Jungkook sudah keluar kelas sejak 10 menit yang lalu. Senyumnya luntur saat tak menemukan Yoongi di depan sekolahnya, di parkiran hingga di sekitar halaman sekolah. Jungkook mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa apakah Yoongi membatalkan janjinya atau bagaimana. Namun tidak ada pesan apapun baik dari Yoongi maupun Taehyung.
"Ah, mungkin sedang di jalan."
Jungkook segera mengirimkan pesan pada Yoongi.
Jungkook : Hyung aku menunggu di halte bis ya! Hati-hati di jalan, aku menunggumu ^^
Jungkook memasukkan kembali ponselnya lalu ia berjalan menuju halte bis dengan semangat. Senyumnya kembali terbit saat tak ditemukan pesan pembatalan janji dari Yoongi.
"Bodoh, mengapa aku selalu berpikiran negatif pada hyung sekarang ini. Bisa-bisa nya aku berpikir Yoongi hyung kembali membatalkan janji. Itu tidak mungkin!" Monolog nya sambil sedikit tertawa.
Jungkook mulai bergerak gelisah melihat jam tangannya. Ini sudah 30 menit sejak Jungkook menunggu di halte tapi kedua hyung nya tak juga kunjung datang. Perutnya sudah berbunyi nyaring, Jungkook sengaja melewatkan makan siang nya karena ingin makan lahap saat bersama kedua hyung nya. Dan saat ini cacing cacing di perutnya sudah mengamuk.
Jungkook terus menerus menghubungi ponsel Yoongi dan juga Taehyung tapi tak ada yang menjawab nya.
"Apa Yoongi hyung lupa?" Gumamnya. Detik selanjutnya Jungkook memukul kepalanya. "Berhenti berpikir bodoh."
Jungkook menunggu, dalam dinginnya malam. Ia lupa membawa jaket nya karena terlalu bersemangat. Perut nya perih akibat kelaparan.
Jungkook menghembuskan napasnya kasar. Dua jam menunggu hyung nya Jungkook mengakui kebodohannya. Melewatkan makan siang, keputusan paling tak masuk akal bagi nya.
Jungkook menyerah, raut wajah nya berubah 180 derajat. Hati nya hancur berkeping-keping. Ini lebih menyakitkan, mungkin karena Yoongi memberi harapan sebelumnya.
Dengan malas Jungkook kembali membuka ponsel nya, menatap wallpaper ponselnya. Air mata nya menetes.
Jungkook : Hyung, setidaknya kau harus mengabariku jika akan membatalkan janji.
Jungkook kembali menutup ponselnya, berlari kencang berharap rasa sakit nya bisa ikut menghilang terbawa angin malam. Tenggorokannya sakit, Jungkook menangis tersedu sambil terus berlari kuat.
Ada apa dengan mu hyung! Mengapa kau melakukan itu? Membuatku bahagia dengan mengajakku makan malam bersama di luar, bertanya tentang teman ku, lalu akhirnya membiarkanku menunggu tanpa ada kabar apapun dari mu.
Aku benci mengatakan ini, tapi apa kau menganggapku sama dengan Taehyung? Apa kau menyayangiku layaknya kau menyayangi Taehyung? Kau bilang kau benci adik yang suka menangis, aku tak pernah menangis. Kau bilang aku harus menuruti keinginan Taehyung aku ikuti. Mengapa hasil nya tetap sama? Kau lebih menyanyangi Taehyung dan mengabaikanku.
Kau jahat sekali hyung!
Jungkook mengamuk dalam hati, berteriak, mengeluarkan segala kekesalannya tanpa suara. Hati nya sakit bagai di tusuk ribuan belati.
Eomma.. Appa..
Dan itu, adalah rintihan pertama Jungkook pada kedua orang tua nya semenjak Yoongi mengambil peran mereka.
***
Jungkook berlari tanpa arah, tapi langkah mengetahui keinginan pemiliknya. Hongdae, langkah kembali menuntunnya. Jungkook tak lagi berlari, tak juga menangis. Jungkook hanya lelah, fisik dan hati nya lelah. Maka ia hanya berjalan menyusuri kerumunan orang. Seperti biasa, Hongdae selalu ramai dengan kegiatan jalannya. Dance street, busking, food street dnan hal itu cukup menghibur.

KAMU SEDANG MEMBACA
LIGHT
Fanfiction[BROTHERSHIP] Ketika amarah, kebencian dan keputusasaan luruh karena ketulusan, cinta dan kebahagiaan. Inilah kisah keluarga sederhana, yang berjuang mencari bahagia nya di tengah letupan emosi yang kian meluap. Mari kita arungi bersama. Tak ada ya...