Karena tidak ada hal yang harus dikerjakan di rumah, Hinata memutuskan untuk pergi mengunjungi Ibu Mertua Mikoto di mansion utama Uchiha. Wanita itu membawakan sebuket bunga lili lembah dan tersenyum lebar di pintu.
Pada awalnya, ketika melihat menantu barunya di pintu, hal pertama yang terlintas di benak Mikoto adalah sesuatu yang buruk telah terjadi. Bagaimana pun juga, pengantin baru biasanya tak mengunjungi rumah mertua mereka pada hari pertama pernikahan.
Jadi, Mikoto yang baru selesai merapikan rambutnya dengan sisir di balkon, bergegas turun ke lantai bawah menemui Hinata yang duduk dengan anggun di ruang tamu.
Saat melihat Ibu Mertua Mikoto muncul dengan tergopoh-gopoh ke tempat duduknya, Hinata menyunggingkan senyum, mengangkat bokongnya, dan memberikan salam selamat pagi dengan membungkuk¹.
Mikoto membalas senyum Hinata yang tulus dan duduk di hadapan menantunya itu.
"Di mana tehmu, Anakku Sayang?" tanya Mikoto hati-hati. Senyumnya masih terpatri, tapi hatinya terasa seperti tengah berdisko-ria.
"Terima kasih, Ibu. Hinata datang ke mari tidak untuk menyusahkan Ibu," ucap Hinata.
"Oh tidak menyusahkan sedikit pun," seru Mikoto, lalu berdiri, dan kembali berkata, "Ayo, Anakku, kita ke lantai atas. Ibu punya sesuatu yang ingin Ibu tunjukkan!"
Hinata mengangguk dan mengekori Mikoto menaiki tangga yang panjang ke lantai dua. Sebelumnya, Mikoto sudah mencegat Shizui di lorong dan meminta keponakannya itu untuk menyuruh pembantu menyiapkan teh dan membawanya ke balkon.
Hal pertama yang Hinata lihat begitu memasuki balkon utama adalah seperangkat alat-alat make up dan skin care dari berbagai merk. Sofa berlapis kain katun rajutan berwarna cokelat dan hitam dengan anggun menempel di tembok balkon yang rendah.
Ketika menginjakkan kakinya di atas karpet berpola datar, Hinata bisa merasakan angin sepoi-sepoi berkesiur menampar wajah gadis itu dengan kesejukan.
"Ayo duduk, Nak. Ibu punya banyak sekali make up. Kau bisa mencoba semuanya. Kalau ada yang kau suka, Ibu akan menyuruh salah satu pelayan untuk mengirimkannya ke mansion kedua, " kata Mikoto sambil menarik tangan Hinata dan membawanya ke sofa, lalu menggunakan isyarat tangan untuk menyuruh dayang membawa lemari make-up nya menjadi lebih dekat.
Dengan sekali pandangan mata, Hinata menghitung sedikitnya ada lima merk skin care, dan itu semua dari semua perusahaan terkenal.
Ibu Hikari sejak kecil telah menanamkan Little Hinata untuk menjadi gadis yang alami dan tidak pernah menggunakan berbagai macam produk kecantikan. Tapi Ibu Hikari merawat kulitnya dengan baik dan berolahraga setiap pagi, jadi dia punya fitur wajah yang tipis dan kemerahan seperti remaja, tidak ternoda oleh bedak, pemerah bibir dan pipi, atau sejenisnya. Hinata yang telah dicekoki dengan doktrin seperti itu, ketika melihat ada begitu banyak riasan di satu lemari, hanya tersenyum dan menggeleng.
"Bagaimana kabar Sasu-chan? Apa dia baik padamu? Katakan jika bocah itu berbuat kasar, Ibu akan membunuhnya dengan tangan Ibu sendiri!"
Hinata tersenyum, menyadari bahwa Ibu Mikoto tahu sifat putranya dan mengantisipasi kekerasan dengan menanyakan itu.
"Uchiha-kun sangat baik, Ibu," sahut Hinata sambil tersenyum dan membuang pandangannya ke halaman belakang yang luas. Beberapa pekerja sedang memotong rumput dan sisanya menyirami tanaman yang ditata di tepi lapangan.
Pikiran Hinata melayang ke kejadian semalam; bayangan tentang Sasuke yang membantingnya di tempat tidur seperti seorang pembunuh, dan pagi tadi ketika dia bersikap begitu menenangkan dan lembut.
Hinata tidak tahu seperti apa sebenarnya sifat bungsu Uchiha itu. Kadang dia baik, kadang jahat. Hinata jadi bingung sendiri.
Melihat menantunya melamun, Mikoto tersenyum lembut dan menyentuh tangan Hinata dan menatap lapangan, mengikuti pandangan Hinata.
"Sasu-chan sebenarnya sangat baik. Dia pernah terluka karena seorang gadis di masa lalu," ucap Mikoto dengan pelan. Hinata berkedip sekali dan menatap mertuanya dengan sorot tertarik. Tapi Mikoto sendiri sedang sibuk kembali ke masa lalu. "Itu membuatnya berubah, tapi seperti kau tahu, cinta pertama itu tidak bisa dilupakan, dan seperti keyakinan orang-orang ... cinta pertama itu ... tak pernah berakhir bahagia. Jadi begitu dewasa, Sasu-chan semakin berubah dan menjadi liar.
"Dia memacari perempuan dan kasar ketika berbicara dengan mereka. Bahkan dengan Sakura, itu tetap dia lakukan. Ibu khawatir sikapnya yang seperti itu akan menghancurkannya. Apalagi dengan Sakura, wanita miskin dari kelas bawah seperti dia sangat berani mendekati Sasu-chan.
"Kau tahu kan, bagaimana kelas bawah seperti dia ketika menunjukkan taringnya. Mereka akan pergi ke petugas keamanan dan melapor hal yang buruk yang belum tentu benar. Sekarang, setelah ini semua, setelah Sasu-chan menikah denganmu, Ibu justru khawatir pada masa depan Itachi-kun. Semoga si gelandangan itu, Sakura, tidak menjerumuskam Itachi-kun pada hal yang buruk."
Ibu Mikoto masih mengoceh tentang keburukan Sakura sementara Hinata berusaha menutup telinga dan mengatupkan rahangnya dengan kuat. Bagaimana pun juga, sebenci apa pun Hinata pada Sakura karena telah merebut Itachi, dia masih merasa tidak nyaman ketika ada orang lain yang mengeksposkan kebenciannya dengan begitu jelas. Ibu Hikari selalu mengajari Hinata untuk bersikap hormat bahkan kepada para pelayan mereka. Dan sekarang, ketika ada orang yang berbicara begitu buruk, Hinata menjadi tidak tahan dan kesusahan mengelus genggaman tangannya untuk tidak menonjok mulut orang yang telah berkata sekasar itu.
Tenang, Hinata. Tenang. Dia Ibu Mertua. Lebih baik minta dia untuk membahas hal lain.
Akhirnya, setelah mampu menetralisir perasaannya yang bergejolak, Hinata tersenyum penuh arti dan memotong ocehan wanita itu dengan satu kalimat, "Tenang, Ibu. Kami dapat mengatasinya."
Setelah dipotong, Mikoto membalas senyum Hinata dan bersiap untuk kembali mengoceh, "Oh iya, tentang pelayan sialan di hotel itu, kami sudah menyewa penyelidik berpengalaman untuk mencari tahu siapa dia sebenarnya."
Dalam hati, Hinata bersyukur karena pembicaraan buruk tentang Sakura telah berakhir, jadi kali ini, dia tersenyum hangat.
Mikoto melanjutkan perkataannya, "Setelah insiden itu terjadi, pelayan ini tiba-tiba menghilang. Ketika pemimpin mengecek identitasnya di kartu dan mencari bukti kependudukan, tak ada yang cocok." Mikoto menyipitkan matanya dan bersuara dengan pelan. "Penyelidik berasumsi, kejadian ini ... sudah direncanakan ...."
Mendengar itu, secara perlahan, mulut Hinata terbuka.
***
"Pokoknya, pastikan bahwa kau tidak mungkin ditemukan! Pergilah ke negara lain atau tempat lain atau di mana pun. Intinya, jangan sampai identitasmu berhasil dilacak. Akhir minggu ini, aku akan mengirimkan cek senilai uang yang kukirimkan minggu lalu. Kalau kau sampai tertangkap ... ah, sudahlah. Hati-hati saja." Dia berhenti bicara dan menyimak apa yang dikatakan orang di seberang telepon, lalu kembali berkata, "Baik, aku akan menutup teleponnya. Daah, hati-hati."
Ketika dia menutup telepon, itu tepat ketika seorang pria masuk ke kamar, menepuk punggungnya, dan bertanya, "Kau bicara dengan siapa ... Sakura?"
Sakura yang dibuat kaget buru-buru menutup telepon, membalikkan badan, dan tersenyum penuh arti ketika menatap mata Itachi yang hitam, lalu berkata, "Ah, bukan siapa-siapa. Hanya teman lama."
***
¹Kemarin Gao baca di buku, ternyata kalau untuk memberi salam, ada tingkatan-tingkatan berdasarkan kapan digunakan. Gao aja baru tahu loh, gak bisa bedain juga. Jadi yaudahlah, sebutnya itu aja dulu.
****
T/N
Jdorjdor!! Gao di sini!!! Alurnya dah mulai nih, alurnya dah mulai. Ada yang penasaran???
Salam penuh kiss dariku,
Gao Yasuko~
![](https://img.wattpad.com/cover/190024350-288-k107902.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something And I'll Give You Up {END}
Fanfic|FANFICTION STORY| Judul : Say Something And I'll Give You Up Genre : Romance, Drama, Slice of Life, Comfort, Minor Angst Length : 28 chapters + Epilog Aired : June, 2019 Status : Completed •Spoiler• "Katakan sesuatu .... Katakan sesuatu dan aku ak...