Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
Terdengar, pintu kamar terbuka lagi. (Namakamu) menoleh, tak lama tangisan nya semakin menjadi-jadi lagi melihat orang itu.
"Lintang.."
Lintang terkejut melihat keadaan Kakak nya yang berantakan. Rambut nya terlihat sedikit acak acakan, serta wajah (Namakamu) yang terlihat sembab. Belum lagi, Kakak nya yang belum berhenti menangis. Melihat itu, membuat Lintang meringis serta hati nya terasa tercubit melihat keadaan Kakak nya yang jauh dari kata baik.
Lintang mendekat ke arah (Namakamu), dan berniat untuk menanyakan siapa yang membuat kakak nya seperti ini. Pasalnya ia baru saja sampai di rumah Iqbaal, itu ia lakukan karena memang ia sengaja menyusul kakak nya kesini. Niat ingin bermain dengan Iqbaal, tetapi pria itu entah hilang kemana.
"Kakak kenapa? Siapa yang buat kakak kayak gini? Bilang sama Lintang. Biar Lintang hajar orang nya!" Tegas Lintang meraih kedua tangan kakaknya dan menggenggamnya erat.
(Namakamu) menggeleng sambil terisak isak kemudian dia melepaskan kedua tangan nya dari Lintang dan langsung memeluk Adik nya erat. Tempat bersandar yang selalu (Namakamu) gunakan sebelum Iqbaal kembali. Selain Iqbaal, Lintang juga sering menjadi tempat bersandar nya saat ia sedang down. Adik nya itu memang selalu mengerti perasaan nya. "Iqbaal, tang. Iqbaal. Iqbaal marah sama Kakak, Iqbaal ngebentak kakak, Lintang hiks." Ucap (Namakamu) dengan isakan nya. Air mata nya terus mengalir mengingat kejadian tadi---Iqbaal yang ngebentak diri nya tanpa perasaan dan pria itu yang sudah tidak percaya lagi dengan nya. Sungguh, itu sangat menyayat hati nya dan ia sangat tak menyangka bahwa Iqbaal memperlakukan nya seperti tadi.
Tangan Lintang mengepal. Ia tak terima Kakak nya diperlakukan oleh Iqbaal hingga seperti ini. Walaupun ia tak tahu masalah nya seperti apa, tetapi bisa kan di selesaikan dengan baik-baik tanpa ada bentakan yang bisa menyakiti hati Kakaknya?
Pada akhirnya Lintang pun membalas pelukan (Namakamu) dan mengusap punggung Kakak nya itu agar tenang terlebih dahulu. Ia tidak akan menanyakan masalah apa yang di alami (Namakamu) dan Iqbaal, karena ia takut Kakak nya akan semakin down.
Lintang mengusap punggung (Namakamu) yang bergetar karena gadis itu masih terisak isak. "Ssstt, Kakak gak boleh nangis. Nanti kalau kak Iqbaal bentak kakak lagi, biar Lintang hajar dia."
"Ja-jangan."
"Kenapa?"
(Namakamu) menggeleng sambil terisak di dekapan Lintang. "Pokoknya jangan. Kasian." Ucapnya. Kalau Lintang sampai menghajar Iqbaal, sungguh (Namakamu) tak tega jika melihat salah satu dari mereka yang pasti akan terluka. Meskipun Iqbaal telah menyakiti hati nya, tetapi tetap saja ia tak tega dengan pria itu.
Lintang menghela nafas. Terbuat dari apa hati kakak nya ini? Padahal Iqbaal sudah menyakiti hati Kakak nya tetapi kakak nya masih saja peduli dengan pria itu. Kalau sudah begini, Lintang tidak bisa apa-apa dan ia mau tak mau harus menuruti ucapan (Namakamu).
• • •
Lintang sedari tadi memperhatikan Kakak nya yang selalu terlihat lesu dan murung. Ini seperti bukan kakak nya, semenjak kejadian Iqbaal yang membentak (Namakamu) dua hari yang lalu membuat Kakak nya menjadi berubah. Berubah menjadi diam, tidak terlihat ada semangat sama sekali di dalam diri kakak nya tersebut. Dan terlibat banyak melamun.
"Udah sampai. Mau Lintang antar ke dalam?"
Ucapan Lintang tiba-tiba itu berhasil membuat (Namakamu) tersentak. (Namakamu) memandang sekelilingnya, ah ternyata ia sudah sampai di kampus nya. (Namakamu) menghela nafas, saking melamun nya dia sampai tidak tahu kalau ia sudah sampai di kampus nya. Pikiran nya saat ini sedang kacau dan tak fokus.
(Namakamu) menyandang tas nya pada sebelah bahunya kemudian beralih menatap Adiknya. "Ya udah, Kakak duluan ya. Kamu hati hati di jalan ya." Ucap (Namakamu) lembut.
"Mau Lintang anterin kedalam?" Tanya Lintang khawatir.
(Namakamu) tersenyum tipis lalu menggeleng. "Gak usah. Kakak gapapa kok. Kamu jangan khawatir." Sahut (Namakamu) lalu mengacak rambut cepak Lintang.
Lintang menghela nafas. "Ya udah. Nanti Lintang jemput ya."
(Namakamu) mengangguk sambil tersenyum, kemudian dia keluar dari mobil setelah berpamitan dengan Lintang, sang Adik. Hah, dia bersyukur mempunyai Adik seperti Lintang yang selalu mengerti perasaan nya. Seperti tadi, cuma tadi (Namakamu) memilih untuk tidak mempermasalahkannya dan bilang pada Adik nya itu untuk tidak mengkhawatirkan nya. Tentu, ia tak mau merepotkan Adik nya yang selalu perhatian padanya.
"(Namakamu)!"
(Namakamu) menoleh dan mendapati Salsha yang sedang berjalan ke arahnya. "Hey Sal!" Balas (Namakamu) sambil mengembangkan senyumnya.
"Gilaaa...Kemana aja lo? Kerjaan nya ngilang mulu gak ada kabar, kaya doi aja." Sahut Salsha.
(Namakamu) yang mendengarnya tertawa lepas. Hati nya sedikit membaik. "Refreshing dong! Makanya, lo kerjaannya jangan mikirin Aldi doang." Balas nya.
Salsha berdecak. "Sialan! Lo jalan-jalan gak ngajak gue ya, jahat sumpah! Otak gue udah pusing mikirin skripsi, dan lo dengan enaknya jalan jalan gak ngajak gue?! Ck ck ck." Ucap Salsha dengan nada dramatis.
"Sorry sorry. Mendadak itu juga, hehe." Balas (Namakamu) lalu menyengir.
Salsha mengerucutkan bibirnya. "Jahat." Ketus nya, walaupun itu hanya candaan nya saja.
Kemudian Salsha merasakan ponsel nya bergetar pertanda ada notifikasi masuk di ponselnya, dengan segera ia mengambil ponsel nya yang berada di saku celana nya dan membaca notifikasi yang masuk. Takut nya ada yang penting.
Tiba-tiba Salsha memekik. "(Nam..) gawat! Pak Iqbaal udah masuk kelas!" Pekik nya.
Mendengar nama 'Iqbaal', membuat mood (Namakamu) kembali hancur. Padahal tadi mood nya sudah agak membaik dengan kehadiran Salsha. Seketika wajah nya berubah menjadi masam dan kembali tak bersemangat.
"Ih lo malah diam! Ayo ke kelas! Gue gak mau ya dimarahin!" Tiba tiba Salsha menarik lengan (Namakamu) lalu membawa nya berlari kecil agar cepat sampai ke tujuan. Oh ayolah, mereka cuma basa basi sebentar tetapi sampai membuat mereka terlambat seperti ini?
"Excuse me."
Seketika semua pandangan orang yang ada di dalam kelas beralih menatap Salsha dan (Namakamu) yang baru datang.
"Maaf, kita terlambat Pak Iqbaal." Sahut Salsha dengan wajah cemas nya berharap ia tidak akan kena marah sebab terlambat, karena di kampus ini, Iqbaal terkenal dengan keramahannya tetapi di balik itu, pria itu termasuk orang yang sangat disiplin. Dan itu membuat Salsha terlihat takut dan was was.
Sedangkan (Namakamu) terlihat biasa biasa saja, oh lebih tepatnya ia memasang wajah datar nya, seolah olah ia tak punya salah atas keterlambatannya dan tidak memperdulikannya. Sungguh, ini bukan pribadi (Namakamu) sendiri.
Iqbaal menoleh dan menatap kedua gadis itu bergantian, tetapi ia cukup lama untuk menatap (Namakamu). (Namakamu) yang melihat itu memalingkan wajahnya ke sembarang arah, tak mau menatap Iqbaal yang malah akan membuat nya tambah sakit hati saat menatap pria itu.
"Saya maafkan. Tapi lain kali, kalian tidak boleh terlambat. Ya udah, kalian boleh duduk." Ucap Iqbaal dengan tegas nya.
Salsha menghela nafas lega dan kemudian mereka berjalan menempati tempat duduk mereka.
Saat (Namakamu) sedang melewati Iqbaal, dia hanya menatap malas sang dosen yang kebetulan juga sedang menatapnya.