Setelah selesai mengerjakan sholat dhuha, sayup-sayup aku mendengar suara mobil terparkir di depan halaman.
"Siapa yang bertamu sepagi ini?" Gumam ku mengintip dari jendela lantai dua kamarku.
Kak Zaky turun dari mobilnya menuju bagasi dan mengambil koper besar berwarna hitam legam miliknya. Kemudian dia menyeret koper itu masuk bersama dirinya yang melangkah menuju pintu utama.
Sepertinya sekarang dia sudah masuk menyapa penghuni rumah. Beberapa menit kemudian aku mendengar suara ketukan pintu yang menyertai suara Zeon memanggil namaku.
Aku memutar kunci pintu itu perlahan dan membuka handle pintu. Senyum Zeon langsung menyambut saat pintu itu terbuka.
"Ada apa?" Tanyaku pura-pura tidak tahu.
"Kak Zaky ada di bawah cari Kakak,"
"Sebentar lagi kakak turun," ucapku.
Aku menghela nafas. Jika mengingat sikap dinginnya kemarin membuatku sedikit kesal. Apa yang sebenarnya dia pikirkan Kemarin dia mengindariku dan sekarang mencariku. Aku tidak tahu apa tujuannya bersikap seperti itu.
Aku melihat semuanya sudah berkumpul tanpaku. Mereka terlihat tertawa di tengah obrolan karena mendengar guyonan Zidan.
"Fatim," ujar Zidan memanggil saat melihatku yang baru menuruni undakan tangga terakhir. Semua menoleh melihatku. Ada apa dengan susana ini kenapa semuanya terlihat aneh. Aku semakin mendekat dan duduk di samping tante Ina.
"Katanya kak Zaky manggil Fatim?" Tanyaku memastikan. Dia tersenyum sebelum menjawab.
"Tadi sebelum ke sini aku mampir ke rumah sakit dulu buat lihat keadaan tante Tiara."
"Terus bagaimana?" Tanyaku tidak sabaran.
"Dan ternyata Alhamdulillah tante Tiara sudah sadar."
Jantungku langsung berpacu. Aliran darahku terasa mengalir lebih cepat dari biasanya. Merasa tidak percaya apa yang barusan aku dengar benar?
"Mama udah sadar?" Kataku memastikan lagi. Aku tidak percaya sebelum melihatnya sendiri. Refleks aku bangkit ingin bergegas melihat kondisi mama saat ini juga.
@@@
Air mataku terjatuh. Kali ini bukan air mata kesedihan melainkan air mata bahagia. Tidak henti-hentinya aku mengagungkan kebesaran-Nya bersyukur betapa besar nikmatnya yang tidak dapat ku hitung jumlahnya.
Setelah melihat mata itu terpejam bertahun-tahun lamanya kini dapat kulihat lagi mata itu terbuka memacarkan sinarnya.
"Mama. Ini Fatim," ucapku lirih.
Semuanya berkumpul di ruangan ini melihatku yang masih menangis haru melihat kondisi mama yang sudah membuka mata tapi masih dalam kondisi lemah. Kucium tangannya yang mulai menua. Walau lemah mama memaksakan senyumnya.
Mama seperti ingin mengatakan sesuatu. Ku dekatkan tubuhku mendekat agar bisa mendengar apa yang mama ingin sampaikan.
"Papa mu mana?" Tanya Mama berbisik. Seketika lidahku kelu. Seperti tertimpa beban berton-ton aku mencoba tetap tersenyum.
"Papa ada urusan di luar," dustaku. Aku tidak ingin mengatakan yang sebenarnya karena takut kondisi Mama memburuk. Mama mengangguk kemudian kembali memejamkan matanya.
Tante Ina mengelus pundak ku berusaha menguatkan ku.
"Karena terlalu lama koma. Jadi walau sudah sadar Mamamu masih butuh perawatan." Aku mencari keberadaan kak Zaky yang ternyata sudah tidak berada di ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Dua Pilihan (END)
Spiritual(⚠)Follow dulu yuk sebelum membaca!!! Fatimah gadis remaja yang mulai memperbaiki dirinya setelah kejadian tragis yang merenggut nyawa Ayahnya. Kehidupannya mulai berubah saat Ina, sahabat dari kedua orang tuanya datang untuk mengajaknya tinggal ber...