Namakamu). Hari yang sangat membahagiakan bagi Iqbaal dan (Namakamu). Hari yang dimana akan disatukannya kedua pasangan ini.
Acara diselenggarakan di rumah (Namakamu). Mereka mengadakan acaranya dengan tertutup. Hanya orang-orang terdekat atau keluarga mereka saja yang datang. Tidak ada acara resepsi.
Acara pernikahan ini tertutup karena permintaan (Namakamu). Gadis itu belum siap untuk mempublik hubungannya dengan Iqbaal. Tentu saja, bagaimana mungkin kalau ia mempublikasi pernikahannya dengan Iqbaal, pasti akan langsung heboh seketika. Secara Iqbaal adalah dosen di kampusnya dan belum lagi pria itu cukup terkenal dengan dosen paling muda dan tampan dikampusnya.
(Namakamu) tak bisa membayangkan itu terjadi. Dan untungnya, Iqbaal menyetujuinya dengan senang hati. Katanya, apapun untuk calon istrinya ini. (Namakamu) menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum-senyum sendiri mengingat ucapan Iqbaal itu yang selalu terngiang-ngiang di pikirannya.
"Hayoo! Mikirin apa? Mikirin malam pertama ya? Aduh kakak cantik, sabar dong. Bentar lagi ijab qobul kok." Ucap Lintang yang tiba-tiba datang entah darimana.
Pria itu terkikik geli saat ia tadi melihat kakaknya yang sedang tersenyum-senyum sendiri.
(Namakamu) melunturkan senyumannya lalu melirik Lintang malas. Sial, dia tercyduk. "Apa sih tang? Malam pertama apaan? Heum?" (Namakamu) menggerakkan tangannya menjewer kuping sang adik dengan geram.
Seketika Lintang meringis sambil memegang kupingnya yang dijewer oleh sang kakak. "Malam pertama kak. Malam pertama pas kakak udah nikah lah. Kakak nih mikirnya ambigu mulu." Celetuk Lintang.
(Namakamu) melotot kemudian melepaskan jewerannya. "Kamu tuh. Kalo ngomong asal mulu. Filter dikit kek." Ujar (Namakamu).
"Gak murni dong kalo pake filter." Balas Lintang.
"Ngejawab mulu kamu! Udah sana, ngapain disini? Ini tempat cewek." Ucap (Namakamu) bermaksud mengusir Lintang yang terus mengganggunya.
"Kakak cantik deh, makin cantik kal--"
"Udah tang. Gak mempan omongan gocengan kamu itu sama kakak. Udah sana, hush." Potong (Namakamu).
Lintang mengerucutkan bibirnya kemudian bangkit dan keluar dari ruangan ini dengan kaki yang dihentak-hentakkan kelantai.
(Namakamu) menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian dia menatap wajahnya yang sudah di lapisi dengan make up serta dirinya yang sudah cantik dengan gaun pengantin ini. Sungguh, ia sangat tak percaya bahwa hari ini ia akan menikah.
(Namakamu) menyentuh dadanya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia memejamkan matanya sambil berusaha menetralkan kondisi jantungnya.