"Kamu tak setulus yang kulihat, kamu tak sebaik yang kukira, kamu bahkan lebih kejam dari seorang pengkhianat bermuka dua."
__________
Pagi ini, El berangkat ke sekolah dengan ojek yang sudah di pesan oleh Al, sudah sebulan ojek itu mengantarnya ke sekolah, karena kalau Al yang menjemputnya pasti El akan menolak, dengan alasan takut merepotkan, dengan ojek saja itu sudah dipaksa agar El menerimanya.
Sudah sebulan juga ia bekerja di panti sebagai pengajar anak-anak panti, El juga sudah mendapat gaji dari Al sehingga ia bisa melunasi uang sekolah, sempat ingin berfikiran untuk pindah sekolah, namun mengingat ia punya tugas sebagai wakil osis dan melihat Al yang menurutnya kini menjadi teman yang sangat ia percaya, El mengurungkan niatnya.
Sepanjang perjalanan menuju kelas, banyak siswa dan siswi yang melihatnya dengan tatapan menjijikan, sebenarnya ada apa?
"Lisa, tunggu," ucap Naya ngos-ngosan.
"Kenapa sih? Sampe ngos-ngosan gitu?"
"Nih," Naya menunjukkan selembar kertas yang sukses membuat El membulatkan matanya.
"Ini banyak di mading,"
Tanpa babibu, El langsung pergi ke mading, benar saja banyak berita tentang dirinya,El berusaha menerobos siswa yang sedang berkumpul di depan mading, ia lalu merobek kertas-kertas itu, dibantu dengan Naya yang tadi mengejarnya.
Setelah merobek semua kertas, El merebut 1 kertas yang belum dirobek Naya, ia kemudian berjalan menuju kelas 11 ipa B, ia tahu siapa yang membuat semua ini.
Di tengah koridor, banyak siswa yang melihatnya dengan tatapan yang tidak biasa, bahkan ada salah satu ucapan dari mereka yang terdengar di telinganya...
Heran gue, cewe murahan kaya dia kok bisa ya jadi wakil osis, deket sama Al lagi.
Sebisa mungkin El menulikan telinganya, sabar atas semua berita buruk yang ia alami.
Sampai di kelas 11 ipa B, El menuju meja Al, cowo itu sedang tertawa dengan teman-temannya membuat kecurigaan El semakin meningkat.
Brak,,
El menunjukkan kertas itu ke atas meja Al dengan keras.
"Apaansih?
"Elo yang apaan! Elo kan yang udah bikin berita ini?" ucap El dengan emosi yang memuncak.
Berita yang isinya tentang aib keluarga El, padahal ia sudah sebisa mungkin menutupi semua rahasia keluarganya, tapi dengan mudah ada yang membongkarnya, terlebih-lebih itu adalah orang yang sangat ia percaya, bukan itu saja, El juga dituduh sebagai cewe yang kecentilan, bahkan ada tulisan bahwa El telah memoroti harta Al dengan kecantikan yang ia punya, fitnah!
"Gila lo ya, mana mungkin itu gue,"
"Halah, mana ada maling mau ngaku, selama ini gue udah percaya ya sama lo, bahkan sahabat gue sendiri ga ada yang tahu rahasia ini, cuma elo Al, orang yang gue percaya buat jaga semuanya, tapi.. tapi lo malah khianatin gue, bahkan lo juga ngefitnah gue Al! Gue benci.. Gue benci sama cowo brengsek kayak lo!" ucap El dengan menahan tangisnya, ia lalu pergi meninggalkan Al, dan semua siswa di kelas yang sejak tadi memperhatikan mereka berdua.
Al tahu bahwa saat ini El telah salah paham padanya, namun ia tidak tahu siapa yang sudah menyebarkan semua berita itu, ia sama sekali tidak tahu.
"Tunggu, lo salah paham," ucap Al lalu menarik tangan El
"Lepasin tangan gue, atau gue semakin benci sama lo!"
Al tak percaya, El bisa berkata seperti itu, baru kali ini ia melihat El marah besar padanya. Ia lalu melepaskan tangannya, membiarkan El menenangkan hatinya, baru ia akan menjelaskan semuanya.
******
Bel pulang sekolah berbunyi, El buru-buru keluar kelas, tanpa mempedulikan Naya yang sejak tadi memanggilnya, ia tidak ingin bertemu Al.
El berhenti, ketika ada yang memegang tangannya. Rupanya Al sudah terlebih dahulu keluar kelas.
"Lepas,"
"Plis dengerin gue dulu, lo salah paham El,"
"Apa lagi yang mau lo jelasin hah?!" ucap El dengan nada tinggi.
"Bukan gue yang bikin berita itu, dan gue juga gak tau siapa yang udah bikin berita itu,"
"Lo fikir siapa lagi? Siapa lagi yang tahu aib keluarga gue, selain lo!"
Al tidak menjawab, membuat El semakin kesal dibuatnya.
"Lo gak tau kan, lo cuma ngeles Al, ternyata lo gak sebaik yang gue kira, gue kecewa sama lo,"
Saat ingin pergi, ada seorang siswi yang melihat El dengan tatapan tidak suka, ia bahkan menyindir El terang-terangan.
Udah ketauan murahan, masih aja kecentilan, ewh.
Sungguh telinga El sangat panas kali ini, ia berbalik mengahadap Al dan menjatuhkan Air matanya yang sejak tadi ia tahan.
Al benar-benar tidak tega, ia pun tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, agar El tidak salah paham padanya.
El pergi meninggalkan Al, tapi kali ini Al tidak mencegahnya, El butuh ketenangan, fikir Al saat itu.
Sore ini, kota Jakarta diguyur hujan deras, El berjalan tanpa memperdulikan dirinya terkena air hujan, ia benar-benar kesal, kecewa, marah, sekaligus sedih, ia tak menyangka hal ini akan terjadi padanya.
Ia duduk di bangku sebuah taman, kini langit seakan mengerti keadaannya, sehingga menurunkan hujan yang deras sekali.
El sampai di apartemen dengan keadaan basah kuyup. Ia langsung membersihkan dirinya. Kali ini, tanpa melihat bulan purnama dibalik jendela kamarnya, El menulis di atas buku diarynya. Hanya buku itu yang ia percayai saat ini, hanya buku itu satu-satunya tempat yang tepat untuk mencurahkan isi hatinya saat ini.
_____________________________________
Dear diary..
Ia tak ku percaya lagi..
Karena percayaku padanya, sudah hilang ketika ia mengkhianati..
Ia tak sebaik yang kukira..
Karena ternyata, ia lebih jahat dari seorang pengkhianat bermuka dua...
Ia tak setulus yang kulihat...
Karena pada dasarnya, seorang pengkhianat tetaplah pengkhianat...
Benci...
Kata hatiku saat ini..
Kecewa...
Karena sudah terlalu percaya...______________________________________
Jangan lupa vote dan komennya!❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA [SELESAI]
Teen FictionSeperti sangkuriang yang jatuh cinta kepada seorang wanita, yang padahal wanita itu adalah ibundanya Seperti putri duyung yang mencintai manusia, meskipun mustahil tuk bersama Dan Seperti bella yang mengagumi sosok pangeran istana, meskipun ia buruk...