Bab 3: Bad Wedding Day (1)

2.9K 243 27
                                    

Tok tok tok!!

Hinata terkesiap dan langsung menatap pintu ganda berwarna cokelat dari kayu jati yang sudah dipelitur mengilap di depan kamarnya yang luas, lalu mendengarkan lagi.

Tok tok!!

Ketukan itu terdengar lagi. Kali berikutnya, Hinata yakin bahwa seseorang—salah satu pelayan, mungkin—berdiri di ambang pintunya.

Dengan tenang, Hinata melirik penampilannya yang terpantul di atas cermin besar yang menempel di tembok.

Semalam, dia tidur dengan mengenakan gaun tidur berwarna indigo selutut, terbuat dari kain sutra dengan tali bahu ringan, dan tanpa embel-embel apapun. Rambut birunya yang tergerai sedikit kusut dan bercuatan di beberapa tempat. Matanya juga masih kelihatan kuyu khas bangun tidur dan kulit putihnya yang biasanya tertutup make up terekspos jelas.

Tak apa, jika itu hanya salah satu pelayan paruh waktu mereka, Hinata tidak perlu repot-repot membuatnya kagum, kan? Toh, keluarga pelayan yang bekerja pada keluarganya sudah mengabdi pada Hyuga selama lebih dari dua dekade, yang artinya mereka pasti mengenal Hinata sama baiknya dengan Hinata mengenal dirinya sendiri. Walaupun itu adalah keluarga pelayan, kenyataannya mereka bekerja hanya selama beberapa hari selama seminggu dan beberapa jam setiap hari, hanya memasak dan membersihkan taman dan mansion. Selebihnya, Hikari yang cekatan bisa menyelesaikan semuanya. Karena itu, tidak perlu sungkan.

Selebihnya, Hinata masih terlihat seperti Hinata yang biasa.

Sambil menyiapkan senyum terbaiknya, Hinata mengulurkan tangan dan membuka kenop pintu dan menariknya terbuka, sehingga dia bisa langsung melihat siapa yang sudah mengetuk pintunya sepagi ini.

Senyum di wajah Hinata mendadak berubah menjadi kaku.

Sambil menyandar dengan angkuh ke besi pembatas di lorong yang sedikit gelap, sepi, dan dingin, dengan kemeja putih yang dilapisi blazer hitam dan dasi garis-garis, serta celana denim biru tua yang kusam, pandangan mata Sasuke langsung menusuk Hinata begitu gadis itu keluar dari kamarnya.

Hinata terkesiap dalam hatinya, dan bertanya-tanya apa yang harus dia lakukan. Calon suamimu berdiri di depan pintumu dan kau keluar dari kamar dengan menggunakan baju tidur yang tipis dan memalukan dan menunjukkan seluruh lekuk tubuhmu, kira-kira bagaimana reaksimu? Apakah kamu akan terkejut dan secara refleks menendang calon suamimu dari lantai atas sampai dia mati? Atau malah mengajaknya masuk kamarmu?

Akan tetapi, keterkejutan Hinata dengan cepat dikuasai, jadi dia dengan tenang menyunggingkan senyum yang tidak mencapai mata[1] dan diam-diam menggunakan kedua tangan untuk menutupi dadanya yang tidak senonoh. Sasuke berjalan mendekat dan membalas senyum Hinata yang tidak tulus dengan seringai kekanakan yang tipis.

[1] Pada dasarnya, senyum yang tulus bisa dikatakan mencapai mata karena matamu juga ikut melengkung atau menyipit. Dalam kasus ini, senyum Hinata tidak bisa dikategorikan sebagai senyum tulus dalam hal apa pun karena matanya masih dengan jelas membesar.

Mendadak, Hinata tidak bisa mengatasi dorongan kuat untuk mencekik Sasuke yang menyeringai di hadapannya sampai mati.

Demi Tuhan, seriusan, Hinata harus menikah dengan bocah di hadapannya ini? Dia tidak rela!! Oh Tuhan, tolonglah, dia tidak mau!!

Ps. Hinata di sini berumur 26 tahun, dan Sasuke berumur 27 tahun. Ingat, Sasuke masih bocah😌

"Mau apa kau?" sapa Hinata dengan nada sinis.

Seringai di mulut Sasuke mulai terlihat menyeramkan. Matanya menyipit. "Kau adalah calon jalangku, Lady. Hari ini kita menikah. Masih butuh alasan mengapa aku datang ke kamarmu?"

Say Something And I'll Give You Up {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang