Hari yang sangat menyebalkan bagi seorang El, tadinya ia berniat tidak masuk sekolah, tapi, mengingat hari ini ada ulangan fisika, El terpaksa masuk, daripada ia harus merangkum sebuah buku fisika yang tebal, lebih baik ia masuk.El merasa sangat lelah, wajahnya terlihat pucat, badannyapun sedikit panas, mungkin karena kemarin ia hujan-hujanan.
Ia sengaja memakai earphone di telinganya, agar tidak mendengar cacian orang-orang yang membuat telinganya panas.
Ketika tiba di gerbang sekolah, El berpapasan dengan orang yang saat ini tidak ingin ia temui, tanpa mempedulikan orang itu, El melanjutkan langkahnya.
Dia sama sekali gak cegah gue? Dan gak minta maaf lagi? Semakin jelas Al, lo gak bisa ngeles lagi!
Batin El saat itu.
Ulangan fisika telah berlangsung, El terlihat lebih pucat dari sebelumnya.
"Sa, lo pucet banget, lo sakit?" tanya Naya.
"Hah? Enggak, gue cuma pusing aja,"
"Ke uks Sa, ayo gue temenin,"
"Gausahlah, gue gapapa,"
"Tapi lo pucet banget itu kaya orang sakit,"panik Naya.
"Yaudah deh,"
Ketika berjalan menuju uks, El dan Naya berpapasan dengan Al dan juga Rey, sepertinya mereka dari kantin.
Melihat wajah El yang pucat dan terlihat lemas, membuat Al khawatir, dan bertanya.
"El, lo kenapa?"
"Bukan urusan lo!"Jawab El dengan tatapan dingin, bukan El yang seperti biasanya.
"Kalo lo kenapa-napa, itu urusan gue!"
"Siapa lo? Temen bukan, pacar bukan, pengkhianat iya!"
Rey dan Naya yang melihat mereka berantem seperti itu, saling menatap bingung.
Saat El ingin pergi, Al menahan tangannya.
"Lepas,"ucap El menarik tangannya sendiri.
Saat ingin melangkah, El merasakan sakit pada bagian tubuh sebelah kanannya, entah lambung atau ginjal.
"Argwhhh,"
"El, lo kenapa?"tanya Naya panik.
"Gue gatau, tapi sakit banget,"ucap El sambil memegang bagian tubuh itu.
"Ayo
ke rumah sakit,"ucap Al yang ingin menggendongnya."Gue gak mau!"
"El, Lo boleh marah sama gue, tapi jangan lampiasin itu ke diri lo sendiri,"
"Gue gak mau ke rumah sakit, gue mau pulang, dan bukan sama lo,"
"Biar gue yang anter El,"ucap Vino tiba-tiba, ia baru saja datang karena melihat El seperti kesakitan.
"Jaga dia baik-baik,"ucap Al pada Vino.
"Ayo El,"ucap Vino, menuntun El untuk berjalan.
Sampai di apartemen, El merebahkan tubuhnya, ia benar-benar sangat lemas hari ini, ditambah dengan bagian kanan bawah dari tubuhnya sangat sakit sekali, ia tidak cukup berani untuk pergi ke dokter, karena dari kecil El sangat takut bila melihat jarum suntik mengenai tubuhnya.
*****
2 hari, sudah berlalu. Al sama sekali belum melihat batang hidung El. Ia tidak masuk sekolah karena masih sakit. Tadinya Al sudah berniat ke apartemen El untuk sekedar mengecek kondisinya, namun El mengiriminya pesan untuk tidak menjenguknya, kalau tidak ia akan semakin marah pada Al.
Tapi, diam-diam, Al sering memesankan bubur untuk El lewat gojek online. Tanpa memberi tahu siapa yang mengirimnya, kata abang gojeknya sih, dari pengagum rahasia El.
Sampai saat ini pun, belum ada tanda-tanda siapa orang yang sudah membuat berita aib dan berita palsu yang membuat El marah padanya. Ia masih mencari tahu, dan kecurigaannya berakhir pada Bianca, mengingat cewe itu yang sangat benci pada El.
Al bahkan sempat frustasi, karena ia benar-benar tidak tahu apa-apa, ia mengecek cctv atas usulan dari Rey, Rey merasa iba pada Al, ia membantu temannya itu untuk mencari tahu siapa dalangnya. Tapi, saat dicek, terlihat seseorang mengenakan jubah hitam, entah itu cewe atau cowo, yang jelas orang itu sangat menghindari cctv, seolah ia sudah tahu di mana letak cctv itu berada.
Kecurigaannya pada Bianca semakin besar, namun ketika ditanya, Bianca sama sekali tidak mengaku, ia bahkan berani sumpah dihadapan Al. Tapi, Al mengingat ucapan El "mana mau maling ngaku maling" itulah yang membuat Al tidak mempercayai pengakuan Bianca, ia semakin mendesak cewe itu untuk mengaku saja.
"Arghhhh," ucap Al sambil menjabak rambutnya frustasi.
"Bro, gua ikut prihatin sama lo, tapi gua mau tanya nih,"
Al menatap Rey dengan ekspresi seperti 'mau tanya apa?'
"Kayaknya dari smp gua gapernah liat lo sampe frustasi kaya gini cuma gara-gara cewe,"
"Jangan - jangan.. Lo jatuh cinta," lanjut Rey.
Al tidak menjawabnya, ia bahkan tidak tahu perasaan aneh apa yang ada di hatinya, ia takut ini hanya perasaan iba, ia belum bisa membedakannya.
"Eh tapi kan dari dulu lo gapernah jatuh cinta, lo kan homo," ucap Rey sekenanya.
"Kampret!" balas Al lalu melempar tempat pensil tepat mengenai wajahnya.
"Woy sakit njir,"
"Gue bukan homo!"
"Mana ada homo ngaku homo,"
Al tidak menjawabnya, ia pergi keluar kelas menuju kantin, menenangkan fikirannya, mencari cara untuk mengetahui siapa sosok dibalik jubah hitam yang terekam di cctv itu.
Ketika memandang sekitar, Al melihat seorang siswa berperawakan tinggi dan tampan yang asing di matanya, ia dikerumuni banyak cewe-cewe yang kecentilan, sepertinya ia anak baru.
"Al, kayaknya lo kalah saingan," ucap Rey yang tiba-tiba dihadapannya.
"Saingan?"
"Tuh liat, si anak baru dikerumunin cewe - cewe, sedangkan lo diabaikan sekarang, makanya jadi cowo tuh jangan jutek-jutek Al, cewe jadi pada ngehindar,"
"Lo kenal siapa cowo itu?"
"Enggak sih, gue cuma denger-denger aja, dia anak 11 ips A, dia pindahan dari Bandung juga sama kayak El,"
"Mereka pernah satu sekolah?"
"Enggak tahu gue, belum dapet berita lagi,"
Pandangan Al dengan siswa baru itu bertemu, dari mata siswa itu seperti menyiratkan kebencian. Tapi Al tidak tahu pasti, pria itu seolah sudah mengenal Al.
Siapa sosok berjubah hitam itu? Tebak-tebak!
Jangan lupa vote dan commentnya! ❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA [SELESAI]
Teen FictionSeperti sangkuriang yang jatuh cinta kepada seorang wanita, yang padahal wanita itu adalah ibundanya Seperti putri duyung yang mencintai manusia, meskipun mustahil tuk bersama Dan Seperti bella yang mengagumi sosok pangeran istana, meskipun ia buruk...