Selepas mengajar anak-anak panti, El langsung menuju apartemennya meminta doa kepada Sarah, agar ia bisa terpilih menjadi pemeran wanita untuk film terbaru Indonesia.
Film ini memang sengaja tak mengandalkan banyak artis, karna banyak orang yang mempunyai bakat acting dan rupanya mampu membuatnya menjadi seorang aktor namun karna biaya dan status yang cenderung bukan dari kalangan atas, mereka jadi minder.
"Mah, doain Lisa ya semoga Lisa bisa kepilih dan bisa berangkat ke amrik, ketemu sama Al,"
"Kalo lisa kepilih, mamah tenang aja, Lisa gak bakal lama-lama kok di sananya, "
" Mah, Lisa beneran kangen sama Al, Mamah kenal kan sama Al? Orang yang udah ngebantu biayain hidup kita,"
"Kalo di fikir-fikir, Al bahkan gantiin kewajiban papa buat nafkahin kita, yakan mah?"
Ucap Lisa yang tanpa sadar pipinya mulai basah.
Ngomong panjang lebar pun Sarah tetap tidak mendengarnya, itulah hal yang selalu membuat El menangis ketika sedang berbicara dengan mamahnya.
Setelah minta doa mamanya, El berlatih acting sendiri, ia banyak mencontoh lewat youtube. Kata salah satu adminnya, El harus bisa berperan sebagai antagonis maupun protagonis.
El benar-benar berlatih sore itu, berdialog di depan cermin layaknya ada orang lain yang mengisi ruangan itu.
Hingga malam El berlatih, begitupun di malam-malam berikutnya.
********
"Dasar lo ya, temen gak tau di untung! Selama ini lo cuman manfaatin kepintaran gue doang kan? Dengan berlagak sok manis di depan gue, giliran di belakang, lo ngomongin kejelekan gue! Munafik lo,"
Ucap El kepada Vino, dengan mendorong vino menggunakan jari telunjuknya dan expresi El yang benar-benar seperti orang sedang emosi.
Melihat El yang tiba-tiba seperti itu kepadanya, membuat alis kanan Vino terangkat, tanda ia kebingungan.
"Lo apa - apaansi El?"
"Gimana, bagus gak acting gue? "
" Yaampun El, ternyata acting, gue kira beneran, sue lu,"
"Wkwk sorry, gak mungkin lah beneran,"
"Iya-iya bagus, tapi kalo kayak gitu lo mirip ibu tiri di serial bawang merah bawang putih, " ucap Vino dengan nada meledek.
" Bangke lu Vin, "
" Gimana udah mantep belom?"
"Apanya?"
"Persiapannya lah,"
"Belom, gue masih harus latihan lagi supaya bisa kayak dewi persik, si ratu drama itu,"
"Hahaha sak ae lu,"
"Yaudah gue ke perpus dulu ya,"
"Ngapain?"
"Numpang ngadem, ya gak lah, gue mau baca buku panduan drama," ucap El, berjalan meninggalkan Vino.
"Segitu berjuangnya Lo cuman buat ketemu Al, " batin Vino.
*****
Hari yang di tunggu - tunggu tiba. El diantar oleh Vino. Setelah pamitan dengan Sarah, mereka langsung berangkat agar tidak telat.
El menggunakan pakaian kasual, seperti pakaian ingin hangout, karna memang tidak ada peraturan untuk memakai pakaian apa, yang penting rapih dan sopan.
GEDUNG PERFILMAN INDONESIA
Sampai di depan gedung, terlihat banyak sekali orang yang mengantri untuk mengisi daftar hadir dan mengambil nomor antrian.
Banyak diantara mereka yang wajahnya secantik artis-artis zaman sekarang, El jadi minder sendiri.El mendapatkan nomor antrian ke 99 dari 200 orang yang mendaftarkan diri. Tentu itu nomor yang lumayan panjang. Wajar saja ia sampai di gedung itu saat jarum jam menunjukkan pukul 17:20.
"Vin,lo kalo mau balik, balik aja, nanti gue bisa pulang naik busway,"
"Sok ngerti lo, bukan orang sini juga, "
" Yaelah Vin, gua udah 2 tahun lebih kali di Jakarta, gamungkin gak apal, "
" Gue mau liat lu acting, Jadi lo gak bisa naik busway, "
" Huh, yaudah kalo lu mau nungguin, "
Mereka menunggu hingga awan berubah menjadi gelap, pertanda malam akan datang.
Antrian nomor 99, silahkan memasuki ruangan.
Saat mendengar panggilan itu, El langsung masuk ke dalam ruangan, nomor yang sebelumnya belum selesai, tapi El harus mempersiapkan dirinya di ruangan yang di khususkan untuk para peserta.
Ia melihat dirinya di kaca.
"Lo bisa El, lo pasti bakal kepilih, lo bakalan ketemu sama Al" batin El.
Dagdigdug..
Seperti itulah kira-kira suara jantung El saat ini:).
El disuruh memerankan karakter yang melankolis. Dalam ceritanya, ia berperan sebagai seorang perempuan yang diduakan pasangannya. Sungguh peran yang harus menguras emosionalnya.
"Bismillah," batin El.
"Kamera Rolling action, "
"Siapa dia?"
"Eh ini... Anu.. Emm, "
" Siapa dia rang!? "
" Gue cewenya rangga, kenapa?"
"Sini, " Rangga menarik tangan Alya, menjauh dari Resa.
" Gue sama Resa udah jadian dari beberapa hari yang lalu, sorry, " ucap Rangga tanpa beban.
" Sorry lo bilang? Lo pikir perasaan gue ini apa Rang?mainan?hah? Dengan seenaknya lo pacaran sama cewe lain tanpa sepengetahuan gue, kenapa Ren?Kenapa!? " tak sadar Alya mengeluarkan airmatanya.
Membuat semua orang yang berada di ruangan itu menepuk tangannya.
"Cut,"
"Huh, akhirnya," batin El.
El senang karna berhasil berperan sebagai Alya, ia juga tak percaya bisa menangis tiba-tiba.
"Wihh, keren juga lo El, "
" Eh Vin, iya ni hehe, "
" Gak nyangka gue, "
" Kenapa?"
"Cewe yang kerjaannya cuman Galauin Al punya bakat juga, "
" Suek lu Vin, "
Pengumuman audisi diumumkan sehari setelah seleksi. Berarti hari senin sore El harus balik lagi ke tempat ini.
" Yaudah balik nih? "
" Iyalah masa mau nginep? "
" Siapa tau lo masih pengen di sini, "
" Engga, gue harus balik, mama nungguin pasti, "
" Oh oke, "
Saat sampai di depan pintu kamar apartemennya. El kaget karna pintunya terbuka lebar, tak seperti biasanya.
Saat ia masuk, seorang pria berbadan tinggi dan gagah, dengan wajah yang agak mengkriput, tengah duduk di sofa. Pria yang selalu mengenakan jas kerjanya, dan rambut yang mulai beruban.
Pria itu, yang 2 tahun terakhir ini tak pernah terlihat sosoknya. Dan kini, dengan berani menapakan kakinya di apartemen El. Ingin apa lagi dia?
Sosok itu..
Jangan lupa tinggalkan jejak 🐾
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA [SELESAI]
Novela JuvenilSeperti sangkuriang yang jatuh cinta kepada seorang wanita, yang padahal wanita itu adalah ibundanya Seperti putri duyung yang mencintai manusia, meskipun mustahil tuk bersama Dan Seperti bella yang mengagumi sosok pangeran istana, meskipun ia buruk...