Raxel menuruti kakaknya untuk naik metromini yang penuh dengan penumpang. Meskipun begitu laki-laki itu masih mendapatkan tempat duduk hingga bisa memejamkan mata sejenak. Tadinya perjalanan pulangnya dengan metromini terasa membosankan hingga....
Matanya bersitatap dengan postur tubuh yang sangat familiar. Itu Syakila yang sedang duduk tidak jauh darinya. Gadis itu sedang sibuk menunduk dan memainkan ponselnya. Melihat wajah itu rasa bosan yang sempat menghampiri dirinya kini hilang tak bersisa. Diam-diam Raxel mengeluarkan ponselnya dan bersiap mengambil gambar perempuan itu.
Siapa tahu bukan foto itu bisa Raxel lihat sebelum tidur dan akhirnya Syakila bisa masuk ke mimpinya. Raxel tahu apa yang dilakukannya ini bukanlah termasuk hal yang sopan, tapi cintanya sudah terlalu dalam pada gadis itu hingga membuatnya nekat mengambil fotonya tanpa izin. Walaupun begitu sebenarnya ini bukanlah yang pertama Raxel melakukan ini.
Laki-laki bermata bulat itu berhasil mengambil beberapa jepretan dari Syakila lalu segera memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. Kalau seperti ini keadaannya rasanya Raxel rela menghabiskan waktu lebih lama di dalam kendaraan pengap ini, asal di dalamnya ada sosok cantik Syakila. Sayangnya itu tidak bisa Raxel realisasikan karena metromini itu sudah berhenti tidak jauh dari rumahnya. Mau tidak mau Raxel harus turun dari kendaraan itu.
Kaki panjang Raxel mulai menyusuri trotoar dengan senyum yang masih bersisa di wajahnya. Memang tadi Syakila tidak menatapnya sama sekali, tapi itu tadi cukup untuk menghangatkan hatinya yang tadi sempat kesal. Kesal karena ditelantarkan Ayran begitu saja dan disuruh naik metromini. Mana tadi orang yang duduk di sebelahnya adalah bapak-bapak yang bau keringat, sampai Raxel sempat curiga kalau bapak itu baru saja lari keliling monas seratus kali.
Saat berjalan melintasi trotoar Raxel sempat melewati warung kopi. Di depan bagian toko terpampang aneka serbuk minuman berbagai rasa dan kopi. Laki-laki itu masih ingat dengan jelas kalau Ayran berpesan untuk memberikan uang kembali dari uang yang diberikannya, tapi Raxel juga ingat kalau setelah makan bakso tadi tenggorokannya belum sempat dialiri air. Singkat kata dia haus, pakai banget.
Kaki Raxel bersiap berbelok ke arah warung itu untuk membeli es, tapi entah dari mana bayangan Ayran yang melotot padanya membuat kakinya tertahan. Raxel jelas sedang bimbang luar biasa.
Jadi....
Nggak jadi....
Jadi deh!
Akhirnya dengan langkah ringan Raxel berbelok ke warung itu dan mulai membeli es. Nanti ia akan meminumnya di jalan dan segera menghabiskannya, karena jika sampai bunda tahu Raxel minun es kantong seperti ini bisa-bisa bunda akan ceramah panjang lebar. Sebenarnya dirinya tahu kalau minuman seperti itu tidak baik untuk kesehatan, tapi ... sekali-kali bolehlah.
Raxel akhirnya sampai di rumah dengan selamat dan tubuh yang utuh. Mobil ayah sudah terparkir di halaman, jadi sudah dipastikan orang tuanya sudah sampai di rumah. Berbeda dengan itu, motor merah muda kakaknya justru belum tampak di halaman. Sepertinya Ayran memang punya urusan yang penting hingga belum sampai di hari yang sudah sangat sore.
Tadinya laki-laki itu akan masuk ke dalam rumah, tapi tiba-tiba Shiro lewat di benaknya. Langkahnya kemudian berbelok ke halaman belakang dan menuju ke kandang kelinci putih itu. Saat sampai di sana hewan imut itu sedang asyik memakan selada yang ada di dalam kandangnya. Raxel tersenyum menatap sahabat baiknya itu dan bergegas mengeluarkannya dari kandang.
Tangan Raxel dengan hati-hati memposisikan Shiro ke dalam pangkuannya setelah duduk di rerumputan. Hewan itu tampak tenang di pangkuannya, bahkan kelinci itu terus menatapnya seakan tahu jika Raxel adalah tuannya.
"Shiro, tadi gue pulang sekolah naik metromini." Raxel mulai mengoceh sendiri.
"Tadinya gue kesel banget sama kak Ay, tapi keselnya langsung ilang waktu lihat Syakila." Laki-laki itu berujar ceria dengan merendahkan suaranya saat kata Syakila sampai di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU
Teen FictionCOMPLETED [Fantasy-Teen Fiction-Romance] Apa yang lebih sulit dari merasa bersalah akan suatu hal? Menjadi pelaku utama kesalahan itu? Ayran rasa tidak. Yang lebih berat adalah terjebak di antara benar dan salah, hitam dan putih. Semuanya terasa bu...