"Al," teriak seorang perempuan suaranya hampir mirip seperti nek lampir.Siapa lagi kalo bukan Bianca.
"Al lo kenapa yaampun," ucap Bianca sembari memegani leher Al.
"Apansi Lo jangan sentuh leher gue!"
"Al Lo kok gitu sih,"
Bukannya merespon Bianca, Al langsung pergi meninggalkan mereka dan memilih bergabung dengan osis yang lain.
******
Ketika sampai di rumah, El mendengar suara teriakan perempuan yang sepertinya sedang marah-marah, ia lantas masuk kerumah dengan perasaan gelisah.
"Mas, status kita itu masih suami dan istri, kamu gabisa seenaknya nikah lagi!"
"Tapi saya sudah tidak mencintai kamu lagi Sarah ingat itu!"
Benar saja, ketika membuka pintu El melihat Papa dan Mamanya sedang bertengkar, dan yang asing dimatanya ada seorang wanita sebaya mamanya berdiri di sebelah papanya.
"Kamu, dasar wanita pelakor!" geram Sarah sembari menampar Linda, selingkuhan Hendra, papa El.
"Kamu jangan sakiti dia!" Bela Hendra, mendorong Sarah.
"Udah cukup Pah!" geram El.
"Cukup papa nyakitin mama!""Elisa.. "
" Sekarang kalian berdua pergi dari rumah ini!" bentak El.
"Ini masih rumah papa, kamu gak bisa seenaknya usir papa!"
"Oke kalo begitu Lisa dan mama yang akan pergi,"
"Lisa, tidak nak,"
"Tapi papa udah kurang ajar sama mama,"
"Benar kata anakmu Sarah, kalian lebih baik pergi dari sini,"
"Mas, bagaimana dengan hubungan kita?"
"Kita cerai,"
Bagaikan dihantam ombak besar, begitulah perasaan Sarah yang diceraikan oleh Suaminya. Bagaimana tidak, Sarah masih mencintai Hendra.
El dan sarah segera membereskan barang-barang mereka dan segera pergi dari rumah itu, bersama Bi Suti. Ya karena Bi Suti adalah pembantu yang diambil oleh sarah.
Hendra sudah tidak mencintai Sarah, dan dia juga sudah geram dengan El karena tingkahnya yang tidak bisa diatur alias sangat benci pada papanya sendiri. Tapi sebenarnya Hendra masih menginginkan anaknya itu untuk tinggal bersamanya tanpa Sarah.
"Lisa, jika kamu berubah fikiran kamu bisa tinggal sama Papa tanpa mamamu itu,"
"Tinggal satu rumah dengan wanita pelakor? Ogah!" ucap Lisa mengarahkan matanya ke arah Linda.
"Lisa, yang sopan kamu sama tante Linda!"
"Gak sudi pah!" ucap Lisa meninggalkan rumahnya bersama Sarah dan Bi Suti.
"Dasar anak kurang ajar,"
El, Sarah dan Bi Suti, akhirnya memilih untuk tinggal di apartemen, Sarah masih bekerja jadi wajar dia juga punya banyak uang.
"Mah, udah mah, papa itu udah keterlaluan sama mama, sama Lisa juga,"
"Tapi Lisa, mama harus mempertahankan hubungan ini, selain karena mama masih cinta sama papa kamu, perusahaan mama juga bergantung pada perusahaan papa kamu Lisa,"
"Emang nya mama gak punya uang tabungan, atau harta selain perusahaan?"
"Ada, tapi jika perusahaan mama bangkrut semua harta mama juga akan disita sama pihak bang, karena perusahaan papa kamu itu naro modal di perusahaan mama,"
"Yaudah mah, sekarang mending mama istirahat, toh perusahaan mama sekarang masih baik-baik aja,"
Khawatir, ya Lisa khawatir jika apa yang ditakutkan mamanya akan menjadi kenyataan, mau tak mau ia pasti akan kembali ke Hendra, dan tinggal bersamanya.
*******
Pagi yang cerah, Lisa yang biasanya pergi ke sekolah tanpa pamit dan sarapan, kini ia melakukannya, karena mamanya yang kini lebih peduli padanya, ya walaupun masalah pekerjaan tetap nomor satu, setidaknya untuk mengurangi beban mamanya Lisa harus melakukan hal itu.
"Pagi mah,"
"Pagi sayang,"
"Ini mama yang masak? "
" Hah? Bukan, Bi Suti yang masak,"
"Oohhh,"
"Kamu ke sekolah naik taksi dulu ya, mama ada meeting pagi,"
"Iya mah,"
Tetap saja kantor yang selalu utama.
Seandainya gue bisa jadi kantor, pasti gue jadi manusia paling bahagia sedunia.
Lisa berangkat sekolah dengan taksi, tapi ketika di jalan, tiba-tiba saja taksi nya berhenti, sepertinya mogok.
"Loh pak, kok berhenti? "
" Ini neng bannya bocor, kayaknya ngelindes paku deh,"
"Yah, terus saya gimana? "
" Maaf ya neng, saya cuma bisa antar sampai sini,"
"Yaudah deh pak ni uangnya,"
"Makasih ya neng, "
Lisa memilih untuk berlari ke sekolah, karena taksi yang lewat selalu penuh, angkot? Ia tidak biasa, lagi pula ia tidak tahu angkot yang mana yang menuju ke sekolahnya, ojol? Ia tidak punya aplikasinya, karena biasanya ia selalu diantar Pa Iman.
Sekolah juga sudah dekat jadi lebih baik berlari, pikirnya.
Sampai di sekolah, ia terlambat. Gerbang sudah ditutup 5 menit yang lalu, padahal ia sudah berlari sekuat tenaga agar tidak telat. Lisa adalah murid yang disiplin, makanya ia tidak suka jika ia dihukum karena terlambat.
"Eh neng Lisa, kenapa telat lagi? "
"Tadi taksinya mogok pak, makanya saya telat,"
"Maaf ya neng, bapak gabisa bukain gerbangnya, takut dimarahin pak kepsek,"
"Huft, gitu ya pak, "
"Anak baru telat mulu," ucap seorang pria di belakang El.
"Elo juga, "
"Ikut gue gak?"
"Kemana?"
" Belakang sekolah,"
"Ngapain? "
" Banyak nanya lo, cepet mau masuk kan?"
"Oh iya, tembok kantin,"
"Sutttt," ucap Al menyuruh El diam. Agar pa satpam tidak mendengar.
"Eh sorry, sorry"
"Yaudah yuk!" ajak Al datar.
Drttttt,,
Sebuah panggilan dari nomor tak dikenal.
"Eh bentar, gue angkat telfon dulu,"
"Gc!"
"Halo Bi, kenapa telfon?"
"Ini non, nyonya..."
"Mama kenapa Bi,"
"Nyonya masuk rumah sakit,"
Hay readers? Gimana ceritanya? Semoga suka ya❣️
Jangan lupa tinggalkan jejak!
See you❣️

KAMU SEDANG MEMBACA
RASA [SELESAI]
JugendliteraturSeperti sangkuriang yang jatuh cinta kepada seorang wanita, yang padahal wanita itu adalah ibundanya Seperti putri duyung yang mencintai manusia, meskipun mustahil tuk bersama Dan Seperti bella yang mengagumi sosok pangeran istana, meskipun ia buruk...