10. Dimensi Lain?

1.1K 57 0
                                    

"Nyonya masuk rumah sakit,"

Seperti langit yang mendung ketika akan turun hujan, seperti itulah kondisi hati El sekarang.

Tanpa babibu, El langsung meninggalkan sekolah menuju rumah sakit, tapi Al mencegahnya untuk bertanya.

"Eh, lo mau kemana?"

"Minggir,"

"Naik motor lebih cepet,"

El tau, kalo Al ingin mengantarnya, dan kali ini ia tidak menolak.

Rumah sakit Jakarta Internasional

"Gimana keadaan mama Bi?"

"Lagi ditangani dokter non,"

"Semoga mama gak kenapa-kenapa ya Allah," doa El.

"Aminnn" ucap Al lalu kemudian Bi Suti.

Krek,,

Suara pintu terbuka.

"Dok, gimana keadaan mama saya dok?"

"Mama anda terkena penyakit kejiwaan, ini disebabkan karena shock berat, dan depresi berlebihan,"

"Astagfirullah mama,"

"Apa mama saya bisa sembuh dok?"

"Bisa saja, tergantung mentalnya yang kadang bisa berubah - ubah,"

"Saya boleh masuk kan dok?"

" Silahkan,"

Lisa langsung masuk diikuti dengan Bi Suti, tidak dengan Al. Karena ia takut mengganggu pembicaraan mereka nanti.

Dan untungnya Sarah sudah sadar dari pingsannya.

"Mah, mama kenapa kok bisa kaya gini?"

"Kembaliin perusahaan saya, kembaliin perusahaan saya Hendra!" teriak Sarah seperti kesurupan.

"Mah, mama jangan kaya gini dong mah," pinta Lisa, hendak menangis.

"Saya bangkrut Hendra, semua gara-gara kamu," teriaknya lebih kencang, mukanya merah padam seperti orang marah.

"Mah, udah mah tenang.. Hiks," ucap Lisa sembari menangis.

"Sabar non,"

"Dokter," panggil Lisa karena mamanya benar-benar mengamuk.

Dokter pun datang, dan memberi suntikan untuk menenangkan Sarah. Lisa keluar dari ruangan, dari balik pintu, ternyata Al mendengar teriakan Sarah.

"El,"

"Al, lo ngapain masih di sini,"

"Gu.. Gue gak sengaja denger tadi,"

"Terus sekarang lo jijik kan sama gue, karena punya mama gangguan jiwa, iya kan?"

"Gak sama sekali,"

"Halah, cowo kaya lo tuh sama aja liat gue cuma karena gue selevel sama lo, sekarang lo pasti ilfeel kan sama gue, karena nyokap gue udah bangkrut, iya kan? Jawab Al!"

"Lo apaansi El, gue sama sekali ga punya pikiran kaya yang lo maksud,"

Sekarang, Gue jadi ingin selalu ngelindungin lo El, gue mau selalu ada disaat lo butuh, gue mau ngehibur lo setiap kali lo sedih, gue mau nemenin lo saat lo merasa kesepian. Gue bersedia El, sangat bersedia.

Itu semua hanya Al ucapkan dalam hatinya, karena ia tak mampu mengungkapkan kata-kata itu, ia pun tidak tau mengapa ia begitu peduli pada gadis itu.

"Mending lo pergi sekarang!" pinta El.

"Sekarang mungkin lo butuh ketenangan, tapi kalo nanti lo butuh teman cerita, gue bersedia," ucap Al lalu meninggalkan El.

Dalam hati, Al bingung mengapa ia bisa mengatakan hal itu, mengapa ia sekarang merasa sangat peduli pada seorang perempuan, tanpa menunjukan sikap dinginnya? Entahlah, mungkin ini semua sudah rencana tuhan.

Jangan tanyakan itu pada dirimu, tanyakan pada hatimu, karena sumber dari perbuatanmu adalah hati yang tak pernah berbohong.

                               *****
Pagi hari yang sangat buruk bagi El, ia tidak masuk sekolah, karena menemani mamanya di rumah sakit, tapi seharian ini mamanya menjadi sangat diam, kelakuannya memang suka berubah-ubah.

"Mah, mama kenapa diem aja dari tadi,"

"Mah, makan dulu ya,"

"Mah, buka dong mulutnya,"

"Yaudah mah, kalo gamau makan, mama minum susu aja ya,"

"Mah, Jawab Lisa mah,"

Tidak ada jawaban dari Sarah, ia tidak bicara sama sekali, matanya hanya menatap kosong kedepan.

Beberapa jam kemudian, Sarah tertidur karena efek dari obat penenang yanh diberikan dokter.

Krek,,,

Suara pintu terbuka.

Hendra datang tiba-tiba.

"Ngapain papa kesini?"

"Lisa, tinggal sama papa nak, mamamu sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang,"

"Kalo Lisa tinggal sama papa, mama juga harus ikut,"

"Gak bisa Lisa, mama kamu harus dibawa ke tempat rehabilitasi,"

"Papa udah gak waras ya! Ini mama Lisa pah, walaupun kalian udah cerai, kalian masih orang tua Lisa, Lisa gak mau mama dibawa kesana,"

"Jangan keras kepala Lisa, apartemen yang kamu tempati bulan depan sudah tidak bisa ditempati karena apartemen itu sudah dijual untuk melunasi utang perusahaan mama kamu,"

"Tapi pah, Lisa gak mau pisah sama mama,"

"Kamu bisa mengunjungi mama kamu setiap kali kamu ingin,"

Lisa sangat bingung saat ini, disatu sisi ia tidak mau pisah dari mamanya, disisi lain ia masih harus bergantung pada Hendra demi Masa depannya.

Sedangkan di sekolah, Al terus memikirkan El,  bagaimana kondisi hati gadis itu sekarang, ia benar-benar tidak fokus pada pelajaran.

Pulang sekolah gue harus ke rumah sakit

Ya, meskipun El tidak memberikan surat izin pada guru, tapi Al tau kenapa El tidak masuk hari ini.

Bel pulang sekolah berbunyi, Al langsung ke rumah sakit, tapi ketika ingin membuka pintu ia mendengar percakapan antara El dan Hendra.

"Papa kasih kamu waktu satu minggu, kalo kamu mau menuruti perintah papa, hubungi papa," ucap Hendra meninggalkan El.

Al bersembunyi di balik pot tinggi, ketika Hendra keluar.

Krek,,

Al masuk ke dalam ruangan, ia melihat El tengah menangis, sungguh ia tak tega melihatnya.

"Ngapain lagi lo kesini,"

"Gue mau ngajak lo kesuatu tempat,"

"Gabisa, gue harus jagain mama gue,"

"Em, ada Bi Suti kan,"

"Emang lo mau ngajak gue kemana sih,"

"Ke suatu tempat pokoknya,"
"Kita lihat dimensi lain dari kota ini,"

El sangat penasaran, ia akhirnya setuju, ia meminta Bi Suti untuk menemani mamanya.

Hay readers, semoga suka ya❣️

Jangan lupa tinggalkan jejak!

RASA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang