"Heh! Kampret! Balikin nggak!" teriak seorang gadis bernama Ayran pada adik laki-lakinya yang sedang membawa sebatang cokelat hasil curian dari kamarnya. Tangan Ayran menunjuk kesal pada Raxel layaknya ibu Malin Kundang yang hendak mengutuk.Bukannya menyerahkan cokelat hasil curiannya, Raxel justru menjulurkan lidah dengan tangan yang mulai bergerak membuka bungkusan cokelat untuk menggodanya. Jarak antara dirinya dan kakaknya untung saja cukup jauh, jadi jika Ayran hendak mendekat ia bisa menyusun strategi singkat kemudian berlari.
Bungkus cokelat yang dipegangnya itu sudah setengah terbuka. Menampilkan batangan cokelat dengan kacang mete yang menyembul malu-malu yang tampaknya tidak sabar untuk masuk ke dalam mulut Raxel.
"Sini ... sini .... kalau nggak gue makan loh...." goda Raxel sengaja membuat Ayran semakin mendidih.
Godaan Raxel terbukti berhasil karena Ayran langsung dibuat murka saat melihat sebatang cokelat yang baru dibelinya sepulang sekolah tadi akan masuk ke dalam mulut adiknya. Ayran kontan dibuat menjerit histeris layaknya orang baru kecopetan dan berlari ke Raxel. Langkahnya begitu cepat hingga untuk sesaat Raxel berpikir kalau kakaknya bakal menang melawan Lalu Muhammad Zohri dalam kompetisi lari.
"AAA!!!!"
Ayran hampir meraih kerah baju adiknya namun sayangnya serupa dengan kelicikan belut, adiknya dengan cekatan berlari menjauhinya. Kepalanya beberapa kali tersentak ke arahnya untuk kemudian memberikan juluran lidah untuk mengejeknya. Jika sudah seperti ini kadang Ayran tidak percaya jika Raxel sekarang sudah duduk di bangku SMA sedangkan kelakuannya justru lebih mirip anak SD yang bertemu dengan mas-mas penjual mainan. Meskipun begitu Ayran tidak mau kalah dari adiknya dan semakin mempercepat langkahnya untuk mengejar Raxel hingga sesaat gadis itu benar-benar merasa ruang tamu rumah mereka adalah sebuah arena lomba lari.
Apa yang mereka lakukan terlihat begitu dramatis karena diwarnai dengan suara jeritan Ayran dan ejekan Raxel. Adegan itu kemungkinan akan terus berlanjut bahkan hingga orang tua mereka pulang dari kantor atau bahkan hingga salah satu tetangga mereka bertandang ke rumah mereka untuk menegur, tapi pada akhirnya gadis itu berhasil meraih seragam penuh keringat adiknya. Tangan Ayran terjulur ke depan dengan tubuh yang hampir limbung karena, namun semua itu sebanding dengan telapak tangannya yang meraih kemeja bagian punggung Raxel. Dengan cepat tangan gadis itu beralih ke atas kepala Raxel dan—
"AAA!!"
Kini gantian Raxel yang dibuat menjerit heboh. Ayran menjambak rambutnya dan dengan itu indra perabanya langsung mengirimkan sinyal kesakitan ke otaknya hingga menimbulkan rasa nyut-nyutan yang berlebihan. Raxel dengan begitu saja melepas cokelat yang ia pegang dan meraih tangan kakaknya dan berusaha menariknya dari rambutnya. Raxel kira tangannya bisa dengan mudah melepas tangan mungil kakaknya dari rambut sehat layaknya bintang iklan shampoo miliknya, namun ternyata cengkraman Ayran terlampau kuat dari yang diduganya. Raxel hampir menyerah untuk melepaskan cengkraman kakaknya hingga kemudian secara mengenaskan tubuhnya limbung ke lantai diikuti Ayran yang ikut berjongkok dengan tangan yang tentu saja masih senantiasa menjambak rambut badainya.
"Lepas!!!"
Raxel masih berusaha menarik tangan kakaknya. Di dalam hati diam-diam ia berdoa agar setelah lepas dari jeratan Ayran rambutnya tidak botak sebelah. Dengan tenaga ekstra Raxel akhirnya bisa melepaskan tangan Ayran dan mengumpulkannya dalam genggaman tangannya. Tentu saja seperti yang bisa diduga hal itu membuat kakaknya berang dan menatapnya seakan dia adalah seorang pembunuh kelas kakap.
"Lepas!! Gue belum puas jambakin lo!!" teriak Ayran yang menggerak-gerakkan tangannya dengan brutal berusaha terlepas dari genggaman tangan adiknya.
"Nggak!! Nanti kalau rambut gue botak gara-gara lo jambakin, lo mau tanggung jawab!!"
Ayran tidak membalas ucapan penuh amarah Raxel dan justru tersenyum. Senyum misterius nan mistis yang berpotensi membuat kakaknya yang garangnya minta ampun jadi the next Mak Lampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU
Teen FictionCOMPLETED [Fantasy-Teen Fiction-Romance] Apa yang lebih sulit dari merasa bersalah akan suatu hal? Menjadi pelaku utama kesalahan itu? Ayran rasa tidak. Yang lebih berat adalah terjebak di antara benar dan salah, hitam dan putih. Semuanya terasa bu...