Hari minggu ini tuh ya, entah kenapa gue beruntung sekaligus sial banget. Beruntungnya tadi itu gue disuruh bunda Ratu buat beliin seblak. Gue tadi sempat males sih, tapi pas nyampai di tempatnya pak Budi ... alamak, gue dapat durian runtuh. Masa pas di sana gue ketemu sana jodoh gue yang lagi makan seblak sama ayah mertua gue. Haduh ... kalau kayak gitu gue jadi dag dig dug ser gitu, bawaannya pingin gabung gitu. Biar kayak cowok yang lagi ngenalin pacarnya ke orang tuanya.Eak!
Tapi, sialnya hari ini gue harus nganterin Raxel ke Elara. Heran sama itu anak, mainnya kok ke hutan. Nggak sekalian ke rawa-rawa aja sama Mimi peri dan Hayati? Biar kompakan gitu. Mana tadi itu anak sempat minta mampir beli cilok. Hadeh ... untung gue kakak paling sabar di dunia, jadinya gue tungguin itu anak.
"Lah! Kenapa gue nulis tentang Raxel di buku ini?"
Ayran meletakkan bolpoinnya di meja lalu menatap buku yang ada di hadapannya. Saking menggebunya dalam menulis ia sampai lupa jika ini adalah buku khusus untuk Ahva, dan seharusnya di dalamnya tidak ada nama selain namanya dan Ahva.
Gadis itu berdecak. "Apa gue robek aja, ya?"
Ayran mulai menimbang-nimbang. Walau begitu sebagian besar dirinya menolak untuk menyobeknya. Sayang 'kan tulisannya tadi, dan lagi di situ ada sedikit goresan tentang calon mertuanya. Yah ... walaupun Ayran tadi tidak melihat jelas bagaimana wajah mertuanya di masa depan.
"Ay!"
Itu suara ayah yang terdengar samar karena saat ini beliau sedang ada di halaman belakang bersama bunda. Sedang makan seblak berdua ceritanya. Ayran menghela napas samar dengan kedua bahunya yang turun. Gadis itu sedang mempersiapkan mental jika saja ayah akan menyuruhnya sesuatu.
"Gue tadi 'kan lagi ngomongin ayah mertua, eh ... malah ayah yang manggil," gerutu Ayran dengan wajah cemberutnya.
"Ayran!" Ayah memanggil lagi.
"Ada apa, Yah?!" Gadis itu membalas dengan suara yang keras agar ayah mendengar.
"Jangan di kamar mulu!"
Lagi-lagi Ayran menghela napas lagi. Dirinya memang punya kebiasaan mengurung diri di kamar di hari minggu, tapi itu bukan berarti ia tertidur seharian. Kadang Ayran akan bermain dengan Shiro di kamar atau memainkan gitar sambil bernyanyi. Ia melakukan banyak kegiatan yang sayangnya tidak membuat orang tuanya berhenti menyuruhnya keluar dari kamar.
"Iya! Aku keluar kamar."
Karena tidak ada pilihan lain Ayran akhirnya berdiri dari kursi dan berjalan keluar kamar, memutuskan untuk menonton tv di ruang tengah sambil memakan buah-buahan. Maka dari itu sebelum langkahnya sampai di ruang tengah Ayran lebih dulu mampir ke dapur dan mengecek kulkas. Kedua tangannya mengambil dua apel, dua jeruk, dua buah pir, dan dua pisang hingga tangannya terasa penuh lalu lanjut ke ruang tengah.
Setelah meletakkan buah-buahan yang membuat tangannya penuh di meja, Ayran segera menyalakan tv kemudian mulai memilah apa yang akan ditontonnya. Pada akhirnya pilihan gadis itu jatuh pada acara berita yang biasanya tayang di siang hari, karena walau tidak sering menonton televisi Ayran cukup hafal kalau di jam seperti ini hanya akan ada acara berita, FTV penuh drama dan acara komedi yang sebenarnya dia sendiri di mana letak komedinya.
Sambil menonton berita dengan syahdu, gadis itu mulai melepas kulit pisang dan mulai memakan dagingnya. Berita yang disajikan adalah berita yang cukup sering diberitakan, yakni kawanan geng motor yang ugal-ugalan dan menjarah toko di pinggir jalan. Benar-benar kelakuan yang biadab, dan lagi apa anak geng motor itu tidak berpikir kalau penjualnya bisa rugi? Kalau saja pemilik toko itu adalah Ayran maka bisa dipastikan anak itu tidak akan selamat karena dirinya akan membuat kawanan anak kurang kerjaan itu merasa menyesal karena telah dilahirkan di bumi!!
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU
Teen FictionCOMPLETED [Fantasy-Teen Fiction-Romance] Apa yang lebih sulit dari merasa bersalah akan suatu hal? Menjadi pelaku utama kesalahan itu? Ayran rasa tidak. Yang lebih berat adalah terjebak di antara benar dan salah, hitam dan putih. Semuanya terasa bu...