"Ini bukan tindakan seorang dokter!" Fatimah tertegun saat Zaky merampas sebuah hecting atau alat jahit luka ditangannya. Fatimah refleks mundur saat lelaki itu maju kedepannya.
Pranggggg
Semua mata menoleh kearahnya. Peralatan heching yang ada ditroli terjatuh. Zaky menghela nafas, terlihat frustasi. Namun tetap melanjutkan kegiatannya menjahit luka pasien. Sementara Fatimah langsung berjongkok memungut alat-alat itu dengan gugup.
Fatimah mendongak melihat Zaky yang telah berdiri didepannya. "Bagaimana kamu bisa seceroboh ini?!" Ujarnya kesal.
"Maaf Dok," gumamnya pelan, matanya sudah berkaca-kaca. Zaky tampak menggeleng.
"Apa cuma itu yang bisa kamu bilang?" katanya berlalu dari tempat itu setelah menjahit luka pasien.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Firda kelompok coasnya. Fatimah mengangguk, meskipun malu dia berusaha menahannya.
Fatimah mengambil nafas dalam kemudian berdiri. Firda ikut berdiri. "Sudah beres!" serunya dengan senyum yang dipaksa.
"Ayo Fir, nanti dokter Zaky marah lagi," katanya membawa troli itu. Meskipun rasanya sangat malu, dia berusaha tersenyum.
"Trolinya biar aku aja yang bawa," Firda mengambil alih troli itu dan mendorongnya.
"Fatimah," ujar Zaky saat melihat gadis itu berjalan dengan Firda di belakangnya.
"Iya Dok?" tanyanya setengah berlari.
"Ikut saya!" titahnya berjalan meninggalkan gadis itu.
Fatimah menoleh kearah Firda, gadis itu tampak mengangkat bahunya bingung. Mau tidak mau Fatimah pun mengekori Zaky dari belakang.
"Kamu tahu apa kesalahan kamu hari ini?" tanyanya langsung setelah tiba di lorong yang tampak sepi. Gadis itu tampak mengangguk, menundukan wajahnya.
"Ini bukan pertama kalinya kamu melakukan kesalahan seperti ini. Kalau kamu terus mengulangi kesalahan yang sama, apa kamu yakin bisa menjadi dokter hebat dan mampu merawat tante Tiara?" mendengar itu, Fatimah sudah tidak bisa menahan air matanya untuk terjatuh. Dia semakin menundukan wajahnya merasa bersalah dengan Mamanya.
Zaky menghela nafas, dia memutar tubuhnya. Sedikit memijit pangkal hidungnya.
"Maaf Dok," gumamnya bergetar. Zaky kembali melihat gadis itu. Menatap tangan Fatimah yang sedikit tergores oleh nampan tempat alat-alat hecting tadi.
"Kamu bahkan tidak sadar tangan kamu terluka," Fatimah melirik tangannya, kemudian sedikit menyembunyikannya berharap lelaki itu tidak melihatnya lagi.
"Obati luka mu dulu!" katanya dingin kemudian berbalik meninggalkan gadis itu.
Fatimah berjalan menuju ruangan coas, dia menghapus air matanya kemudian kembali melirik tangannya yang tergores.
"Cuma kegores doang nanti juga sembuh," gumamnya pada dirinya sendiri.
"Tim, Dokter Zaky bilang apa?" Tanya Firda khawatir saat dia melewati nurse station.
"Nggak ngomong apa-apa kok,"
"Bohong," selidiknya.
"Nggak ada apa-apa Fir, Dokter Zaky cuma nasehatin aku aja,"
"Tumben nasehatinnya di tempat sepi, biasa juga bentak-bentak di tempat rame,"
"Eh, tapi kamu nggak dibentak lagi kan?" tanya Firda penasaran. Fatimah menggeleng.
"Kamu habis nangis ya?"
"Nggak kok," dustanya. Firda menyipitkan matanya penuh selidik.
"Dokter itu kejem banget sih, mukanya aja yang ganteng tapi sikapnya dinging kayak es batu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Dua Pilihan (END)
Spiritual(⚠)Follow dulu yuk sebelum membaca!!! Fatimah gadis remaja yang mulai memperbaiki dirinya setelah kejadian tragis yang merenggut nyawa Ayahnya. Kehidupannya mulai berubah saat Ina, sahabat dari kedua orang tuanya datang untuk mengajaknya tinggal ber...