"Jadi ... apa yang ingin kalian tanyakan padaku?" tanya Urdha setelah mereka semua terduduk di sebuah kursi yang terbuat dari sebuah batu yang berbentuk persegi. Melihatnya membuat Ahva sesaat serasa berada di rumah manusia pada zaman batu.Dirinya sebenarnya agak tidak yakin dengan apa yang ia dan Ayran lakukan. Ini adalah tempat asing baginya, dan mereka tidak tahu mana orang-atau apapun mereka-yang baik atau tidak. Bisa saja mereka terlihat baik di luar, tapi di dalam mencoba memanfaatkan kelemahan mereka. Atau ... itu hanya terjadi di dimensinya? Entahlah, walau begitu tidak ada pilihan lain selain apa yang mereka berdua lakukan sekarang. Jika memaksa langsung mencari jalan pulang itu akan terasa sangat bodoh karena mereka sudah mendapatkan petunjuk tentang adik mereka, walau sedikit.
"Soal sesuatu tak kasat mata yang membawa kita sampai di tempat asing ini. Bisakah kamu memberitahu kami itu apa? Bein dan Rilla bilang kau tahu banyak tentang ini." Ayran mengawali dengan suara yang terdengar hati-hati. Gadis itu tampaknya paham betul jika ini adalah topik yang agak sulit.
Seperti yang Ahva kira sebelumnya. Ini adalah sesuatu yang agak sulit karena Urdha tampak sedikit enggan untuk menjawab. Pria itu sejenak menatap Derry sebentar kemudian menatap ke sekeliling rumah yang sebagian besar temboknya dipenuhi dengan rak-rak yang tertempel di dinding berisi toples-toples kaca dengan isinya bermacam-macam. Dari pada di sebut rumah, tempat ini lebih pantas di sebut sebagai ruko. Isi toples itu juga bermacam-macam, namun kebanyakan adalah benda-benda atau tumbuhan yang direndam dalam air hingga membuat air di dalamnya menjadi berbagai warna sesuai apa yang ada di dalam toples
"Kamu ... tidak bisa memberi tahu kami?" sahut Ahva dengan sebelah alis yang terangkat. Ini sudah lebih dari semenit dan Urdha belum menjawab apapun.
Urdha menghembuskan napasnya, tampak pasrah. "Baiklah aku akan memberitahu kalian. Sebenarnya ini adalah kisah yang panjang, tapi aku akan mempersingkatnya untuk kalian."
Sejenak Urdha menatap dua manusia di hadapannya lalu menghembuskan napas. "Dulu di dimensi sihir ini ada seorang penyihir yang bernama Nilam. Singkat cerita karena sebuah peristiwa yang sangat besar dia telah dikutuk. Kutukan itu membuat wujudnya berubah menjadi menyeramkan, dan karena hal yang sama pula ia hanya bisa bertahan hidup menggunakan ... energi kehidupan manusia." Urdha berhenti sejenak dan menatap mereka. Seperti sedang memeriksa reaksi mereka.
"Energi kehidupan manusia?"
Kepala Urdha menoleh ke arah Ahva dan mengangguk pasti. "Iya, tapi energi yang aku maksud bukan manusia sembarangan. Dia hanya menghisap energi kehidupan laki-laki muda. Dari desas-desus yang beredar biasanya Nilam akan menarik laki-laki manusia dari dimensi kalian dikisaran umur lima belas sampai dua puluhan."
Suasana kemudian hening, Ayran dan Ahva tampak sibuk mencerna apa yang baru saja Urdha katakan, sedangkan Derry sibuk memakan kue yang ada di atas meja-yang lagi-lagi kebanyakan berbahan dasar jahe dan cabai. Tampaknya kurcaci itu terlalu menikmati apa yang sedang ia makan hingga sama sekali tidak terbawa ke dalam keheningan yang menyergap mereka. Tidak masalah, lagi pula kurcaci itu sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik.
"Nilam itu laki-laki atau perempuan?"
Akhirnya kesunyian di ruangan itu terpecah dan itu karena suara Ayran. Dari wajah gadis yang duduk di sampingnya itu, tampaknya ia justru fokus pada hal yang salah. Sebenarnya sih agak mengesalkan, tapi tidak apa karena wajah Ayran yang bingung justru terlihat cantik dan menggemaskan di matanya.
"Laki-laki. Memangnya kenapa?" Derry yang sejak tadi sibuk mengunyah menyahut.
Ayran tersenyum canggung. "Namanya kayak nama ce-perempuan maksudnya."
"Begitu, ya? Tapi di sini nama itu lebih populer digunakan oleh kaum pria," lanjut Derry sembari menjelaskan.
"Aku tidak tahu apa perkiraanku ini benar atau tidak, tapi semua tahu jika ada manusia, terutama laki-laki tiba-tiba terseret ke sini bisa dipastikan itu karena sihir Nilam yang membawanya. Aku tidak tahu adik kalian laki-laki atau bu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU
Teen FictionCOMPLETED [Fantasy-Teen Fiction-Romance] Apa yang lebih sulit dari merasa bersalah akan suatu hal? Menjadi pelaku utama kesalahan itu? Ayran rasa tidak. Yang lebih berat adalah terjebak di antara benar dan salah, hitam dan putih. Semuanya terasa bu...