16. Pengakuan

169 21 2
                                    

Tiwi mendengus sebal dengan Adit yang terus menerus memanggilnya princess, apalagi saat cowok itu terus tersenyum tidak jelas kepadanya.

"Eh kerempeng, lo ini belum minum obat ya? Dari tadi nggak jelas banget,"

"Seneng banget gue lihat lo jutek kayak gini, kayak ada manis-manisnya gitu," ujarnya dengan raut sangat bahagia.

Tiwi kembali mendengus berusaha mengabaikan Adit yang membuatnya jengkel setengah mati. Dia mengelus dadanya dan berbalik duduk ke tempatnya.

"Wi. Lo nggak boleh gitu sama Adit. Siapa tahu besok Adit yang jadi jodoh lo?" Bela Benni saat melihat reaksi Tiwi yang tidak suka dengan perlakuan Adit padanya.

Tiwi tidak menyangkal saat Benni berkata seperti itu.  Dia memilih untuk tidak menghiraukan perkataan Benni kepadanya. Lebih baik diam dari padamemperpanjang masalah.

"Princess!" Serunya lagi semakin senang Benni berada dipihaknya.

"Kalo Tiwi Princess berarti lo Prince-nya donk" Sambung Benni

"Boleh juga tu." Katanya setuju dengan perkataan Benni.

"Kalau gitu, mulai sekarang panggil gue prince ok!" Ujarnya antusias, sementara Tiwi hanya mengeleng menahan kesalnya.

"Tuh lihat Fatimah aja senyum," kata Benni menunjuk Fatimah. Mendengar namanya disebut Fatimah langsung mengubah raut wajahnya.

"Bukan.Wi aku nggak senyum gara-gara itu kok," katanya meyakinkan Tiwi.

"Gue percaya kok sama lo. Lagian mereka aja yang keGRan."

@
"Tim lo nggak lupakan sama rencana kita besok?" Tanya Tiwi yang melihat Fatimah hanya melamun saat kelas mereka mendiskusikan acara besok. 

"Tenang aja udah aku bungkus kok kadonya,"

"Oiya. Besok, Zulfa juga bakalan ikut tukeran kado sama kita. Lo nggak keberatan kan?"

"Hmm." Fatimah hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Tiwi.

Rencananya mereka berdua akan bertukar kado saat acara besok, namun Tiwi yang sudah menceritakan rencananya kepada Zulfa ternyata tertarik untuk ikut juga. Sebenarnya acara besok bertepatan dengan acara kelas IPA I yaitu  kelas Zulfa dan Zidan. Namun ternyata Zulfa lebih tertarik dan memilih untuk ikut acara yang di adakan di kelas IPA II dibandingkan kelasnya sendiri. 

Apalagi saat tahu Adit dan Benni ternyata sudah mengajak  Zidan untuk ikut.

Besok semua kelas 3 IPA II memang berencana akan pergi ke pantai dalam rangka syukuran karena telah menyelesaikan Ujian Nasional sekaligus acara perpisan mereka. 

Ditengah-tengah diskusi ternyata Adit mengusulkan untuk bertukar kado. Sebenarnya bukan kebetulan dia mengusulkan hal itu. Saat Tiwi dan Fatimah berencana untuk bertukar kado Adit secara tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Dan akhirnya semua teman kelasnya langsung setuju dengan usulan itu.

"Gue nggak sabar buat acara besok.  Moga aja besok gue dapet kadonya Restu."

"Dasar playboy kemaren ngejar-ngejar Fika sekarang Restu." Sewot Tiwi mendengar harapan Benni.

"Playboy? Sorry ya gue bukan Zidan, gue itu cowok setia. Lagian itu sebelum gue tahu kalo Fika ternyata udah punya cowok."

"Zidan nggak Playboy kok. Cuma dia belum dapet yang cocok aja." Kata Tiwi membela Zidan.

"Udah-udah nggak usah bikin forum sendiri.  Entar Fika sama Restu dengar lo?" Kata Adit menengahi sambil melirik Fika dan Restu yang kebetulan duduk di depan.

Diantara Dua Pilihan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang