Ayah, Ibu, Yonggi, Taehyung, dan Jungkook. Foto keluarga yang di ambil 5 tahun lalu tak pernah usang, menghiasi rumah sederhana namun sarat akan kehangatan.
Suara telur bertemu wajan penggorengan mengusik pria muda bergigi kelinci, harum telur yang di bawa angin ke setiap sudut rumah membuat tidur nya terusik, ialah Jungkook bocah kelas 4 SD dengan indera penciuman yang super sensitive.
“Eungh..” Jungkook mengeliat membuat tangannya tak sengaja memukul wajah Taehyung perlahan. Taehyung si makhluk yang sulit sekali bertarung dengan alam bawah sadar tak bergeming, membuat Jungkook tak merasa bersalah sedikitpun, tawa ringan malah mengudara.
Derap langkah mendekat. "Kookie, bangunkan Tae-tae hyung kemudian segera bersiap, hyung masih menyiapkan sarapan,” titah Yoongi yang menyembul di balik pintu. Jungkook mengangguk beberapakali sebagai jawaban.
“Hyung, bangun..” Jungkook mengacak rambut milik nya sambil membangunkan Taehyung. Jungkook mengalihkan pandangannya pada pria di hadapannya yang lahir 2 tahun lebih dulu darinya.
Hyung mana bisa dengar, dengus Jungkook.
Akhirnya Jungkook mengguncang tubuh Taehyung perlahan. “Hyung.. mari bersiap. Aku tidak mau terlambat gara-gara hyung!” Taehyung hanya mengeliat sesekali dan kembali tertidur.
Jungkook kesal, tentu saja. Membangunkan Taehyung bukan pekerjaan mudah.
"Hyuuung~ Ayo bangun! Tidur nya nanti di lanjut di bis jemputan sajaa!" Jungkook merengek sambil menindih tubuh Taehyung yang sedang menyamping.
"Huh!" Jungkook bangkit karena kesal.
“Yoongi hyung! Tae-tae tidak mau bangun!” teriak Jungkook menggelegar membuat Taehyung mengerjap kaget dan ternyata Yoongi lah yang dibuat Jungkook lebih kaget.
Detak jantung nya tak stabil, membuat napas nya nyaris terputus-putus dengan keringat yang bermunculan di dahi. Semampunya, Taehyung berusaha mengembalikan detak normal nya, tak menangis karena takut Jungkook ingin menangis, meski rasa sakit nya membuat Taehyung ingin menjerit minta tolong.
“Astaga, kenapa Kookie berteriak,” Yoongi bertanya dengan nada khawatir tanpa bentakan, seketika tubuhnya mendekat pada Taehyung yang sedang mengelus dadanya. “K-kau mengagetkanku kelinci!” omel Taehyung yang di hadiahi ledekan oleh Jungkook.
“Dada mu sakit?” Yoongi ikut mengelus dada Taehyung halus.
Taehyung menggeleng. “Tidak hyung, hanya berdetak sedikit lebih cepat.” Yoongi menghembuskan napas nya lega. Pasalnya, Taehyung sangat sensitive terhadap teriakan, entahlah guncangan pada badannya bukan hal berarti untuknya. Beberapa menit waktu nya habis dengan Yoongi yang sibuk mengurut jantung Taehyung agar kembali mengalirkan darah secara normal. Kekhawatiran Yoongi, kepedulian Yoongi tak luput dari pandangan Jungkook, dalam diam ia benar-benar merasa bersalah.
Atensi nya teralihkan pada bocah di samping Taehyung yang sedang cemberut.
“Kookie, lupa pesan hyung ya?” Yoongi beralih ke hadapan Jungkook lalu mengelus lembut rambut Jungkook.
“Habisnya Tae-tae susah sekali bangunnya, Kookie tidak mau terlambat lagi hyung!” bela nya dengan bibir yang di majukan beberapa centi. Ego kekanakannya tak ingin kalah, bukankah ia harus menjelaskan alasannya berteriak? Kookie bukan membela diri.
“Kookie, panggil yang sopan,” tegur Yoongi secara langsung.
Jungkook menggaruk bibir cemberut nya. “Tae-tae hyung.”
“Tetap tidak boleh berteriak ya? Kalau Kookie membuat Tae-tae hyung kaget, nanti dada nya sakit. Kookie tidak mau kan melihat Tae-tae hyung sakit? Ayo segera minta maaf.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LIGHT
Fanfiction[BROTHERSHIP] Ketika amarah, kebencian dan keputusasaan luruh karena ketulusan, cinta dan kebahagiaan. Inilah kisah keluarga sederhana, yang berjuang mencari bahagia nya di tengah letupan emosi yang kian meluap. Mari kita arungi bersama. Tak ada ya...