Zaky termenung saat dia kembali mengingat Zidan melihat semua poto-poto yang di simpannya di buku catatannya.
Sebuah poto yang belum sempat Zidan lihat membuatnya merasa bersalah dengan adiknya itu. dia tahu, tidak seharusnya dia menyimpan rasa pada Fatimah yang sudah dia anggap sebagai adiknya sediri. Tidak tahu persisinya sejak kapan dia mulai selalu mengkhawatirkan dan memikirkan gadis itu. dia berusaha mengontrol diri dan selalu berpura-pura tidak peduli dengan perasaanya walau sebenarnya dia merasa gila karena itu. Terlebih saat pertama kalinya dia melihat gadis itu menangis.
Saat maminya meminta gadis itu menggantikan posisi Yunda, entah kenapa dia merasa sangat senang tapi dia tahu yang dia rasakan itu salah. Tidak seharusnya dia bersikap egois dan hanya memikirkan dirinya tanpa memikirkan perasaan gadis itu. dia tidak ingin membuat gadis itu menyesali pernikaan itu nantinya.
Zaky mengambil buku catataanya dan membuka lembaran yang berisi beberapa poto yang di simpannya di sana. Sebenarnya bukan hanya poto Fatimah saja yang dia simpan ada juga beberapa poto coas lainnya. Poto-poto itu diambil oleh Nurdin sebagai kenang-kenangan untuk di tunjukkan saat mereka sudah lulus menjadi coas nantinya.
Ting...Tong...Ting...Tong
Suara bel pintunya tiba-tiba berbunyi. Zaky kembali meletakkan buku itu ketempat semula. Melangkah ke sumber suara dan menarik handel pintu yang masih rapat itu.
“Lama banget sih. Udah kebelet nih,” ucap Nurdin dengan ekspresi sedang menahan sesuatu.
Tanpa permisi dia langsung masuk dan menuju kamar mandi. Zaky menggelengkan kepalanya, sepertinya bukan kali ini saja dia melihat temanya itu bertingkah semaunya.
Setelah keluar Nurdin duduk tanpa dipersilahkan dan mengambil buah jeruk yang ada di meja itu.
“Dokter Hendra minta lo masuk lagi,” katanya sambil mengupas jeruk itu dan memakannya seperti itu miliknya.
“Dokter Hena lagi cuti ngelahirin. Makanya Dokter Hendra nyuruh gue panggil lo buat masuk besok.”
Memang belum genap satu pekan Zaky diskors karena masalah itu.
“Sebenarnya Dokter Hena cuma alasan aja buat Dokter Hendra manggil lo masuk. Gue tahu dia nggak akan betah lama-lama lihat lo nggak ada di Rumah sakit. Secara lo calon penerusnya yang sangat berharga.”
Zaky sepertinya tidak terlalu peduli keluh kesah dan penjelasan Nurdin yang menurutnya membosankan. Dia sudah terlalu sering mendengar itu darinya. Kembali membaca bukunya yang menurutnya lebih menarik daripada apa yang dibahas sahabatnya itu.
“Ck ck ck. Kayaknya dari tadi gue cuma ngobrol sama meja aja.”
Zaky merunkan bukunya. “kalo nggak ada yang penting sebaiknya lo balik deh ke rumah sakit."
“Jadi lo ngusir gue nih ceritanya?”
“Kalo ngerasa ya syukur Alhamdulillah.”
“Kalo gitu gue istirahat dulu," ucap Nurdin tidak perduli dengan Zaky yang mengusirnya. Dengan tidak tahu malunya dia menuju kamar Zaky dan berbaring di sana.
“Oh ya ngomong-ngomong Fatimah kemarin udah libur dua hari. Jadi besok kayaknya udah masuk deh. Pas banget masuknya sama lo. Jodoh memang," kata Nurdin tiba-tiba menyembulkan kepalanya di luar pintu.
“Nih anak nggak bisa diem. Kayak burung beo lama-lama. Ganggu aja," geram Zaky melempar bantal sofa yang berada di dekatnya kerah Nurdin tapi berhasil dihindarinya.
“Gue tahu lo naksir kan sama cewek itu. Untung gue nyadar lebih awal kalau nggak mungkin kita bakal saingan sekarang," pungkasnya lalu masuk kembali tanpa rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Dua Pilihan (END)
Spiritual(⚠)Follow dulu yuk sebelum membaca!!! Fatimah gadis remaja yang mulai memperbaiki dirinya setelah kejadian tragis yang merenggut nyawa Ayahnya. Kehidupannya mulai berubah saat Ina, sahabat dari kedua orang tuanya datang untuk mengajaknya tinggal ber...