Zaky dan Zidan kini tengah berhadapan. Mereka duduk, disebuah kafe tak jauh dari hotel di mana acara resepsi itu berlangsung. Setelah kejadian di tempat itu Fatimah memilih untuk pulang dan membiarkan kedua saudara itu untuk berbincang.
"Jadi kamu di sini cuma satu minggu?"
"Ya. Cuma urusan bisnis. Rencananya hari senin baru balik ke Singapur."
Tidak banyak yang Zidan katakan pada kakaknya selain menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Zaky.
"Hmm. Udah pulang ke rumah?"
"Belum."
"Trus sekarang kamu tinggal di mana?"
"Untuk sementara, tinggal di hotel,"
"Setidaknya kamu pulang dulu ke rumah. Mami sama Papi udah tahu kamu pulang?" Zidan menggangguk mengiyakan. Entah kenapa setelah tidak bertemu beberapa tahun membuat mereka canggung satu sama lain.
"Sudah ketemu sama Zeon?"
"Sudah." Sambil memainkan kunci mobilnya Zidan menjawab pertanyaan kakaknya itu.
Sebenarnya siapapun yang melihat mereka pasti mengira mereka sedang melakukan wawancara kerja. Bagaimana tidak, suasananya terlihat sangat kaku dan canggung.
Zaky akan terus bertanya jika pertanyaannya yang lain sudah terjawab. Namun dari banyaknya pertanyaan yang dia tanyakan tidak ada satupun yang meyinggung masalah dirinya yang bekerja satu rumah sakit dengan Fatimah atau pun masalah batalnya pernikahan mereka.
Suara ponel Zidan berhasil mencairkan suasana canggung yang tercipta.
"Halo. Ya Ben. Sebentar lagi gue ke sana. Ok. Wa'alaikumussalam."
"Siapa?" Tanya Zaky setelah adiknya mematikan ponselnya.
"Benni. Dia mau ketemu. Tadi di acara nikahan Adit nggak sempet ketemu. Jadi dia minta ketemu."
"Kamu mau balik ke acara itu?"
"Hmm."
Setelah beberapa menit mereka berpisah Zaky ternyata juga mendapat panggilan dari rumah sakit menyuruhnya untuk segera ke sana karena ada pasien kecelakaan yang harus segera ditangani.
@
Di dalam taxi Fatimah mencari ponsel miliknya. Dia ingat telah melupakan benda itu di ruangan tempat Tiwi di rias. Dia beristigfar meyesali dirinya yang begitu ceroboh."Pak bisa putar balik ketempat yang tadi?!" Pintanya pada supir taksi. Tidak sampai 5 menit dia sudah sampai di loby Hotel. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju lift dan berlari kecil saat melihat pintu lift akan segera tertutup.
"Fatimah?"
"Ya ampun aku kira bukan kamu. Saolnya nggak pake kacamata sih. Jadi beda banget. Makin cantik." Seorang perempuan dengan perawakan yang telihat berisi menyapa Fatimah saat gadis itu sudah masuk ke dalam lift.
"Restu. Masya Allah." Ucap Fatimah takjub melihat Restu yang kini sudah mengenakan hijab.
"Maaf ya aku nggak sempet hadir di acara pernikahanmu," ujarnya menyesal.
"No worries. I knew you were busy,"
"Sekarang udah jadi Dokter pasti lebih sibuk lagi kan? Jarang-jarangkan kita ketemu."
"Tapi sekarang kamu agak berisi ya?"
"Alhamdulillah. bentar lagi mau jadi Mahmud," Katanya ceria sambil mengelus perutnya.
"Udah berapa bulan?" Tanyanya antusias melirik perut Restu yang tampak masih rata.
"Baru dua bulan," bisiknya mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Dua Pilihan (END)
Spirituale(⚠)Follow dulu yuk sebelum membaca!!! Fatimah gadis remaja yang mulai memperbaiki dirinya setelah kejadian tragis yang merenggut nyawa Ayahnya. Kehidupannya mulai berubah saat Ina, sahabat dari kedua orang tuanya datang untuk mengajaknya tinggal ber...