Dulu dia tak sedingin itu. Sikapnya yang ramah dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya kini menghilang. Tak ada senyum yang selalu dia tunjukkan padaku. Tutur katanya yang lembut sudah tak pernahku dengar lagi.
Dia sudah banyak berubah, semenjak terakhir kali aku melihatnya. Aku pikir sejak kejadian 4 setengah tahun lalu aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Walaupun Mama dirawat di Rumah Sakit tempat dia bekerja tapi aku tidak pernah satu kalipun bertemu dengannya. Memang sangat aneh, tapi itulah kenyataannya.
Namun takdir berkata lain, akhirnya kami dipertemukan lagi sebagai dokter muda dan mentor yang bekerja di sana. Hubunganku yang semula baik-baik saja dengannya kini berubah menjadi sangat rumit seperti benang kusut yang tidak mudah untuk dipintal lagi.
Sejak kejadian itu. Kak Zaky memang sudah tidak lagi tinggal bersama orang tuanya karena hubungannya yang tidak baik dengan Om Mario. Kini kak Zaky tinggal di Apartemen yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit tempatnya bekerja.
Dia tidak pernah sekalipun pulang kerumah. Namun walaupun begitu tante Ina selalu menjenguknya. Tante Ina pernah bercerita padaku kalau dia selalu membujuk kak Zaky untuk pulang tapi dia selalu menolak dengan alasan Om Mario tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.
Padahal tante Ina sangat merindukan anak-anaknya untuk bisa berkumpul bersama. Om Mario memang tipikal orang yang sangat keras. Beliau tidak akan dengan mudah memaafkan siap saja yang sudah mencoreng nama baik keluarganya walaupun itu adalah anaknya sendiri. Dan kak Zaky sangat paham akan hal itu.
Tidak ada yang tahu hubunganku dengan keluarga kak Zaky di rumah sakit ini. Dan aku berharap semoga tidak ada yang tahu tentang itu sampai akhir.Sedangkan Zidan, dia juga sama. Tidak pernah aku melihatnya selama 4 setengah tahun belakangan ini. Dia tidak pernah pulang, kata tante Ina dia bekerja di sana. Entah apa yang membuatnya betah di sana. Apa dia semarah itu?
"Tim. Kamu pulang atau nginep?" Tanya Firda saat dia melihatku masih berada di rumah sakit.
"Aku pulang,"
"Nggak nginep jenguk tante Tiara?" Dia memang tahu kebiasaanku. kalau shift malamku sudah selesai biasanya aku akan keruangan mama dan menginap di sana.
"Barusan aja aku habis dari sana," akupun bergegas membereskan barang-barangku dan bersiap-siap untuk pulang. Namun baru saja aku membuka pintu dan berjalan beberapa langkah aku langsung melihat kak Zaky yang berjalan semakin mendekat kearahku. Buru-buru aku masuk lagi.
"Kok balik lagi?" Tanya Firda yang melihatku masuk lagi.
"Ah itu. Ada yang ketinggalan." Dustaku lalu sengaja mencari benda yang tidak pernah ada. Suara ketukan pintu dari luar membuat jantungku berpacu.
"Fir." Aku melirik Firda memberi kode agar dia membuka pintu itu. Tanpa curiga sedikitpun Firda membuka pintu yang jaraknya memang dekat darinya. Dan seperti dugaanku kak Zaky sudah berdiri di depan pintu dengan wajah datarnya. Dia melihatku yang sedang sibuk mencari sesuatu.
"Fatimah bisa ikut saya sebentar?!" Perasaanku sudah mulai tidak enak saat kak Zaky memanggil namaku.
"Ya dok." Kataku patuh dan meletakkan tas ransel yang masih bertengger di pundaku lalu mengikutinya dari belakang.
Ternyata dia mengajakku ke ruanganya. Di sana sudah ada Galih, ketua kelompok ku.
"Besok kalian berdua ikut saya melakukan oprasi. Operasinya sangat sederhana jadi tidak akan memakan waktu yang lama. Tapi dari sana kalian akan mendapat banyak pelajaran," Kak Zaky masih fokus dengan tabletnya tanpa melihat kearah kami."Coas yang lain tidak ikut dok?" Aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Tidak perlu. Kalau begitu kalian boleh pergi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Dua Pilihan (END)
Spiritual(⚠)Follow dulu yuk sebelum membaca!!! Fatimah gadis remaja yang mulai memperbaiki dirinya setelah kejadian tragis yang merenggut nyawa Ayahnya. Kehidupannya mulai berubah saat Ina, sahabat dari kedua orang tuanya datang untuk mengajaknya tinggal ber...