Bagian 28 - Bali?

6.3K 651 38
                                        

Selamat Membaca!

Selamat Membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu dua jam kurang lebih, kini akhirnya mereka sampai di Bandara Ngurah Rai, Bali. Bali yang terkenal dengan tempat wisata-wisatanya yang indah serta belum lagi pantai-pantai nya juga yang tak kalah indah.

(Namakamu) memeluk lengan Iqbaal dengan erat dan menenggelamkan kepalanya pada lengan kekar suaminya itu. Ugh, ternyata Iqbaal memesan tiket pesawat jam 5 pagi. Dan itu membuat waktu tidurnya sedikit terganggu hingga membuat ia masih terkantuk saat ini.

Iqbaal mengusap kepala istrinya dengan lembut. Kini, mereka tinggal hanya menunggu jemputan yang akan mengantarkan mereka ke Hotel yang dipesan.

"Babe,"

(Namakamu) berdehem.

"Mau beli roti? Atau cemilan gitu? Mumpung kita ada dibandara." Tawar Iqbaal dengan tangan yang masih setia mengusap rambut istrinya.

(Namakamu) menggeleng. "Gak usah. Aku udah bawain banyak cemilan kok." Jawabnya pelan dengan mata yang terpejam.

Iqbaal pun mengangguk mengerti. Ya memang, istri nya selalu siap siaga jika mereka akan berpergian--misalnya dengan membawa makanan lebih atau lainnya. Dan itu membuat Iqbaal merasa beruntung sekali memiliki istri yang perhatian seperti (Namakamu).

"Dengan Bapak Iqbaal Dhiafakhri?"

Pandangan Iqbaal pun beralih pada seseorang yang baru saja datang dan berdiri dihadapannya. "Ah iya, benar. Saya Iqbaal." Balasnya kemudian mereka berjabat tangan singkat.

Orang itu pun tersenyum sopan. "Baiklah. Maaf sudah menunggu lama. Kalau gitu, kita ayo kita berangkat sekarang." Ucap orang tersebut yang diketahui namanya adalah Rendi, terlihat dari name tag nya yang terpasang di dada kiri pria itu.

"Tidak papa. Saya juga baru keluar." Balas Iqbaal ramah hingga membuat Rendi kembali tersenyum.

Pandangan Iqbaal pun beralih pada istrinya yang masih setia memejamkan matanya dengan kepala yang bersandar pada lengan kekarnya. Iqbaal pun mengusap pipi (Namakamu)--bermaksud untuk menyadarkan gadis itu terlebih dahulu. "Sayang, ayo bangun dulu. Jemputan kita udah sampai." Sahut Iqbaal lembut.

(Namakamu) pun membuka matanya secara perlahan dan mengerjap-ngerjapkan matanya agar pandangannya kembali normal. Dia mengucek matanya pelan lalu menguap kecil.

Iqbaal tersenyum kemudian membantu (Namakamu) bangkit dari duduknya yang masih setengah sadar itu. "Ya sudah. Kita langsung ke Hotel aja pak." Ucap Iqbaal pada Ridwan.

Ridwan tersenyum kemudian mengajak Iqbaal dan (Namakamu) ke Mobilnya yang sudah disiapkan.

Iqbaal merangkul pinggang (Namakamu) dengan sebelah tangannya, menuntun gadis itu yang masih dengan keadaan setengah sadar. Sementara kedua kopernya sudah dibantu bawa oleh Ridwan.

My Girl [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang