Episode 15

142 21 4
                                    

Ayran tidak mengerti apakah dirinya memang sesalah itu saat mengatakan 'kretek-kretek' waktu Raxel curhat hingga sudah dua hari ini anak itu mogok bicara padanya. Dia sudah meminta maaf pada Raxel dan hanya dijawab dengan gumaman samar yang berpotensi membuat Ayran naik darah. Untungnya saat minta maafnya tidak diterima dengan baik oleh Raxel, dia dengan sigap langsung keluar dari kamar adiknya hingga emosinya tidak meledak di sana.

"Lo kenapa dah ngelamun mulu dari tadi."

Ayran mendongak ke atas dan menatap Elma yang ada di hadapannya. Gadis itu kini sedang mengunyah gorengan di mulutnya yang penuh. Ia menghembuskan napas dan langsung mendapat respon dari Elma berupa kerutan di dahinya.

"Lo putus cinta-eh! Gue lupa lo 'kan jomblo. Maksud gue lo kenapa sih galau dari tadi pagi?"

"Raxel ngambek sama gue."

"Lah! Terus kenapa? Bukannya udah biasa, ya?" Elma berhenti sejenak untuk meminum jus tomat yang ada di sebelah sikunya. "Beliin aja dia sekilo wortel. Dijamin langsung ilang ngambeknya. Lagian banyak tingkah adik lo, pakai gegayaan ngambek sama lo."

Ayran mengangguk menyetujui apa yang Elma katakan. Walau begitu Raxel yang sedang ngambek cukup mengganggu pikirannya. Gadis itu sebenarnya sudah mencoba mengabaikan Raxel, tapi anak itu adalah adiknya dan bagaimanapun Ayran tidak akan bisa mengabaikan adiknya.

"Kalau beli wortel sekilo tekor di guenya, dong. Lagian keburu busuk di kulkas juga kalau sekilo."

"Bener juga, gimana-itu adek lo-Raxel! Raxel! Sini!"

Kepala Ayran ikut tertoleh saat Elma dengan suara tingginya melambai ke sebuah arah. Ternyata itu adalah Raxel yang baru saja masuk kantin. Adiknya itu sempat terdiam sebentar kemudian memutuskan untuk berjalan mendekati meja mereka berdua. Tanpa disangka Raxel juga duduk di sebelah Ayran hingga sesaat membuat gadis itu terkaget.

"Lo ngambek sama kakak lo, ya? Nggak baik, tauk! Lo harus terima maafnya Ayran." Elma tanpa aba-aba langsung memulai dengan kata-kata yang membuatnya terdengar seperti seorang ibu yang melerai dua anaknya yang bertengkar.

Raxel yang sempat menatap Elma sejenak kemudian beralih menatap Ayran dengan bibir mengerucut. Ayran perhatikan wajahnya masih sama masamnya dengan dua hari yang lalu. Apa kata-katanya terlalu menyakiti Raxel, ya? Atau mungkin ... orang patah hati itu cenderung sensitif?

"Raxel maafin gue, ya?"

Dengan cepat Raxel menggelengkan kepalanya. Matanya menatap Ayran dengan tatapan bersalah kemudian menunduk. Ayran mengernyit, semakin tidak mengerti bagaimana jalan pikiran adiknya.

"Sorry, Kak. Gue emang terlalu sensitif sejak lo ngomong kretek-kretek. Tadinya gue menyangkal kalau hati gue nggak kretek-kretek, tapi ternyata emang benar," ujar Raxel dengan nada yang menunjukkan rasa bersalahnya.

"Emang bener apa? Kok gue nggak ngerti, ya?" Elma sebagai pihak yang terlupakan tiba-tiba berbicara. Membuat baik Raxel maupun Ayran menyadari eksistensi gadis itu.

"Hati gue kretek-kretek."

"Lo patah hati?"

Dengan wajah sok menderita yang sengaja dibuat Raxel mengangguk. Elma yang menangkap pemandangan itu hanya mampu menepuk-nepuk bahu Raxel dengan bersusah payah karena terhalang oleh jarak.

"Sabar, ya."

Raxel mengangguk lagi dan kini membuat Ayran langsung gemas. Perempuan itu bergerak menggeser mangkuk mie ayamnya ke depan Raxel dan langsung menarik perhatiannya. Memang untuk urusan makan gratis adiknya itu yang nomer wahid.

"Gue lagi nggak selera makan. Habisin!"

Tanpa banyak bertanya Raxel langsung meraih menarik mangkuk itu dan meraih sendoknya. Dengan wajah yang mulai sedikit tersenyum adiknya itu mulai memakan mie ayam yang hanya ia sentuh sedikit.

KELABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang