2 - Heart Warming

8.5K 888 38
                                    

Kondisi membentuk karakternya, bukan tak ingin hidup penuh gairah, namun semakin lama beban dengan tak tahu diri menggerogoti separuh jiwa nya. Lelah tak terbantahkan, syukur masih ada sang penopang, kedua sayap nya.

***

Yoongi melabuhkan kepala di atas lipatan tangannya, baru saja memasuki kelas itu yang ia lakukan, mengundang banyak tatapan mata. Siapa yang senang melihat seorang manusia mengawali hidupnya tanpa semangat seperti itu, membawa aura negatif saja, komentar teman-teman kelas nya.

Yoongi tak pernah ambil pusing, biar saja ini hidupnya dan itu hidup mereka, pilihan mereka untuk memandang Yoongi seperti apa, tak ada yang bisa mengontrol harus seperti apa diri kita di pikiran orang lain, kan?

"Good morniiiiing~" teriak pemuda dengan wajah super berseri, hingga mungkin wajah nya akan robek jika ia tersenyum sedikit lebih lebar. Beberapa orang terlihat menyapa balik dan beberapa orang terlihat jengah. 

Ya, seperti itulah manusia, 'menilai' hal yang paling mereka sukai.

Jung Hoseok, pemuda dengan segudang energi positif, wajah beserinya menghantarkan ia pada kepopuleran yang cukup tinggi. Hoseok menyimpan tas nya di atas meja lalu mendaratkan bokongnya tepat di sebelah Yoongi.

"Halo Kim Yoongi-ya!" sapa nya bersemangat, terdengar sedikit menggelikan memang.

"Hmm..Halo!" Yoongi mengangkat sebelah tangannya ke udara sebagai tanda sapaan-balik tanpa sedikitpun mengubah posisinya.

"Bersemangatlah Yoongi, kau tahu apa harapanku setiap berangkat sekolah? Melihatmu penuh semangat!" Yoongi tersenyum simpul di balik lipatan tangannya, ia tak pernah menyangka bisa dekat dengan Hoseok. Kepribadiannya jelas sangat bertolak belakang, ketertarikan mereka dalam suatu hal pun tak ada yang sama, sampai-sampai satu sekolah pun memandanganya heran.

Yoongi belajar satu hal dari pertemanannya dengan Hoseok, tak perlu memiliki kepribadian yang sama untuk menjadi teman. Bersatu karena perbedaan nyatanya cukup indah.

Hoseok memandang Yoongi sambil menghembuskan napas nya kasar. "Aku tahu kau lelah, minumlah." Hoseok menyodorkan gingseng yang selalu ibu nya selipkan di balik tas Hoseok.

Yoongi mengangkat tubuhnya, menerima pemberian Hoseok. "Terimakasih, Hoseok-ah." Hoseok tersenyum bahagia.

Ini tahun terakhir mereka di SMA, kedua nya menjadi dekat tepat tahun lalu, saat tiba-tiba Yoongi bertemu dengan Hoseok di atap sekolah. Meski begitu, Hoseok belum terlalu mengenal Yoongi. Tertutup, Yoongi sangat tertutup.

"Aku jadi ingin melihat bagaimana kau di rumah. Sekali-kali ajaklah aku ke rumah mu, aku ingin melihat dua adik mu itu."

Yoongi menoleh. "Hm, lain kali akan ku pertemukan kau dengan kedua adikku."

"Yoongi.."
Yoongi kembali menoleh pada Hoseok yang telah merubah nada suara nya menjadi sangat serius. Sangat tiba-tiba. Pagi yang cerah terasa berubah menjadi muram. Iya, akibat si Hoseok sang pengendali suasana.

"Aku sangat percaya karakter seseorang terbentuk karena latar belakang nya, aku pun percaya tindakan seseorang mengikuti kondisinya. Aku siap mendengar cerita mu. Jika kau butuh telinga untuk cerita-cerita mu, datanglah padaku. Karena kita teman." Wajah Hoseok terkadang menjadi sangat menyeramkan ketika serius. Yoongi menatap Hoseok lekat, tatapan yang bahkan Hoseok sendiri tidak bisa artikan.

LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang