Episode 27

142 17 13
                                    


"Gue sejak awal tahu kalau lo suka sama Syakila."

Raxel lagi-lagi dibikin melengos dengan ucapan Ardo. Tidak bisakah laki-laki itu diam saja dan memakan apel yang baru saja dipetiknya dengan susah payah? Ini masih pagi dan lagi-lagi ia harus mendengar celotehan Ardo yang berpotensi membuat kupingnya memanas. Jika bisa Raxel ingin menjauh dari laki-laki itu dengan jarak sejauh mungkin yang bisa dijangkaunya di ruangan ini, sayangnya ketika sudah menjauh Ardo malah berjalan dengan kepayahan ke arahnya.

Menyebalkan!

"Gue nggak mau ngomong sama lo. Mending lo diem dan makan tuh apel."

Raxel masih dalam keketusannya. Menjaga ekspresinya agar sedingin mungkin walau hatinya sedang kesal dan mendorongnya untuk menggembungkan pipinya. Kalau memang Ardo tahu jika ia menyukai Syakila seharusnya dia mengambil sikap yang benar. Berusaha sebisa mungkin menjauhi Raxel atau jika perlu Ardo menyatakan perasaannya pada Syakila di depan matanya langsung. Bukannya malah menjadi teman yang ternyata sok akrab saja.

"Gue tahu lo kesal karena gue jadian sama Syakila. Bagaimanapun juga memang lo yang suka lebih dulu sama dia."

Kuping Raxel jelas semakin panas, tapi ia tidak sedang dalam keadaan ingin membalas ucapan Ardo. Seumur hidup lawan adu bacotnya adalah kak Ayran dan akan selamanya seperti itu. Membalas ucapan Ardo berarti sama saja menduakan kakaknya. Karenanya dengan mulut yang masih membisu Raxel bangkit dari duduknya dan berpindah hingga posisinya dan Ardo jadi sangat jauh.

Semoga saja kali ini Ardo tidak mengikutinya lagi.

"Tapi sejak tahu kalau Syakila suka sama gue, perlahan gue mulai mencintai dia. Yah ... memang siapa yang bisa nggak mencintai Syakila. Dia cantik dan juga gadis yang menyenangkan. Iya, kan?" Ardo memandang Raxel dengan tatapan yang seakan meminta persetujuan. Bukannya mendapat jawaban Ia justru mendapat lengosan dari temannya itu.

"Raxel, gue benar, kan?"

Raxel menoleh dengan lidah yang berdecak kesal. Matanya yang menatap Ardo dari kegelapan yang ada dan menatap temannya itu dengan sorot kesal. "Iya, benar. Apa yang lo katakan memang benar, tapi lo nggak perlu khawatir gue bakalan gangguin hubungan kalian. Gue akan ngelupain Syakila selamanya."

Ardo cepat-cepat menggeleng mendengar respon
Raxel. Bukan itu jawaban yang ingin ia dengar dari mulut temannya. Raxel sendiri jelas dibuat kebingungan dengan gerakan tubuh Ardo. Meskipun keadaan sekitar gelap, tapi sedikit cahaya yang masuk masih dapat membantunya melihat gerakan kepala laki-laki itu. Apa Ardo bermaksud menantangnya untuk merebut Syakila darinya? Jika iya, maka Raxel tidak tertarik sama sekali melakukannya.

"Gue nggak ingin lo melupakan dan melunturkan cinta lo buat Syakila. Gue ingin lo tetap menjaga cinta di dada lo buat dia. Karena gue tahu cinta lo lebih tulus dari yang gue punya."

Raxel mendengus dengan kepala yang menyentak kasar, jelas kesal dengan apa yang diucapkan Ardo. Apa laki-laki itu berniat membuatnya menjadi jomblo ngenes yang setia mencintai pacar orang lain padahal tidak ada harapan? Atau jangan Ardo ingin menyiksanya secara perlahan dengan menunjukkan kebahagiaannya dengan Syakila? Kalu memang begitu adanya, Raxel benar-benar menyesal pernah menyebut Ardo sebagai temannya.

"Lo tahu, gue punya cukup kewarasan yang mencegah gue untuk nggak mencintai pacar orang lain. Jadi maaf, permintaan lo nggak mungkin terkabul. Sampai kapanpun."

"Entah kenapa gue punya firasat lo bakalan bersatu sama Syakila. Maka dari itu gue minta kayak begitu."

Raxel menoleh lagi dengan perasaan dongkol. "Itu cuma firasat lo. Udah lo jangan banyak bacot. Kuping gue eneg denger suara lo."

KELABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang