17 - HURT

5K 558 61
                                    

Yoongi tersadar dari tidur nyenyak nya. Tangannya sedikit kaku karena memeluk Taehyung semalaman tanpa bergerak. Mata nya masih setengah tertutup, ia berusaha menyesuaikan pandangannya.

Taehyung adalah hal pertama yang Yoongi lihat, Taehyung terlelap damai dengan pola napas teratur.

Jungkook dimana?

Kesadaran Yoongi sepenuhnya terkumpul saat ia mengingat satu per satu kejadian kemarin. Kenyataan menamparnya dengan keras, jantungnya berdegup kencang. Ia tak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saking terlalu banyak rasa yang bercampur di hati nya. Yoongi segera mencari ponsel nya, ia tak menemukannya.

Yoongi bangkit tanpa membangunkan Taehyung, ia berjalan gusar menuju mobilnya. Dengan kunci di tangannya, Yoongi segera memeriksa mobilnya. Ponsel Yoongi dan Taehyung tergeletak disana. Yoongi lemas, membayangkan Jungkook menunggu nya di sekolah hingga berjam-jam, ia tak bisa memaafkan dirinya.

Yoongi segera duduk di balik kemudi, membuka ponselnya meski dengan tangan gemetar. Yoongi tak siap, ia hanya tak siap mengetahui kenyataan. Bagaimana bisa ia melupakan Jungkook.

18 missed call, 2 chats.

Hanya dengan melihat itu tubuh Yoongi ambruk, seakan tidur nyenyak nya semalam tak membuat tubuh nya bugar sedikitpun. Rasa bersalah semakin berkembang setiap detiknya, membuat Yoongi hampir frustasi.

Ia membuka pesan Jungkook, hanya 2 pesan namun mampu membuat hatinya seakan berhenti berdetak. Menusuk bak peluru.

Jungkook : Hyung aku menunggu di halte bis ya! Hati-hati di jalan, aku menunggumu ^^

18.23

Jungkook : Hyung, setidaknya kau harus mengabariku jika akan membatalkan janji.

20.45

Deg.

Sederet pesan terakhir Jungkook membuat jantung nya nyaris berhenti berdetak. Sederet oesan yang menggambarkan betapa kecewa nya Jungkook pada sang kakak, sederet pesan yang bisa merobek hati siapapun yang membacanya.

Bodoh. Lagi-lagi aku melakukan kesalahan yang sama. Bodoh.

Berbagai pertanyaan berkecamuk di otak Yoongi, berperang dengan hati nya yang sudah kacau. Wajah nya sudah kusut sekusut pikirannya saat ini.

Berapa lama Jungkook menunggu di halte? Apa Jungkook pulang saat aku dan Taehyung sudah tertidur? Tapi jika seperti itu pasti sudah malam sekali. Apakah ia langsung pulang? Ataukah pergi keluyuran seperti malam sebelumnya?

Alih-alih menanyakan langsung pada Jungkook, yang di lakukan Yoongi justru membentur kepala nya pada stir mobil berulang kali, merutuki kebodohannya.

Apa yang sudah ku lakukan? Bisa-bisa nya aku melupakan Jungkook.

Tapi aku tak sengaja melupakannya, Taehyung kambuh dan aku hanya tak bisa membagi pikiranku, aku kalut, aku bukan sengaja melupakannya.

Tapi seharusnya aku menghubungi Jungkook, agar ia tak menunggu ku lama. Bagaimana jika saat itu terjadi sesuatu pada nya.

Apa Jungkook akan marah padaku?

Bagaimana pun ia tak bisa marah jika mendengar alasanku, ia harus mengerti. Saat itu, tak ada yang bisa kulakukan selain membawa Taehyung ke rumah sakit. Ia sudah besar, ia harus sudah mulai berpikir dewasa.

Segala macam perasaan bertarung. Kecewa, marah, rasa bersalah dan penyesalan. Monolog yang di lakukannya dalam hati bertujuan untuk sedikit mengurangi rasa bersalah yang ia rasakan, namun Yoongi menyadarinya hal itu sama sekali tak berguna. Penyesalan dan rasa bersalah tak sedikitpun luntur meski Yoongi sudah memikirkan alasan-alasan logis mengapa ia sampai melupakan Jungkook. Hatinya tak bisa seperti itu, memikirkan bagaimana hancurnya perasaan Jungkook membuat hatinya lebih hancur.

LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang