Bab 20: Tak Apa

2.8K 230 36
                                    

Pintu gerbang mansion Sasuke terbuka sedikit. Begitu melihat limusin yang dikenalnya, penjaga gerbang-Inuzuka Aki-dengan lembut mengklik tombol buka dan membungkuk sopan saat kaca limusin terbuka menampilkan senyum tipis Mikoto. B

Suasana mansion agak sedikit sepi. Begitu Mikoto keluar dari limusin dan kakinya yang bersepatu hitam menapak jalan, angin malam hari yang dingin berkesiur melewati wajahnya dengan tegas. Lampu-lampu taman yang berbentuk bola tersebar di seantaro taman, membuat Mikoto bisa melihat bunga-bunga yang tampak segar, terlihat jelas tentang betapa rajinnya nyonya rumah mengurus bunganya. Lalu, aroma kare yang hangat menguar dari mansion.

Sudut mulut Mikoto tertarik ke atas membentuk senyuman. Dia tidak pernah berpikir bahwa mansion dingin ini akhirnya mendapat sentuhan feminin seorang wanita. Yeah, kau tahu, bunga-bunga segar dan aroma masakan yang hangat. Tampaknya, Hinata dan Sasuke menjalani masa pernikahan yang menyenangkan. Itu ... agak sedikit membuat beban Mikoto menghilang.

Dengan wajah yang berubah menjadi penuh senyum, Mikoto melangkah melewati jalanan yang terang menuju pintu mansion, lalu dengan lembut mengetuk pintu dengan telunjuknya.

"Nyonya, jika Anda tidak lihat, saya akan memencet bel untuk Anda?" ucap Kakashi di belakangnya.

Mikoto menoleh, tersenyum, dan menggelengkan kepala. "Tidak perlu. Sesekali, aku ingin merasakan bagaimana itu mengetuk pintu rumah anakku sendiri. Oh ya, Kakashi, bisakah kau mencium itu? Aroma masakannya lezat sekali."

Senyum di mulut Mikoto perlahan melembut dan tatapan matanya meredup karena senang. Dengan wajah Mikoto yang lembut dan dipenuhi senyum serta cahaya bulan yang menyinari pipinya, Kakashi menjadi tersipu. Kakashi tidak pernah menyadari bahwa seorang wanita-yang bahkan bertahun-tahun lebih tua darinya-mendadak terlihat begitu menakjubkan seperti malaikat. Yah, jangan salahkan dia. Siapa pun bisa terpesona pada wanita semacam ini. Apalagi, Kakashi terbiasa dengan raut angkuh dan tatapan mata menyeramkan Mikoto. Syukurlah karena Mikoto jarang bersikap lembut di hadapan bawahannya, atau kalau tidak, mereka pasti sudah menerobos ke kamar tidur nyonya mereka-hanya untuk bisa merasakan bercinta dengan seorang dewi.

"Ukh, apa yang kau lihat?" Mikoto menaikkan alisnya. "Mengapa Sasuke atau Hinata belum juga datang ke pintu?"

Tersadar, Kakashi mengerjapkan matanya dua kali, lalu akhirnya berhasil menetralisir hatinya sehingga wajahnya bisa kembali seperti Kakashi yang biasa.

"Saya pikir, Anda bisa masuk tanpa memerlukan izin mereka," komentar Kakashi.

Mikoto mengernyit. "Tidak bisa begitu. Bagaimana pun, ini adalah rumah pengantin baru yang kita datangi. Bagaimana jika mereka berdua sedang bercinta di meja makan, atau di meja tamu? Jika kamu sedang melakukan itu dengan istrimu, bagaimana reaksimu jika ada seseorang yang tiba-tiba masuk?"

Kakashi tertegun. Dia tidak bisa membayangkannya. Pada dasarnya, dia mengabdikan hidupnya untuk Mikoto dan tidak pernah mencoba mencari wanita untuk dicintai. Jadi, dia bahkan tidak pernah membayangkan dirinya untuk bercinta suatu hari nanti-terlepas dari beberapa menit yang lalu.

"Tapi, Nyonya, jika Anda menunggu lebih lama lagi, kupikir-"

Sebelum Kakashi benar-benar menyelesaikan kalimatnya, pintu mansion berderit terbuka. Wajah Hinata yang tampak hancur karena jejak air mata menerobos wajah Mikoto dan membuat hatinya mendadak terasa kosong. Senyumnya menghilang sama cepatnya ketika datang berganti dengan wajah penuh kerutan.

"Ibu ...," lirih Hinata begitu melihat ibu mertuanya berdiri si balik pintu.

Mendengar suara Hinata yang serak, hati Mikoto menjadi teriris. "Sayang, apa yang terjadi padamu? Di mana Sasuke?"

Say Something And I'll Give You Up {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang