9. Calon?

184 19 2
                                    

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku saat Zidan menjelaskan tentang rumus Fisika yang dipakai dalam tugas yang diberikan pak Danu. 

Aku tidak menyangka anak seperti Zidan yang notabenenya petakilan dan jahil ini bisa menyelesaikan soal-soal Fisika dengan sekali lihat.
Apakah semudah itu? 

Aku bahkan harus menyesuaikan rumusnya dulu baru bisa mengerjakannya, itupun harus melihat contohnya dulu.

"Dasar bego, bukan itu! " katanya memukul pulpen yang dipegangnya ke atas kepalaku.  Aku meringis kesakitan menatapnya tidak suka.

"Seharusnya pake ini, " dia menunjuk rumus yang satunya.

Aku sudah mulai bosan.  "Susah ah,"

"Gitu aja ngeluh,  gini deh aku kasih tau kamu. Tahu kan ilmu fisika, kimia,  matematika dan Ilmu-ilmu lainnya itu sebenarnya sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita termaksud spiritual kita, "

Zidan melirikku sekilas dan meletakkan pulpen yang tadi dipegangnya, aku mulai tertarik saat dia sedikit menggeser buku-buku itu dari hadapannya.

"Sebenarnya teori fisika dan Kimia itu sudah dibahas dalam al-quran sebelumnya.  gak percaya? "

Aku menggeleng.  "Tentu aja aku percaya, sangat percaya malah, " Zidan terkekeh melihat ku mulai antusias.

"Contoh kecilnya dalam al-quran yaitu ayat yang mengatakan Allah tidak akan memberikan beban  kecuali sekedar kemampuan hambanya,  jadi beban sama dengan kemampuan. Ketika Allah memberi kita beban pada detik itu juga Allah pun memberikan kita kemampuan, nah itu bukannya kayak hukum Newton 3 dimana energi aksi = energi reaksi. Al-Quran kan sudah diturunkan sebelum rumus itu ditemukan. Jadi intinya semua ilmuan yg menemukan teori itu cuma copas doang dari Al-Quran. Dan nggak cuma teori tentang itu aja sebenarnya masih banyak teori yang di copas dalam al-quran," aku terkesima mendengar penjelasannya.

"Katanya elo pengen jadi dokter kan?" Dia mengalihkan pembicaraan.

"Iya aku pengen jadi dokter," ujarku semangat.

"kalau gitu nggak usah malas, lo kan suka baca buku masa belajar aja males,  ayo dong jangan menyerah! " Benar aku tidak boleh menyerah, aku bahkan belum terlalu berusaha.

"Ya aku akan berusah." Ucapku penuh semangat dan tersenyum kearahnya.

Senyumanku pudar tatkala aku sadar bahwa Zidan tengah menatapku dalam, sontak aku mengalihkan pandanganku berusaha menghindari tatapan mata nya.

Aku mengerjapkan mata ku,  perutku juga rasanya berputar seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalamnya.

Ada apa dengan tubuhku? 
"Astagfirullah, " kata ku spontan dan berdiri berusaha sadar dari apa yang aku pikirkan. Zidan buat orang dosa aja nih!

Ku lihat Zeon  yang dari tadi bermain-main di atas kasurku ternyata sudah terlelap di atasnya.

"Elo mau kemana? Ini belum dikerjain," tungkasnya melirik buku-buku yang berjejeran diatas meja itu.

"Aku haus mau minum, " entah kenapa aku mulai merasa gerah.

"Sekalian buatin gue es jeruk," perintahnya. Aku mengerutkan kening ku, padahal diluar hujan. Dia mau dibuatin es jeruk? Apa dia juga kegerahan?

"Kamu serius mau es jeruk?  padahal lagi hujan gitu," tunjukku kearah luar jendela.

"Emang nggak boleh? "

"Ya boleh si,  tapi kalo kamu filek gimana?"
Dia tersenyum dan menyipitkan matanya. 

"Kamu khawatir ya sama aku? "

"Kalau aku sakit entar kan ada kamu yang nyembuhin,  kamukan calonnya, " lanjutnya tidak jelas.

Bahasanya mulai berubah,  ni anak kayak bunglon sih?
Nggak boleh mikir yang lain-lain Fatimah, istigfar!

"Ih calon apaan coba? "

"Bukannya kamu pengen jadi dokter,  berarti calon dokter dong, "

Tuhkan dia ngeselin!  Tunggu dulu apa aku kecewa. Aduh Fatimah harus banyakin istighfar deh kayaknya.  Otak mu udah mulai bergeser, ASTAGFIRULLAH!!!

"Emang kamu pikir calon apa? " godanya lagi cengengesan.

Malunya aku!!!

Jangan lupa vote, komen ya biar aku semangat lanjut ceritanya☺

Diantara Dua Pilihan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang