"Mbak Syakila, ya?"
Suara itu muncul dari balik tubuh dua gadis yang sedang berjalan bersisian menuju ke kelas. Spontan mereka menoleh dalam waktu yang hampir bersamaan. Di sana mereka mendapati pak Wardi, salah satu tukang kebun sekolah yang sering bercengkrama dengan murid laki-laki.
"Ya, saya Syakila. Ada apa, Pak?" Gadis berambut panjang membalas dengan sopan.
"Ini, Mbak. Ada titipan."
Pria paruh baya itu tidak lama menjulurkan sebuah kertas putih yang diikat dengan simpul pita berwarna merah muda yang cantik padanya. Syakila menatap benda itu sejenak sempat ragu untuk menerima benda itu, namun karena dorongan Rida di lengannya ia terpaksa mengambilnya. Lagi pula itu sama sekali tidak tampak seperti benda yang berbahaya.
"Ini ... apa ya, Pak?"
Pak Wardi menatap ke sekitar sesaat, membuatnya kentara sekali sedang bingung. "Aduh, Mbak saya nggak tahu. Saya cuma disuruh ngasih ke mbak."
"Siapa yang nyuruh?"
"Saya nggak boleh ngasih tahu, Mbak. Misi, ya...."
Tanpa menunggu persetujuan dari Syakila dan Rida, pria itu segera menyingkir begitu saja. Dua gadis itu sempat ingin mencegah, namun ternyata pria paruh baya itu mempunyai kemampuan lebih untuk berlari dengan cepat.
"Buka! Buka! Gue penasaran."
Syakila tidak menuruti ucapan Rida. Gadis itu dengan gerakan cepat langsung menyembunyikan gulungan kertas itu di belakang tubuhnya sambil manyun. Melihat itu kontan mata Rida melotot tidak terima, ia sudah terlanjur penasaran dan rasa itu hanya bisa disembuhkan dengan melihat apa isi kertas itu. Walau sebenarnya sih isi kertas itu kemungkinan hanya berisi sebuah tulisan atau gambar, tapi tetap saja ia penasaran.
"Gue pengen lihat, please...." Rida memohon berusaha membuat Syakila luluh dengan ekspresi yang dibuat sedemikian rupa.
"Gue mau ke kamar mandi lagi."
Bukannya menjawab Syakila justru membalikkan badannya dan kembali berjalan ke arah toilet kembali. Tadinya mereka berdua sudah pergi ke toilet dan akan kembali ke kelas.
"Kila! Gue mau lihat juga!" Rida berteriak membuat beberapa murid lain menoleh padanya dengan penasaran dan sebagian merasa terganggu. Masa bodoh dengan itu, Rida akan menyusul Syakila secepat mungkin dan menjawab rasa penasarannya.
Saking takutnya jika Rida mengikuti, Syakila bahkan rela beberapa kali hampir tersandung kakinya sendiri. Untungnya tidak berapa lama kemudian matanya bertemu dengan area toilet dan segera masuk ke dalam biliknya. Karena sudah penasaran tangan Syakila dengan cepat namun hati-hati membuka simpul pita itu dan mulai melebarkan kertas itu.
"Bagus banget...."
Mata Syakila seketika berbinar dan bibirnya berdecak kagum kala matanya menemui dirinya dalam sebuah gambar yang sangat cantik. Tangan gadis itu menyentuh permukaan gambar, mengagumi dirinya yang lain dalam bentuk yang berbeda. Senyum jelas sudah tidak bisa lagi dikendalikan dan matanya masih saja betah menatap gambar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU
Teen FictionCOMPLETED [Fantasy-Teen Fiction-Romance] Apa yang lebih sulit dari merasa bersalah akan suatu hal? Menjadi pelaku utama kesalahan itu? Ayran rasa tidak. Yang lebih berat adalah terjebak di antara benar dan salah, hitam dan putih. Semuanya terasa bu...