Say Something And I'll Give You Up {END}

Bab 23: Flash

Ps. Sebenernya, Gao gak suka merusak tatanan dalam KBBI yang menyebutkan bahwa tidak boleh ada banyak sudut pandang dalam satu novel. Di sini, Gao menggunakan dua sudut pandang—sudut pandang pertama (aku) dan ketiga (dia)—dan itu membuat Gao tersiksa. Belum lagi penggunaan kata 'tapi' yang salah. Gao mau memperbaikinya, tapi waktu Gao terlalu singkat—jujur, 24 jam itu terasa seperti 20 menit. .

Jadi, Gao mohon maaf atas ketidaknyamanannya🙏

***

Hinata POV

Pengakuan itu membuatku kaget, tentu saja. Aku tidak pernah mendengar ada orang yang semaniak itu dalam hal cinta. Itu ... arrggh, aku tidak tahu bagaimana cara menanggapi ini.

Jujur, saat ini aku tidak tahu bagaimana perasaanku pada Sasuke ... san (?), tapi aku juga adalah orang yang diharuskan untuk mengambil keputusan dan menjadi penentu tentang apa yang akan terjadi berikutnya.

Saat remaja, SMA lebih tepatnya, aku ingat Sasuke sebagai cowok berandalan dan urakan, bukan dalam hal penampilan karena dia termasuk pemuda fashionable dengan gaya yang seperti bintang film, tapi sifatnya kasar dan menyebalkan. Kupikir, itu bagus untuk memiliki pipi tembam, tapi aku tidak suka ketika Sasuke selalu menyebutku tepos. Oh, ayolah, itu membuatku membeli satu cermin sepanjang dua meter untuk kugunakan di kamarku. Walaupun cuek saat di sekolah, begitu Sasuke mengatakan bahwa dada dan pantatku kecil, aku jadi malu sendiri, jadi aku buru-buru pulang dan mengecek cermin. Jujur saja, kupikir pantatku cukup besar. Eh ....

Pokoknya, aku tidak menyukai apa pun hal menjijikkan yang dia lakukan padaku.

Jujur saja, pada hari pertama pindah ke sekolah itu, aku bahagia karena akhirnya aku bisa satu kelas dengan para cowok—sewaktu SMP aku bersekolah di sekolah khusus perempuan. Belum lagi, kami bermain basket bersama. Aku suka olahraga, terutama lari. Karena basket juga butuh lari, jadi aku ikut bermain. Aku tidak menyangka saat menembak bola, aku malah terjatuh dan kakiku patah.

Oh, rasanya seburuk seperti aku kehilangan dunia. Bukan karena sakit, tapi aku memikirkan besok pagi di mana aku tidak bisa lari pagi keliling mansion.

Lalu, ketika semua orang terdiam—mungkin syok dan tidak sempat membantuku—Sasuke datang dan menarikku ke dalam gendongannya begitu saja.

Oh, yang benar! Ini hari pertama aku bersekolah di sekolah umum dan pada hari pertama itu juga, ada seorang cowok—benar-benar cowok, bukan kasim atau bencong atau sejenisnya—menyentuhmu! Aku kaget dan secara refleks menggigit tangannya. Kupikir, dia marah karena dia langsung menjauh. Pada akhirnya, teman-teman perempuanku membawakan tandu dan membawaku ke UKS.

Hari-hari setelah itu, Sasuke yang sebelumnya kupikir sangat ramah karena mau membantuku, berubah menjadi sangat menyebalkan, dari malaikat tampan menjadi iblis buruk rupa—itu metamorfosis yang menakjubkan, haha! Karena dia dari Uchiha, kupikir dia bangsawan yang jelas banget beradab, tapi perilakunya seolah-olah dia bukan manusia. Bayangkan ini, dia mengejekmu dengan setiap panggilan buruk, menjahilimu setiap ada kesempatan, dan bahkan merusak mobilmu. Yah, satu kelas dengannya membuatku mengucapkan kalimat: "Bye bye masa SMA yang menyenangkan!" Yeah, Sasuke benar-benar merebut kebahagiaan masa remajaku.

Setelah tiga tahun berada dalam kesabaran, aku akhirnya bebas dan kuliah. Di universitas, aku bertemu seorang Uchiha lagi, dia adalah senior di ekstrakurikuler yang kuikuti. Awalnya, kupikir dia akan seperti Sasuke yang tidak punya otak, tapi Uchiha satu ini sangat berbeda dengan Uchiha tahun lalu yang kutemui.

Namanya Itachi, dan dari segi mana pun kulihat, dia sangat mirip dengan Sasuke. Lewat penampilannya, bedanya hanya pada rambut mereka. Jika Sasuke punya rambut hitam acak-acakan, maka Itachi punya rambut hitam yang rapi dan dikuncir pendek. Belum lagi sifat mereka berdua persis seperti Bumi dan Venus—mereka punya tampilan luar yang mirip, tapi apa yang di hati mereka samgat berbeda; Itachi adalah Bumi dan Sasuke itu Venus[1].