Ayran sudah mengenakan seragam sekolahnya sejak pagi buta tadi dan tiga puluh menit sudah ia habiskan untuk duduk manis di atas motor matic berwarna pink kesayangannya. Alasannya? Tentu saja untuk menunggu adiknya yang tidak tahu diri itu. Entah apa yang dilakukan Raxel sedari tadi. Apa mungkin seluruh lelaki di muka bumi ini kerjaannya ngaret? Eh, nggak deng, sejauh ini laki-laki yang tidak pernah Ayran ketahui ngaret hanya ayah, itupun beliau harus diberi gamparan halus dari bunda.
Intinya cewek selalu lebih tepat waktu dari cowok. Titik!
"Raxel!! Cepetan!!" Ayran berteriak sekencang mungkin hingga membuat beberapa orang yang kebetulan melintas menoleh. Bodoh amat lah, ya.
"Bentar! Gue masih pakai sepatu!"
Suara Raxel terdengar dari dalam rumah dan kontan membuat Ayran berdecak. Selalu saja adiknya itu punya cara untuk membuatnya kesal di pagi hari. Kalau begini seharusnya Ayran menentang keras keputusan ayah dan bunda untuk menyekolahkan Raxel di tempat yang sama dengannya. Lihat sekarang hasilnya, tiap pagi Ayran harus membonceng adiknya yang jangkung itu dengan motor pink-nya.
"Ayo berangkat!"
Tidak lama kemudian Raxel yang kehadirannya sudah sangat ia tunggu muncul dari balik pintu utama dan buru-buru mendekatinya dengan memakai helmnya. Seperti biasa adiknya itu datang padanya dengan cengiran tidak berdosanya. Kalau saja Ayran tidak ingat jika Raxel itu adiknya mana sudi setiap pagi ia melakukan ini.
Karena sesungguhnya saudara itu tetap saudara walau bagaimanapun kurang ajarnya.
"Ngapain sih lo! Lama amat!"
Raxel bergerak menaiki motor dan berpegangan pada besi bagian belakang.
"Habis ngasih makan Shiro."
Ayran berdecak lagi, namun memutuskan tidak bicara lebih lanjut dan segera menyalakan motornya kemudian meninggalkan pekarangan rumah. Shiro sendiri adalah kelinci peliharaan milik Raxel yang merupakan hadiah ulang tahun pemberian darinya tahun lalu. Sebenarnya Ayran sama sekali tidak berniat memberikan kelinci putih itu padanya, namun saat keluar bersama beberapa teman dan tidak sengaja melihat kelinci itu dari balik kaca ia langsung tertarik. Wajah Shiro mengingatkannya pada Raxel yang hobi makan wortel.
Sebenarnya memang agak aneh, tapi kelinci memang selalu dikaitkan dengan wortel dan Raxel suka sayuran berwarna jingga itu. Tanpa berpikir dua kali Ayran langsung membeli kelinci berwarna putih itu dengan harapan adiknya akan mempunyai teman untuk berbagi wortel. Meskipun sebenarnya hewan itu tidak hanya makan wortel, Shiro juga bisa makan kangkung dan yang lainnya.
"Mau jalan bareng atau gue duluan?" tanya Raxel beberapa saat setelah motor milik Ayran berhenti di area parkir. Adiknya itu segera turun dan melepas helmnya.
"Jalan duluan sana, malu gue punya adik kayak lo."
Raxel mengedikkan bahu, tampak tidak peduli mendengar jawaban kakaknya. Lagi pula ia tahu ucapan itu tidak serius.
"Kalau gitu gue ke kelas dulu Kak Ay."
Ayran mengangguk sekenanya sembari melepas helm di kepalanya. Gadis itu hendak langsung berjalan ke kelas, tapi matanya secara tidak sengaja memandang ke arah gerbang dan mendapati makhluk ciptaan Tuhan yang rupawan hingga Ayran urung melangkah. Perempuan itu berhenti tepat di samping motornya dengan mata yang terus memandang laki-laki pujaan hatinya. Laki-laki itu adalah teman sekelasnya sendiri yang bernama Ahva.
Ahva adalah sebuah gambaran yang sangat sempurna sebagai lelaki sejati bagi Ayran. Dia tampan, otaknya juga encer, baik hati, ditambah lagi huruf depan namanya A, sama seperti dirinya. Bukankah itu menandakan jika Ahva bisa saja menjadi jodoh Ayran?
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU
Teen FictionCOMPLETED [Fantasy-Teen Fiction-Romance] Apa yang lebih sulit dari merasa bersalah akan suatu hal? Menjadi pelaku utama kesalahan itu? Ayran rasa tidak. Yang lebih berat adalah terjebak di antara benar dan salah, hitam dan putih. Semuanya terasa bu...