10. Ayam atau Telur?

191 23 0
                                    

Fatimah melirik arloji yang terpasang dipergelangan tangannya,  sudah satu jam lebih dia menunggu Tiwi untuk memilih baju yang akan dibelinya.

Meskipun bosan, dia berusaha bersabar dengan gadis itu. Dia jadi berpikir kembali harusnya dia tidak usah ikut, saat gadis itu menawarkannya untuk pergi ke Mall.

"Wik,  kamu masih belum ketemu yang cocok?" Tiwi, gadis itu tampak menggeleng kesal, mengajak Fatimah ke toko lain. Fatimah, jengah kalau sudah seperti ini rasanya dia ingin sekali pergi dari tempat ini saking bosannya berkeliling.

"Wik, aku tunggu disini aja ya? Nanti kalau udah ketemu bajunya baru kasih tau aku," katanya duduk ditempat dikursi yang ada di tempat itu. Tiwi tampak mengangguk setuju.
Fatimah, menghela nafas lega, saat Tiwi meninggalkannya sendiri untuk mencari baju yang akan dibelinya. Yaitu tujuan utama gadis itu ke tempat ini.

Saat matanya melirik kesebelah timur, dia tampak mengerjapkan matanya, memastikan apa yang tengah dilihatnya.

"Bukanya itu Kak Yunda?" gumanya saat melihat seorang gadis yang dilihatnya beberapa hari lalu.

"Dia sama siapa ya?" lanjutnya penasaran, melihat gadis yang diketahui adalah tunangan Zaky itu dengan bermesraan bersama lelaki lain.

"Nggak boleh zu'uzon Fatimah, siapa tahu aja Kakaknya, " gumamnya lagi.

Antara penasaran dan ingin memastikan gadis itu semakin mendekat kearah Yunda.
"Yang, gimana kalau yang ini?"

Fatimah memutar tubuhnya saat mendengar Yunda memanggil lelaki itu dengan panggilan itu. Antara percaya dan tidak gadis itu dengan langkah lebar menjauh dari tempat itu.

Dia terus beristighfar dengan apa yang dilihatnya.

"Nggak mungkin." Gumamnya menggeleng.

"Gue cari, tahunya disini. Gue udah nemu nih." Kata Tiwi menunjukan paper bag yang berisi baju belanjaannya.

"Oh, kalau gitu pulang yuk!" Ajaknya tampak bingung,  Tiwi mengerutkan keningnya.

"Lo kenapa?  Kayak habis lihat hantu aja, " celetuk Tiwi asal. Fatimah menggeleng. Menggandeng lengan Tiwi menjauh dari tempat itu.

@
Sepanjang perjalanan bayanganya terus saja berkelana kekejadian di Mall tadi, kepalanya penuh dengan pertanyaan.

Siapa cowok tadi?
Apa Kak Zaky tahu?
Kenapa Kak Yunda bisa mesra sama cowok lain sementara dia sudah bertunangan dengan Kak Zaky?
Kenapa dia yang harus melihat adegan itu?

"Istighfar Fatimah!" serunya tanpa sadar.

"Lo kenapa?" tanya Tiwi diatas motor. Dia menggeleng berharap Tiwi dapat melihatnya.

"Nggak apa-apa," dustanya.
"Nggak usah ngelamun," lanjut Tiwi masih fokus mengdarai motornya.

Motor itu tepat berhenti didepan gerbang besar dikediaman Mario. Fatimah masih memikirkan kejadian tadi ketika tiba-tiba Tiwi meyadarkannya dengan menepuk pundak gadis itu.

"Elo mau terus disitu sampe kapan?" tanya Tiwi menuju kearah motornya. Fatimah sadar segera beristighfar.

"Oh udah sampe ya? " tanyanya linglung.

"Lo aneh banget sih, semenjak keluar tadi lo ngelamun mulu, ada apa sih?"

"Nggak ada apa-apa,"

"Serah lo dah, gue cabut dulu kalau gitu,"

"Kamu nggak mampir dulu?" tanyanya melepas helmnya.

"Nggak deh, nyokap udah nelponin dari tadi. Salamin aja sama Zidan. " ujarnya sebelum melesat pergi dengan motor metiknya itu.

Diantara Dua Pilihan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang